Wednesday, February 6, 2013

Pendidikan Kuburan Keramat

oleh Hasan Al-Jaizy

Dulu, kuliah di Madinah, Mekkah, Riyadh, Yaman, bahkan di lipia, adalah sebuah kejarangan dan tantangan. Banyak pelajar berhasrat, namun takdir untuknya tak semuanya tersirat. Sehingga lulusan sana adalah orang2 yang tahu agama, melebihi pengetahuan di atas rata-rata.

Itu masih hingga sekarang. NAMUN, kadarnya tak sewajar dahulu. Pelajar ilmu syariah akademik sekarang toh banyak yang 'ga jadi'. Mudah2an bukan termasuk saya dan kawan-kawan sekalian. Sekarang, semua orang bisa belajar ilmu syariah. Baik berbayar atau gratis.

Jikalau Internet benar-benar dimanfaatkan maksimal, bukan tidak mungkin anak pengajian rutin mingguan 2x, bisa setara pengetahuannya dengan anak-anak akademik formal. Ini jika kita tidak melihat dari segi kapasitas penguasaan ilmu alat mereka (Arabic, Ushul Fiqh dst). Tapi, Internet kini benar-benar curahan rahmat sekaligus...

fitnah

Satu sisi, saya pribadi senang sekali dengan kemajuan kawan-kawan Jogja yang dengan kegigihan, keteraturan, keseimbangan dan 'konspirasi' yang rapi bisa menjadikan generasi yang ngampus ilmu dunia, tapi bisa juga ngaji ilmu akherat. Sehingga, lahirlah para asaatidzah yang tadinya tak mempunyai latar belakang pondok pesantren atau pedepokan religius. Ini karena kegigihan dan konspirasi yang patut diacungi jempol dan dicontoh.

Namun, di sisi lain, saya menerawang sesuatu ke depannya. Sebelum saya jabarkan, perlu ditekankan bahwa tiada gading yang tak retak. Satu sisi Internet adalah rahmat, satu sisi Internet bertaburan kualat. Satu teori dan metode boleh keren di masa kini, namun di masa depan bisa ditinggalkan.

Begini:

Galau Dulu...


oleh Hasan Al-Jaizy

Kau harus galau dulu sebelum sukses.
Kau harus menangis dulu sebelum tertawa.
Kau harus berpahit dulu sebelum bermanis.
Kau harus susah dulu sebelum senang.

Jika sukses, tawa, kemanisan dan kesenangan didapat secara percuma tanpa bayaran, maka semua itu cuma-cuma yang percuma...sehingga:

semua itu seolah tak berharga karena cuma-cuma. 

Manusia belajar dan dapat ilmu karena awalnya tidak tahu. Jika sudah tahu, buat apa upaya menggali ilmu?

Jika kau ingin mendapatkan segala senang begitu saja tanpa membayar, lebih baik tidur saja. Mimpi saja sana. Mimpi boleh manis, namun kala terjaga, semuanya terputus. Hilang. Yang kemudian kau sesal sendiri kenapa ia tidak abadi.

Maka, berpahitlah. Selama hidup berjalan, semua ada urutan. Jika semua berurutan, percayakan bahwa kesulitan bukanlah keabadian.

Blog Baru I


Blog baru saya sederhana dan sepertinya minimalis sekali karena memang bukan dibuat oleh pakarnya. Tapi, yang penting, nitip jejak dulu di dunia maya. Walau artikelnya hasil susunan dan ketikan ulang dari buku-buku, tapi yang terpenting adalah upaya dan punya. Satu lebih baik dari nol. Dua lebih baik dari satu. Karena itu, saya bentuk dua sekaligus! Ini link-nya:

http://dirasat-ushul-dan-fiqh.blogspot.com/

dan

http://dirasat-hadits-dan-tarikh.blogspot.com/

Saya bukan seorang Ushuly, bukan Faqih, bukan Muhaddits, dan bukan Mu'arrikh, namun saya hanyalah seorang yang kepingin seenggaknya punya jasa barang secuil buat uwong sa'dunio. Siapa tahu kalau artikel ketikan ulang dengan susunan semaunya ini makin deras bertambah dan bisa menjadi tempat singgah para pencari ilmu Ushul, Fiqh, Hadits dan Tarikh. Big plan memang, tapi at least saya sudah memulai dan saya sudah memulai. Umur dan ajal wafat, Allah Yang Maha Tahu. At least, saya sudah memulai. Semoga semakin banyak yang memulai. Menabur jejak sebelum wafat.

