Monday, April 30, 2012

DARI HATI KE HATI: [3] Angkatmu ke Surga..atau..Seretmu ke Neraka

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial DARI HATI KE HATI

[Angkatmu ke Surga..atau..Seretmu ke Neraka]

Jika kamu ingin tahu siapa teman terbaik di antara teman-temanmu,
maka ketahuilah dari seberapa kali ia menasihatimu
atau seberapa sering ia membantumu, meski ia juga sedang di masa sulit
Siapakah temanmu yang mengingatkanmu pada-Nya?
Jika terjawab siapa, maka ialah terbaik milikmu

Jika kamu ingin tahu siapa teman terburuk di antara makhluk sekitarmu,
maka hitunglah dari seberapa kali ia mengajakmu lalai
jalan-jalan, bercanda, lupa akan kubur dan kesenangan dunia
atau cari dia di saat kau sulit; selama kau temukan ia selalu di masa lapangmu
Siapakah temanmu yang menjauhkanmu dari-Nya?
Jika terjawab siapa, maka jauhkanlah orang yang menjauhkan dirimu dari-Nya.

Kita berkumpul di sini
yang kemudian kelak kan terpisah
yang kemudian kelak mungkin saja kita takkan berkumpul lagi di sana
Satu golongan di surga...satu golongan di neraka
Lalu dimana kelak aku? Di mana kelak kamu?
Bersuakah kita lagi nanti?

DARI HATI KE HATI: [2] Dulu Mereka Tertawakan...Kini Mereka Ikutan

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial DARI HATI KE HATI

[Dulu Mereka Tertawakan...Kini Mereka Ikutan]

Pernah dulu ku bercita-cita A; yang terpendam saja kupendam dalam lautan asa ia berendam. Lalu ketika ada celah kecil sebagai kesempatan bagiku tuk napaki tangga menuju cita-cita A, ku ambil langkah. Batinku, semoga dengan upaya ini semakin dekat ku dengan mimpi.

Namun, ketika ku wartakan asa pada beberapa teman, mereka tertawakan...seakan asaku begitu rendah. Mereka kucilkan makna harapanku; atau sungguh mereka sedari awal berburuk sangka padaku. Sedih memang wajar, namun terus sedih menerus tidak wajar. Tetap kutiti jalan, meski tercabik kesendirian.

Dan kini...mereka yang dulu melegak tawa...adalah anak-anak buahku; sebagai pembantu ku. Syukur ku pada Allah karena sedih terbayar dengan cita-cita tunai.

MERABA MEDAN: [8] MP3...Ulama MP3

oleh Hasan Al-Jaizy


Serial MERABA MEDAN VIII

[MP3...Ulama MP3]

Secara garis besar, mempelajari ilmu Syar'i terbagi menjadi 2:

1. Belajar secara Akademik formal; seperti di sekolah, perguruan tinggi resmi dan semacamnya. Belajar secara resmi dengan guru dan ulama akademik dengan jadwal dan kurikulum akademik.

2. Belajar dengan bermajlis non-formal bersama ulama; seperti di masjid dan sebagainya. Tidak resmi mencari ilmu bersama ustadz dan ulama dengan jadwal dan pemilihan kitab disepakati bersama [kadang2].

Mereka yang melakukannya, termasuk jihad fi sabiilillah dengan syarat niat yang ikhlas pula. Ketika mereka keluar rumah/kos demi menuju majelis formal atau non-formal, tercatat berjalan di jalan Allah Ta'ala.

Sekarang, ada pertanyaan:

"Bagaimana dengan beberapa ikhwah [minoritas sekali] yang MENCUKUPKAN DIRI pada rekaman kajian mp3 atau video di Internet, sedangkan ia mempunyai kesempatan hadir di majelis formal atau non-formal, plus ia juga tidak bekerja?"

Ini bukan jawaban pertanyaan di atas, namun sekedar kalimat hati saya: 'Tidak akan sama orang yang berjerih payah berjalan, duduk, mendengarkan, memperhatikan, mengamati, bertanya, mengulang pelajaran, menghafal, bersiap menghadapi ujian dst dengan orang yang memanjakan diri di depan layar atau menyemat telinga dengan earphone.'

Dari segi pahala dan gerakan tidak akan sama. Allah Maha Adil. Dari segi akibat/efek? Insya Allah takkan sama.

MP3...Ulama MP3...?

Kadang ada seorang thalib yang bekerja mencari nafkah dan ilmunya sedikit, namun ia sempatkan tuk hadiri majelis ilmu. Tentu ia bisa sekedar dengar mp3 di-download dari Internet. Akhirnya Allah menghibahkan padanya ilmu yang berkah dan adab yang baik.

Ada juga seorang thalib yang enggan bekerja dengan alasan mencari ilmu, dan tiada mau hadiri majelis ilmu dengan alasan mp3 sudah cukup. Bersyukur, Allah memberinya ilmu dengan itu semua, dan ternyata ia tidak belajar adab berilmu secara langsung dari orang berilmu.

Mungkin kalimat berikut ini terkesan terlalu cepat menyimpulkan. Tapi, mungkin sangat terjadi:

'Orang yang tidak belajar langsung pada ahlinya, kelak ketika ia menjadi ahli, ia akan merasa paling ahli, dan merendahkan ahli-ahli yang lain.'

 Ini juga mungkin sangat terjadi:

Dua di antara faktor pencetus sikap ekstrim dan merasa paling benar sendiri:

1. Dari gurunya yang juga berpemikiran ekstrim, atau
2. Dari diri sendiri yang belajar sendiri, memahami sepaham sendiri dan merasa apa yang ia fahami sendiri adalah benar, atau
3. lainnya?


MERABA MEDAN: [7] ASWAJA: Kegoncangan Trinitas Tauhid?

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial MERABA MEDAN VII

[ASWAJA: Kegoncangan Trinitas Tauhid?]

[A] Beberapa ulama dan kyai Aswaja, beserta murid-muridnya [semoga Allah merahmati mereka dan kaum muslimin keseluruhan] mengatakan bahwa Salafi-Wahabi memiliki "konsep trinitas dalam Tauhid". Dan seakan mereka mengkiaskan konsep Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma wa Sifat seperti konsep ketuhanan versi Katolik.

[B] Kyai yang paling Aswaja di antara mereka, Prof. Said Agil Siradj -semoga Allah memberi hidayah kepadanya dan kaum muslimiin keseluruhan-, pernah suatu ketika mengkiaskan 'Aqidah Agama Kristen Suriah [atau sekitarnya] seperti Aqidah Umat Islam', dengan mengkiaskan ke-Rububiyyah-an, ke-Uluhiyyah-an dan Sifat dan Nama-nama.


Bukan Trinitas Tauhid yang Goncang...

Tentu saja fakta A dan B begitu kontradiktif. 

Kenapa Aswaja menolak pembagian Tauhid menjadi 3? Tidak lain tidak bukan karena sentimen terhadap Salafi-Wahabi. Period!
Kenapa Pak Said justru mengatakan secara tidak langsung 'Aqidah Umat Islam adalah 3 Pembagian Tauhid', padahal ulama Aswaja lain justru menentang pembagian tersebut? Apakah antara Aswaja yang satu dengan lainnya saling bertentangan?

Jawaban: Selama bukan melawan Salafi-Wahabi, kita boleh berbeda dalam satu nama: Aswaja. Namun, selama dalam penentangan terhadap Salafi-Wahabi, kita harus bersatu dalam satu nama: Aswaja.

Saya berfikir seperti ini:
"Bukan Trinitas Tauhid yang Goncang...
Tetap Aswaja sendiri lah yang Goncang"


Perkataan dia: 'Salafi-Wahabi adalah bentukan Nashara' sudah bisa dipastikan berasaskan kejahilan, ketidaktahuan dan kemerasa-tahuan.

Karena statement di atas membutuhkan bukti ilmiah yang bersifat historis. Jika hanya berlandaskan sebatas fakta bahwa ikhwah Salafi-Wahabi mengatakan Tauhid terbagi menjadi 3, dan ada kemiripan dengan ketuhanan Katolik yang 3, maka ini merupakan bentuk kebodohan di puncak kedunguan; tak peduli apapun titelnya.

Karena para ulama dalam membagi tauhid menjadi 3 berlandaskan istiqra' [research] terhadap ayat-ayat dan jua hadits2. Plus, pemahaman pembagian 3 ini sama sekali tidak menabrak, bahkan menggesek panas Aqidah Islamiyyah sedikitpun. Pasalnya, jika kita membaca cermat penjabaran ulama tentang ketiga pembagian Tauhid, kita dapati hal tersebut benar-benar benar.