Gurita Sawah

oleh Hasan Al-Jaizy


Gurita-gurita sawah itu ada, kata penduduk desa. Sempat bertanya aku apakah mimpi ini adanya atau bukan rupanya. Gerangan apa yang menjadikan gurita tinggal di sawah? Apakah orang-orang desa itu sedang mabuk atau memang terlalu tertekan karena diperas pengusaha dari kota?

Aku ingin mengetahui benar tidaknya buah bibir mereka. Kata orang, buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Namun, buah bibir seringkali menggelinding kesana kemari sehingga warnanya tak keruan tercampur debu-debu intan. Kata orang, seperti bapak seperti anak. Namun, kenapa lebih banyak anak tenang dalam pelukan ibunya? Kenapa bukan bapaknya? Apa karena bapak adalah orang paling bangga kala suksesnya anak seraya berkata, 'Ia seperti aku!'? Juga mungkin karena ibu adalah makhluk paling rendah hati kala menatap suksesnya anak tanpa berkata 'Ia seperti aku', namun hanya membatin 'Tak sia aku mendidik'.

Malam-malam berkabut aku keluar. Kata mereka, gurita-gurita sawah keluar malam hari. Mereka suka menyelinap di balik tirai ilalang tinggi-tinggi. Sungguh aku merasa ngeri. Macam mana pula normalnya aku keluar malam hari demi menonton ilalang meninggi!? Kata mereka pula, mereka (para gurita) suka bersembunyi mengintip di dalam gerai petakan sawah. Aih, macam mana pula sudinya aku berbecek kaki pijakkan bumi di malam hari demi gurita kekononan!?

Tapi, rasa penasaranku tak mati-mati.

Lihat itu, ilalang meninggi. Tapi, setinggi-tingginya ilalang, ujung kepalanya tetap menunduk. Kalah pula manusia, yang tinggi pun belum sampai, pundi amal pun belum tunai, namun malas merunduk. Wah, ada beberapa pasang mata di sana! Kunyalakan senterku. Kusorot mereka. Hilang!

Berfikirlah keras-keras batinku. Apa yang hendak kulaku? Apa harus ku datangi mereka? Sedangkan aku tak tahu kekuatan mereka. Namun, ku merasa yakin jahatnya mereka. Gurita-gurita sawah...kenapa mereka ada di sawah? "Pergi aja loe ke laut," kata Sunan Alay. Aneh sekali. Apa mereka sudah tak punya daya di tempat asalnya? Kenapa harus menjajah sawah? Dan jikalau menjajah, kenapa hanya saat malam saja???

Gurita-gurita itu terlihat lagi. Mereka berseliweran di semak-semak berilalang. Mengerikan sekali. Lihat berapa puluh belalai melambai ke sana kemari. Yang ku tahu, mereka mendekatiku...Yang ku tahu, mereka marah padaku....Yang ku kira, mereka akan menangkapku...Yang ku tahu, mereka akan mencekik sekujur tubuhku...seolah-olah seluruhnya adalah leher.

Yang ku tahu...gurita-gurita itu ada di negeri ini. Banyak sekali...banyak sekali! Kasihan para petani.


Tuesday, February 5, 2013

Klepek-klepek


oleh Hasan Al-Jaizy

Kalau begitu, saya urungkan niat. Karena cukup keluarkan suara 'ehm', itu bisa saja membuat seseorang galau satu malam tak bisa tidur, apalagi jika merayu-rayu dengan kalimat "Hompimpa alaihum gambreng...Badriyyah pake baju nge-jreng...Suyuthi pake ngegombal rombeng...Purnomo jadi mau nebeng"

Kalau begitu, saya urungkan niat. Karena kalau senyum sembarangan, dan salah sasaran, bisa ada yang salah kiraan. Inginnya senyum ke pria, malah yang senang waria. Sayang sekilo. Seperti waria-waria pengamen dengan dandanan Satanis melebih dandanan Dimmu Borgir atau Marduk sekalian. Anton De LaVey tidak ada apa-apanya. Lebih mengerikan lagi, waria-waria itu tidak tanggung-tanggung dalam poking alias colek. 

Kalau begitu, saya urungkan niat. Daripada membuat orang lain susah, mendingan tak usah hubungan sekalian. Karena hubungan yang terjadi takutnya merupakan hubungan intim-idasi...yang membuat pihak terhubung terintimidasi oleh getaran-getaran unik, pelik, dan romantik.