Penyangkalan itu sebenarnya terlahir dan terpusat dari hati mereka yang sudah terlanjur sentimen saja. 

===========================

Jika salafi-wahabi adalah bentukan Nashara, maka Aswaja adalah bentukan musyrikiin. Kenapa? Karena sebagian besar umat Aswaja adalah liker of 40 harian dan haulan. Tanyakan pada orang2 musyrik, apakah mereka melakukan ritual serupa berlandaskan ketepatan waktu dari hari kematian? Jika dijawab "Ya", maka kesamaan ritual haulan dengan ritual musyrik adalah ada!

Namun, tentu saja kita tidak mengatakan Aswaja adalah bentukan musyrikiin, Budha ataupun Hindu. Aswaja adalah bentukan kaum muslimiin, namun ada beberapa penyimpangan.


Dan kita semua -ulama atau awamnya- TIDAK MEMAKSA seseorang untuk mengamini pembagian tersebut, karena mungkin saja seseorang tidak bersedia membagi Tauhid menjadi 3, namun di hati dan amalannya mengamini segalanya tentang Tauhid.

Dalilnya: Para sahabat tidak ada yang mengatakan Tauhid menjadi 3, namun di hati dan amalan mereka -ridhwaanullahi anhum- mengamini ketiganya dengan sebenar-benar cerminan.

Sementara Ibnu Qayyim sendiri membagi Tauhid menjadi 2: Tauhid Khabary dan Tauhid Thalaby [dengan nama yang berbeda2], namun intinya sama dengan ketiga pembagian Tauhid. Wallahu a'lam.



MERABA MEDAN: [6] Dosa Pezina/Pencuri/Peminum ==> Kalah

oleh Hasan AL-Jaizy

Serial MERABA MEDAN VI

[Dosa Pezina/Pencuri/Peminum ==> Kalah]

Di sekitar Anda mungkin ada para pezina, atau pelacur yang tiada penghasilan ia punya selain dari pelacuran atau perzinahan. Hartanya haram, dan daging hasil harta haram memiliki kekhususan sebagai calon dijilat api neraka. Sementara doa-doa tak diterima dan tak terkabul. Betapa terlaknatnya!?

Di sekitar Anda mungkin ada maling, perampok, koruptor di kursi pemerintahan atau koruptor di kursi toko. Sebagian hartanya adalah hasil korupsi dan 'nilep'. Atau dengan mengenakan seragam, mereka rampok terang-terangan uang orang dengan cara yang semi-resmi. Harta haram menghasilkan daging yang sedap tuk dijilat api neraka. Sementara doa-doa tak diterima dan tak terijabah. Betapa durjananya!?

Di sekitar Anda mungkin ada pemabuk di tengah malam, atau di sepertiga terakhirnya. Setelah mabuk, kejahatan lain pun berentet terlaku; karena khamr adalah bunda pembangkangan dan kemaksiatan, bukan?

Dosa-dosa mereka secara takaran dosa, MASIH TIDAK LEBIH BESAR dari dosa suatu hal. Apakah itu???


 Ibnu Qayyim rahimahullah dalam muqaddimah risalah Ash-Shalaah wa Hukm Taarikiha:

لا يختلف المسلمون أن ترك الصلاة المفروضة عمدا من اعظم الذنوب وأكبر الكبائر وأن اثمه عند الله أعظم من إثم قتل النفس وأخذ الأموال ومن إثم الزنا والسرقة وشرب الخمر وأنه متعرض لعقوبة الله وسخطه وخزيه في الدنيا والآخرة 

"Bersatu barisan kaum muslimin dalam pendapat bahwasanya 'meninggalkan-shalat-fardhu' dengan sengaja termasuk dari sebesar-besar dosa besar. Dan dosanya di sisi Allah LEBIH BESAR DARI:
--> MEMBUNUH ORANG
--> MENGAMBIL HARTA ORANG
--> BERZINA
--> MENCURI
--> MEMINUM KHAMR
Dan bahwasanya orang yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja BERPOTENSI mendapat HUKUMAN dari Allah dan MURKANYA DUNIA AKHIRAT."

Berapa banyak yang terlaknat di sekitar kita???? Semoga Allah memberi hidayah dan mengampuni kaum muslimiin secara umum.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/376997872341604

Sunday, April 29, 2012

MERABA MEDAN: [5] Adab Jua Di Ranah COPAS

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial MERABA MEDAN

[Adab Jua Di Ranah COPAS]

Meng-copas tidak terlarang, tapi meng-copas tulisan orang tanpa menyertai siapa penulisnya adalah terlarang tanpa aturan tertulis. Orang berpendidikan tidak selayaknya curang; terlebih berbuat curang demi mendapat kesan atau pujian. Itu adalah kecurangan berlipat dan kepalsuan memikat.

Jika tak tahu siapa penulisnya, setidaknya buat pembaca menganggap bahwa itu adalah karya orang lain. Jangan zahirkan diri apa yang sebenarnya sama sekali tidak terlekat pada diri. Jujur berpahit lebih baik dari palsu terjahit. Terbiasa dalam kepalsuan akan mewariskan kualitas diri yang teramat rendah.

Selama bisa melakukan sendiri, lakukan sendiri
Selama tidak bisa melakukan sendiri, usahakan agar terlatih melakukan sendiri.
Seseorang mati jasadnya lah yang dikubur, bukan jasad orang lain.



Adab Jua Di Ranah COPAS

Ketika seseorang memakai baju yang indah namun hasil pinjaman, maka manusia akan terkesima dan memuji keindahan baju tersebut. Dan si pemakai-peminjam tentu merasa tidak berhak dipuji atas apa yang dipakainya; karena ia tahu itu bukan miliknya.

=====================

Ketika seseorang 'mencuri' karya orang lain dan menampilkannya di depan manusia, maka manusia akan terkesima dan memuji jika karya tersebut memang bagus. Apakah si maling akan kege'eran? Maling takkan mengakui dirinya maling, bukan?

Betapa banyak maling yang bangga akan apa yang seakan--akan miliknya; padahal itu semua hasil curian!

Saturday, April 28, 2012

MERABA MEDAN: [4] Bukan Ilmu...Namun Foto nya

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial MERABA MEDAN

[Bukan Ilmu...Namun Foto nya]

Kami hanya menjabarkan fakta di medan. Selagi kami memandang dan mengamati, kami berjanji pada diri sendiri untuk tidak berpura-pura tidak tahu atau menyembunyikan yang tak mungkin disembunyikan.

Yang kami saksikan, hampir semua Habib-Mania adalah pecandu dan pengagum foto Habaaib, bukan ilmunya. Ketika ada selenggaraan dzikir akbar atau tabligh, kami berjalan menyusuri jalan di mana bertebaran dagangan-dagangan religius.

Lucu terasa ketika penjual buku ilmiah, yang tertera di dalamnya gudang ilmu, tidak kami temukan. Jikalau ada penjual buku, sudah dipastikan itu adalah buku wiridan. Pedihnya, kebanyakan teks wiridan bukanlah matan ijasah langsung dari Nabi Muhammad atau yang terekomendasi di Al-Qur'an. 


Dan yang pasti, foto-foto terpampang. Apalah gunanya foto teragungkan jika ilmunya tak terambil!? Sementara hampir tiap member punya foto Sang Habib di kamar atau rumah mereka. Salah satu alasan: 'daripada saya memajang foto penyanyi'. Oh great, ternyata memang Habib mu itu sejalar dengan artis; yang pintar ber-acting, bagus dalam berpura-pura dan tentu saja ==> Punya Nomor Rekening


Bukan Ilmu...Namun Foto nya

Apakah foto-foto itu memberi daya magnet keilmuan? Atau memberi kekuatan tersendiri dalam keimanan? Kita tidak tahu...tapi yang kita tahu, saldo rekening memberi daya magnet syahwat perut dan kekuatan tersendiri dalam pembelanjaan.

Bukan ilmu yang dicari...meski berkumpul dan bermajelis, namun alasan 'mencari ilmu' lah sebagai penghias kepalsuan. 
Namun foto nya...lihatlah mereka di pinggir-pinggir jalan, di pertigaan, perempatan dan semacamnya. 

Daerah tersebut adalah kekuasaan 'pengamen' tuk memamerkan kemampuan demi mengeruk uang receh. 
Kini, daerah tersebut juga menjadi kekuasaan 'pengamen-berdzikir' tuk memamerkan muka dan sandingan gelar keturunan demi mengeruk.......apa?