Klepek-klepek di pinggir kali. Anak-anak itu berhasil mendapatkan beberapa ikan besar. Beruntung sekali kalian, anak-anak. Jangan lupa bagi-bagi saya. Ini sedari lama sekali saya siap kail dan semuanya, namun malas memancing. Tidak enak melihat ikan-ikan kelepek-kelepek. Lebih baik disetrum saja sekalian biar terbang dan pingsan di pelukan saya.

Kisah Haru Tanpa Hikmah?


oleh Hasan Al-Jaizy

Kisah-kisah haru tanpa hikmah tetaplah sampah yang bukannya menambah kaedah dan faedah malah menambah susah.

Nama-nama jumawa tanpa jasa tetaplah nama semata yang pemiliknya takkan berikan upaya jika merasa takkan dipuji manusia.

Air beriak tetaplah air beriak yang ia mengira manusia takut akan suara riaknya. Sementara manusia justru tahu dengan riaknya akan kedangkalannya. Ibarat anjing kecil menyalak tiada henti, mengira dengan kegalakan itu ia akan diakui dan ditakuti. Sementara banyak manusia tertawai kepalsuan-kepalsuan sampul dagangan berisi bangkai karena mereka tahu dari busuknya tercium bahwa ada bangkai di balik sampul.

Kenapa bersandiwara selagi manusia tahu kau bukanlah kau yang kau tampilkan?

Mengenang Suyuthi Tuk Kedua Kali

oleh Hasan Al-Jaizy


Ini untuk orang-orang yang merasa dirinya sengsara. Kasihan sekali orang-orang semacam ini. Atau yang lebih kasihan adalah yang merasa paling sengsara, paling miskin dan paling menderita. Padahal ia hidup di negara aman. Ia tidak sedang dikejar hewan-hewan. Rumahnya tidak sembarangan digrebek Densus 88. Tetapi kenapa merasa paling besar ia punya kesengsaraan?

Padahl semua dari kita adalah orang kaya. Boleh kaya akan makna, tapi pastinya kaya akan fisik. Ada percakapan Haji Asnawi dan Suyuthi:

Haji Asnawi: "Ada apa, anakku?"

Suyuthi: "Pak Haji, hidup saya seolah paling sengsara. Saya kere sekali. Mau menikah dengan manusia, namun modal tidak ada. Mau beli laptop, namun uang tidak ada. Bayar kredit pun tak mampu. Mau beli baju pun tidak ada. Padahal saya pengen sekali membeli ketiganya: manusia, laptop dan baju. Tapi yang saya dapat malah gundukan puntung rokoknya Pak De Su'aid. Pak Haji, saya miskin sekali. Berikanlah solusi."

Haji Asnawi: "Baiklah, kamu bisa bahasa Arab, kan? Dan kamu suka baca kitab juga, kan? Lalu kamu mudah menghafal Al-Qur'an, Hadits dan matan-matan, kan?"

Suyuthi: "Yoi, Pak Haji."

Surat Buat Orang Sesat I

oleh Hasan Al-Jaizy


Surat Buat Orang Sesat I

Seorang guru Ibtida'iyyah (SD) yang teracuni Atheisme mengajar anak-anak kelas 6. Ia ingin menyebar pemikirannya pada mereka. Beginilah:

"Anak-anak, apakah kalian melihat papan tulis?"

Anak-anak menjawab serempak, "Ya, Pak Guru!"

"Kalau begitu, papan tulis itu ada!"

------------------------------

"Anak-anak, apakah kalian melihat Pak Guru?"

Anak-anak menjawab serempak, "Ya, Pak Guru!"

"Kalau begitu, Pak Guru itu ada!"

------------------------------

"Anak-anak, apakah kalian melihat Tuhan?"

Anak-anak menjawab serempak, "Tidak, Pak Guru!"

"Kalau begitu, Tuhan itu tidak ada!"

------------------------------

Tiba-tiba seorang siswa pintar angkat suara.

"Kawan-kawan, apakah kalian melihat akalnya Pak Guru?"

Anak-anak menjawab serempak, "Tidaak!"

"Kalau begitu, akalnya Pak Guru tidak ada!"

------------------------------

Panca indera bukan satu-satunya sandaran semua pengetahuan.