Once again:

"Kami hanya menjabarkan fakta di medan. Selagi kami memandang dan mengamati, kami berjanji pada diri sendiri untuk tidak berpura-pura tidak tahu atau menyembunyikan yang tak mungkin disembunyikan."


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/376755299032528

DARI HATI KE HATI : [1] Ka'bah Buatku Rindukannya...Pengunjungnya...

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial DARI HATI KE HATI

[Ka'bah Buatku Rindukannya...Pengunjungnya...]

Melihat Ka'bah, melalui foto atau video, terlebih jika terlihat kaum muslimiin shalat bersama sekitarnya, membuat hati ini terasa semakin ingin menuju ke sana. Ingin sekali merasakan atmosfir itu. Ingin sekali melantunkan bait-bait lirih doa di tempat mulia tersebut.

Namun, kemudian, hadir dalam pandanganku foto beberapa pengunjung, dipasung di beranda, mereka berfoto ria, ada yang sekedar senyum, ada yang sembari berpose penuh gaya. Tentu tidak ingin ku berburuk sangka, bahwa mereka ingin 'dilihat' sudah berada di sana. Tapi, foto-foto itu justru membuatku sedih. Aku dan kami di sini yang tiada berdaya tuk kunjunginya, tersuguhi foto-foto seperti itu.

Dari hati ke hati...tak ingin hati berburuk sangka...karena satu hati sulit menebak satu hati lainnya. Apa gerangan yang berdesir di hati mereka?

Ka'bah rinduku padanya, seakan pernah ke berdoa di sekitarnya. Ketidakpernahan dan kerinduan yang hingga kini tak terpisah...terancukan oleh foto-foto bergaya.



Friday, April 27, 2012

Pelajarilah Bahasa Asing

oleh Hasan Al-Jaizy


[Bahasa Asing]

[1] Jangan merasa sudah menjadi master suatu bahasa asing selama bahasa terkait masih asing.

[2] Jangan berpura-pura pintar selagi merasa bodoh. 

[3] Artinya: Ketika bertemu dengan seorang pelajar bahasa asing pemula, jangan terlalu meninggikan kemampuan diri, sehingga terlihat begitu 'master'. Namun ketika bertemu dengan seorang pelajar bahasa asing senior, tingkahnya menjadi berbeda dan 'melunak'.

[4] Bahasa adalah kunci. Kunci adalah alat. Alat adalah sarana. Sarana bukanlah tujuan. Jika begitu adanya, jangan sekedar mempelajari bahasa, tapi jadikan bahasa sebagai alat untuk mentransfer ilmu ke diri sendiri, yang kemudian diterapkan dan disebarkan demi kemajuan manusia.


 Juga untuk pemuda masa kini:

Ingin ketinggalan? Tinggalkanlah pelajaran bahasa asing, terutama English.

Karena sekarang banyak sekali pemudi yang mempelajari bahasa asin, mulai dari English, bahkan Korea [yang entah manfaatnya seberapa besar]. Tapi, at least, kuantitas peserta belajar bahasa asing didominasi oleh wanita. Pengajar juga didominasi wanita. Sekarang, pertanyaannya, ke manakah laki-laki?

Dan wanita: mereka banyak membaca, meskipun novel.

Kami lihat pria-pria banyak yang tampak bertengger hebat ketika nongkrong, ngupi, main gitar dan ngakak bersama.

Jangan heran, kelak emansipasi akan menenggelamkan pria-pria lemah dalam syahwat ilmiah. Lemah dalam syahwat ilmiah menyebabkan impotensi pekerjaan! Camkan biak-biak!


Pembahasan mengenai 'mengapa' orang yang menguasai English tampak lebih keren dibanding yang menguasai Arabic itu membutuhkan perbincangan yang cukup panjang. Menyentuh beberapa sisi, seperti sisi edukasi formal, antropologi, sosial masyarakat dan lain-lain.

Simple-nya: selama Sekularisme dan Demokrasi masih menjadi salah satu root/akar budaya bangsa ini, maka pandangan tersebut takkan berubah. Karena jika dalam satu ranah tercampur antara akar Sekuler dan akar Religius [Islam], maka akar Sekuler akan menang dan mendominasi. 

Penyebabnya adalah secara ZAHIR Sekularism menjanjikan, sementara secara BATIN Sekularism menyakitkan. Berbeda dengan religi, yang secara ZAHIR ia membosankan atau bahkan dianggap menghambat kemajuan, namun secara BATIN ia menyembuhkan dan memajukan.

Dan jika kita pelajari gerakan rumput2 lapangan, manusia sekarang lebih pragmatis dan ingin instan. Yang tampak menjanjikan, diambil. Yang tampak membosankan, ditinggalkan.

Itu penyebab utama mengapa Arabic diremehkan, sementara English diburu.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/375527562488635

MERABA MEDAN: [3] Tantangan Wanita

oleh Hasan Al-Jaizy

Para ustadz dan dai masa depan yang berdiri di atas kebenaran Al-Qur'an dan Sunnah [ga pake fanatisme, ga pake bid'ah] bakal dimusuhi di sana sini, as always. Satu yang nanti akan ada tantangan yang sekarang belum begitu banyak dan berat:

Tantangan Wanita 

Wanita semakin banyak jumlahnya. Kelak wanita2 tak lagi melirik artis2 dan penyanyi2 karbitan; namun mereka akan berlari kencang menuju para ustadz dan dai, terlebih jika memiliki kelebihan pesona fisik.

Dan kemungkinan jua kelak praktek poligami akan dilaksanakan para ustadz; itu membantu dalam melengkapi kebahagiaan dan membantu banyak wanita, juga keluarga yang mempunyai anak gadis.


Kelak gadis-gadis yang ANTI-poligami seanti-antinya akan menjadi salah satu dari 2:

1. Menjadi pelacur. Motto: "Biar melacur dan berzina, yang penting ga poligami". Inilah Sekulerisme, agama para pelacur.

2. Menjadi perawan tua. Motto: "Biarpun ga laku, yang penting ga poligami".

Sementara pria-pria penganut Sekuler, yang anti-Poligami, terus meneriakkan penentangan terhadap Poligami, namun diam terhadap pelacuran dan perzinahan. Oh, tentu saja mereka diam...karena bukankah biasanya mereka ber-mut'ah dengan para pelacur di hari yang mereka inginkan?


Pria-pria makin sedikit, wanita-wanita makin banyak. 

Maka gunakanlah pria, 
selama masih tersedia, 
meskipun 1,2,3 dia sudah punya,


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/375481755826549

Thursday, April 26, 2012

Sehingga Yang Pintar Itu Bukan Kamu

oleh Hasan Al-Jaizy

...sehingga yang pintar itu bukanlah kamu, tetapi PCmu, atau Laptopmu, atau 'Smart'phone-mu. 

...sehingga teknologi bukanlah robot bagimu, melainkan teknologi menjadikanmu seperti robot bodoh.

...sehingga kamu adalah televisi dan televisi adalah kamu.

...sehingga New World Order semakin tercapai. Dan kamu salah satu anggotanya, tak ber-kartu anggota, melainkan nafas fikirmu sama panasnya.

Yang kamu temui dan saksikan hanyalah para Dajjal kecil dan kamu tertipu di tiap detiknya. Tak terbayang jika hadir di hadapmu Dajjal yang sejati.

Seri HATI YANG CEDERA : [3] Luruskan Niat...Sembuhkan Cedera

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial HATI YANG CEDERA

[Luruskan Niat...Sembuhkan Cedera]

Terkutip kalimat Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid -hafidzahullah- dalam sebuah khutbah Jum'at:

تصحيح النية يشق على النفس

"Meluruskan Niat [mengikhlaskan hati] adalah memberatkan jiwa"

Karena itulah, para salafus salih, meskipun mereka adalah orang-orang salih, meluruskan niat tetap menjadi sesuatu yang begitu berat. Dan tersebab upaya keras mereka dalam memurnikan tujuan di hati, Allah hibahkan pada mereka kesalihan kalbu dan amalan.

Hati-hati yang sembuh dari cedera adalah hati-hati yang berusaha diobati oleh empunya; hingga Allah mudahkan baginya dalam mengikhlaskan niat.

Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah pernah mengakui:

ما عالجت شيئاً أشد عليَّ من نيتي

"Tidaklah aku mengobati sesuatu yang terberat bagiku kecuali [mengobati] niatku."