Monday, February 4, 2013

Mengenang Suyuthi Barang Sekali


oleh Hasan Al-Jaizy

Suyuthi pulang ke kampung. Sorenya ia tiba di ambang pintu rumah. Terucap salam darinya; ibunya sedang terduduk di kursi...sendirian. Karena memang tidak punya apa-apa ia selain Sayuthi dan adiknya yang sedang mondok. Sayuthi pun adalah seorang ustadz di sebuah pondok.


Bermenit berlalu bercengkrama, Suyuthi mulai mengucurkan isi hatinya. 'Bu, aku mau berhenti ngajar di pondok.' Sang ibu kaget bukan kepalang, 'Kenapa mau berhenti, nak?'

'Gajiku terlampau sedikit, Bu. Padahal bertahun sudah ku mengabdi pada santri. Aku merasa miskin dan malu. Teman-teman lamaku sudah menikah dan berbangga; sementara aku di sini hanya berlumuran jengah dan papa.'

Ibu terdiam...

'Bukankah guru di manapun harus bergaji kecil? Tidakkah fikirmu akan pahala dan jasa mendidik anak manusia?' Ibu bertanya tiba-tiba.

Sunday, February 3, 2013

Mengadili Kuburan Keramat

oleh Hasan Al-Jaizy

Pertama, saya pribadi kangen dengan sosok Pak Dr. Daud Rasyid.

Kedua, nasehat Pak De Sa'id periode Mekkah untuk Pak De Sa'id periode Hizby sudah tersebar. Nasehat PK setengah S untuk PKS sedang disebar. Dan yang menyebarnya sekarang adalah ikhwah salafiyyuun, sebagai bentuk nasihat untuk saudaranya. Padahal sebenarnya sudah lama. Nah, suatu saat, jika ada nasehat dari Waskito AM aka Ath-Thaliby atau orang semacamnya untuk ikhwah salafiyyiin, mohon berlapang dada dan jangan langsung berpaling muka seolah-olah tidak punya dosa. Seperti yang tak sekali terjadi. Senang menasehati orang luar, rela dinasehati orang dalam, namun kurang berkenan dinasehati oleh orang yang dianggap bukan daleman. Just be fair lain kali.

Ketiga, setiap hizb senang dengan aturan dan kebersamaan sesama. 

Keempat, semakin hari politikus semakin banyak, bercokol di wall FB. Tidak masalah berkomentar dan mengeluarkan isi fikiran. Tapi, once again, try to be fair; karena adakalanya penasehat itu salah dalam bertingkah. Jika dinasehati orang luar, jangan salah tingkah.

Kelima, whatever...topik hizbiyyah (baik itu hizbiyyah resmi seperti ormas atau partai, maupun hizbiyyah terselubung seperti para fanatics pada gurunya atau hizbiyyah tembakan seperti dituding hizby karena berteman dengan kawan partai) adalah topik asin. Makan yang asin-asin sekali-kali enak. Namun, hati-hati jika terlalu sering, karena membahas hal-hal semacam itu terlalu sering, justru menaikkan tensi dan malah jadi kelihatan sebenarnya dia sendiri juga ber-hizb.

AIR MATA

oleh Hasan Al-Jaizy


Berzaman sudah tiada tangisku. Lalu fikirku kapan lagi bisa ku menangis.

Sempat berfikir kunjungi tempat-tempat yang pernah aku menangis di atasnya. Namun ku ingat air mataku telah mengering. Tak tertemu lagi. Takkan mampu dipungut.

Sempat berfikir meminjam mata-mata sayu milik mereka yang kukenal baik. Namun kuingat betapa rendahnya aku tuk menangis pun apa perlu meminjam mata.

Pernah berfikir mengumpulkan air-air mata penceramah dan khutabaa' di singgasana mereka. Namun mengapa kurasa mereka hanya penjual air mata yang dibeli manusia demi kehormatan dan pujian? Sementara aku tak membutuhkan air mata dagangan.

Lalu aku pun menjepit diriku sendiri di pintu kesengsaraan. Menahan perih lapar dan raungan haus. Mengoyak baju dan kulit. Yang ku dapatkan hanya ringisan dan sakit. Namun mataku tak hendak menyungai airnya.

Kusaksikan dan kubaca kisah-kisah cinta mengharu. Namun di sana kutemukan kepalsuan dan kedustaan dibuat-buat.