Ada seorang ulama berkata tentang dirinya:

اثنتان أنا أعالجهما منذ ثلاثين سنة: ترك الطمع فيما بيني وبين الناس، وإخلاص العمل لله عز وجل

"Dua hal yang aku [berupaya] obatinya semenjak atau selama 30 tahun:
1. Meninggalkan ketamakan [materi] antara aku dan manusia
2. Ikhlas dalam beramal semata karena dan untuk Allah Azza wa Jalla."


MERABA MEDAN : [2] Sedikit atau Banyak Murid?

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial MERABA MEDAN II

[Sedikit atau Banyak Murid?]

Salah satu tanda berkahnya ilmu adalah diamalkan; karena ilmu yang bermanfaat pasti akan mendorong empunya tuk mengamalkannya. Sementara ilmu yang tak bermanfaat [meskipun secara dzat bermanfaat] adalah yang terniat disimpan di gudang hati hingga kelak ia akan expired atau hilang tak membekas.

Namun, lebih berkah lagi jika ia disebarkan ke individu lain atau umat secara umum. Dan yang tercermin di medan dakwah kali ini, banyak dari pelajar menginginkan segera memiliki 'murid' untuk ia didik atau minimal untuk menjadi target praktek dakwah. Tentu ini tak tercela begitu saja; bahkan seringkali ini menjadikan seorang pelajar terlatih dan terasah dalam mengajar. Hanya ingat: "Sebarkanlah ilmu yang terpunya; dan jangan sebarkan hal yang tak terpunya".

 Lalu...apakah sedikit atau banyaknya murid adalah target?

Ketahuilah, objective [sasaran/target] dakwah di fase pertama BUKANLAH banyak atau sedikitnya jumlah, tetapi bagaimana kita dapat melatih diri untuk menjadi pelajar sekaligus pengajar yang ILMIAH dan BERKUALITAS. Untuk meraih objective ini, tentu tidak diiringi dengan ketergesaan dan keterburuan.

Dahulu kala, di masa awal Syaikh ibn Al Utsaimiin rahimahullah mengajar [kala berumur 25], murid yang hadir hanyalah 3, 4 dan tidak sampai 10. Bahkan terkadang hanya 1. Namun, ketika zaman berlari, angka-angka juga ikut berlari. Ini disebabkan karunia Allah pada beliau yang menetapkannya dalam pangkuan dan polesan ILMU serta KUALITAS.

Jadi, jika ada seorang pelajar senior yang cukup layak mengajar, namun hanya memiliki peserta atau audiens terhitung dengan jari, jangan berkecil hati. Justru, jika ia berkecil hati, ia harus berhati-hati; karena ini bisa jadi bentuk ketidakikhlasan.

Gembarikanlah hati kita...

dengan daya dan upaya untuk menyampaikan ilmu dengan cara yang ilmiah dan berkualitas, tanpa melihat jumlah atau kuantitas. Tolehkan pandangan jua pada apa yang terjadi pada medan dakwah; kala bermunculan majelis-majelis dzikir yang berhasil mengeruk kuantitas massa menggiurkan, namun tiada terlihat segi ilmiah sedikitpun, atau bahkan tak tersifati dengan kualitas secuil pun.

Maka, jangan tergerus dengan perasaan satanic yang membuat kita tergebu untuk mencari massa tanpa memperhatikan kualitas diri dan bersihnya hati. 

==> Adakalanya seorang dai yang kurang laku [karena dia dai underground] hanya bermurid 2, namun di sisi Allah ia begitu mulia.

==> Adakalanya seorang dai yang sangat laku [karena dia dai mainstream] bermurid ratusan, namun neraka seakan menyebut-nyebut namanya; karena yang ia sebarkan adalah kebid'ahan, penyimpangan religius dan kesyirikan.

Yang terpenting pula:

Jangan jadikan adanya murid sebagai tujuan
Ada atau tiada murid, tebar kebaikan harus tetap berjalan

Wednesday, April 25, 2012

Tahukah Kamu?

oleh Hasan Al-Jaizy

Ga bisa melabeli seseorang fanatik karena ia menjagokan suatu tim sepakbola.
Ga bisa mencap seseorang mutasyabbih [ber-tasyabbuh] karena ia memakai kaos bola, meskipun berlambang, meskipun bernama.
Ga bisa mengatakan 'fulan Ahlul Bid'ah' karena ia 'ikut-ikutan' acara semacam Maulid-an, 40-harian atau semacamnya.
Ga bisa mendramatisir beberapa fatwa permasalahan modern yang dihasilkan dari ijtihad lalu memaksa keseragaman padahal tidak semua perbedaan harus diseragamkan.


Tahukah kamu?

--> Kadang seorang yang 'baru-tahu', ia merasa 'paling-tahu'. Sehingga dengan perasaan itu, ia menggurui orang yang 'sudah-lama-tahu' atau yang 'lebih-banyak-tahu'.

--> Bisa jadi ilmu yang dipelajari seseorang sungguh mulia, namun niat orangnya yang tak mulia. Sehingga seringkali ia memposisikan dirinya yang mungil mengangkang di atas kepala menteri dan raja. Atau seringkali ia berkacak pinggang layaknya raja lalim memaksa rakyat kecil tuk berseragam.

--> Adakalanya seseorang bersikap seperti ini dan itu atau berkata ini dan itu, tanpa ketulusan dan keselarasan dengan alur hati. Pasalnya, ia enggan bersikap atau berkata menyelisihi karena takut tidak 'dianggap', tidak disebut 'XXX' lagi dan sebagainya.

Terkadang manusia yang merasa tersindir akan sesuatu namun tidak bisa mengelak itu terjadi pada dirinya dan tidak mampu melawan, ia akan mengeluarkan beberapa jurus, mungkin ia akan mengatakan 'Kalimat Anda tak bermanfaat' dan semacamnya.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/392789294095795

MERABA MEDAN: [1] Bibit Ahlu Jarh wa Tajriih

oleh Hasan Al-Jaizy

Pernah seseorang bertanya: "Aku adalah pemula dalam pencarian ilmu Syar'i. Belum banyak yang kuketahui tentang Islam yang sahih. Lalu ku diundang seorang ikhwan yang ku kenal lebih berilmu dariku untuk menghadiri kajian membahas tentang Sururiyyah, Hizbiyyah, atau istilah2 yang belum terdengar olehku sebelumnya. Apakah aku layak hadirinya?"

Lalu beberapa ikhwan berkata:
'Harus itu, akh! Itu penting! Kita perlu tahu semua itu!'
'Wah, itu wajib untuk masa kini. Karena mereka sangat berbahaya.'


Bibit yang Tumbuh Prematur: KARBIT

Senyum tersimpul...namun sedih terasa. Fatwa-fatwa atau nasihat semacam itu justru menjadi cikal bakal mengapa sekarang tumbuh beberapa pencari ilmu yang cover-nya 'bermanhaj ilmi' namun tingkahnya seperti pencari fitnah dan pengecer ghibah.

Karena sejak awal sudah direkomendasikan untuk ikut membahas masalah fitnah, hizbiyyah, penyimpangan2 internal atau eksternal yang sedianya layak dibahas oleh orang-orang yang sudah punya pegangan dan modal ilmu.

Juga, jangan heran, ketika Anda bekerja di sebuah yayasan, atau Anda bekerja di sebuah lembaga dakwah yang sudah dilabeli 'Hizby', maka Anda adalah hizby dan Anda keluar dari barisan Ahlus Sunnah.

Tingkah model inilah, entah ulama fitan atau thullab karbitan nya, yang beberapa diangkat oleh Syaikh Idahram dalam trilogi bukunya yang melegenda [di dunia dan juga kelak dihitung di akhirat].


Kukira Mereka Sungguh Berilmu...

Kusangka mereka begitu tinggi ilmunya, sehingga bisa mengobral cap siapa ulama Ahlus Sunnah dan siapa yang telah keluar dari barisan Ahlus Sunnah. 

Dan ternyata, memang, sebagian mereka, begitu hebat dalam ilmu Hadits, menerapkan kaedah Jarh wa Tajriih. Tak satupun ulama besar hidup di muka bumi sekarang, melainkan ada pembahasan khusus mengenai legitimasi manhaj. Jika sesuai, ulama tersebut Ahlus Sunnah. Jika menyimpang, apalagi sampai kerjasama dengan yayasan tertentu, maka ia harus dicap sebagai Ulama Hizby dan semacamnya.

Kukira mereka sungguh berilmu...
Mereka memang berilmu...tapi bermanfaatkah ilmunya untuk umat ini?

Bermanfaat? Bukankah mereka justru yang kerap menghancurkan reputasi para ahli ilmu?