Kutemukan mushaf usang berkulit jaring laba-laba. Kubersihkan dan kutiup. Kubuka isinya. Al-Fatihah. Dan kutemukan hulu dan hilir sungai air mata di kalimat "Ihinash shiraathal mustaqiim"


Kalau Baru Selintas, Jangan Diomongi!

oleh Hasan Al-Jaizy


"Kalau Baru Selintas, Jangan Diomongi!"

Kalau memang berniat ingin memberi (sedekah) pada orang lain, baiknya jangan sekadar lafadz, "Saya ingin memberi dana ke fulan (B)" lalu disampaikan melalui A menuju B. Jangan sekadar lafadz, baik lisan maupun tulisan.

Dengan kabar dari A, maka B akan berbesar harapan; karena merasa ada yang akan membantunya. B tidak bisa disalahkan akan harapannya. A pun hanya menyampaikan kabar gembira.

Namun, jika kemudian calon pemberi sedekah ini lupa akan lafadznya, ini sangat tidak baik. Sangat tidak baik. Bahkan bisa mencederai hati manusia. B memang sebelumnya tidak ngarep; tetapi tentu ketika dibukakan pintu harapan, ia menjadi ngarep. Ini manusiawi sekali; terlebih dalam keadaan sulit. Ia akan kecewa dan malah menambah tidak enaknya hati.

Begitu pula A, sebagai penyampai kabar. Ia juga merasakan tidak enaknya. A , jika mau menanyakan atau menagih, ia pun tidak enak. Kesannya seperti peminta-minta. Terlebih B, yang tidak kenal dengan si calon pemberi. B jauh lebih malu lagi.

Saran kami: Jika Anda ingin melakukan sesuatu berkenaan dengan maslahat orang lain, selama itu BARU SEBATAS FIKIRAN TERLINTAS, lebih baik tidak usah diucapkan dulu. Jika memang sudah bertekad, kabarkanlah dan jangan lupakan ucapan setengah janji.

Ini lebih terjadi pada wanita; karena baru sekali terlintas fikiran, langsung diwartakan. Ini bisa berdampak negatif.

Saturday, February 2, 2013

Ku Tahu Yang Ku Mau

oleh Hasan Al-Jaizy


 Ku Tahu Yang Ku Mau

2013, tahun terakhir saya ngampus di Kampus Biru mudah-mudahan. Sebelum lulus, kudu meninggalkan jejak di beberapa sektor, terutama sektor dunia maya ini. Kenapa mematok sebelum lulus kuliah? Karena alam lulus kuliah itu tak selonggar alam kuliah, dari segi tanggung jawab, pekerjaan dan waktu. Karena itu, mahasiswa yang merasa punya kemampuan, skill atau kelebihan di satu sektor, ia HARUS mengexplore, bereksperimen, mengasah dan mendalaminya sebelum kesibukan dan raungan tangis anak bayi mengaburkan konsentrasinya. Lalu tuangkan itu semua ke berbagai tempat.

Seperti istilah yang berkali-kali diucapkan Syaikh Al-Arify, Dha' Bashmatak, atau enaknya diterjemahkan: "Cetak cap jempolmu!", "Taruh Jejakmu!"

Seperti beliau yang mencetak jejak di Somalia, Libya, Meskir, Saudi apalagi, Yaman, Suriah, Palestina, Amerika, Malaysia, dan mana-mana. Ah, beliau kan sudah punya nama. Sudah bergelar doktor dan senior. Mau cetak jejak di mana-mana tinggal masuk jadwal saja.

Tapi, bagi kita yang belum mampu sedahsyat beliau, setidaknya cetaklah jejak di sektor yang kita mampu. Kalau tidak mampu di dunia maya, ya di dunia nyata. Kalau tidak mampu di dunia nyata, ya di dunia maya. Tapi, kalau mencetak jejak di dunia maya, akan ada yang kritik begini: 'Cuma bisa di dunia maya ajah!' Kritik ini benar dan bagus. Karena memang dunia nyata selayaknya lebih diporsikan. Namun, baiknya fahami pula bahwa keberadaan dua dunia ini tidak semua orang bisa menguasai keduanya dengan seimbang. Tidak semua orang berdaya sehingga bisa berjaya di dunia nyata.

Mari Bersama MENGGALI KUBURAN KERAMAT!

oleh Hasan Al-Jaizy



Saya sangat cemburu, ketika mendengar khutabaa' di masjid-masjid, atau di majelis-majelis, menyampaikan kalimat-kalimat ajaib yang menggugah dan terkesan berlebih, sehingga memacu manusia atau pendengar untuk takjub. Saya cemburu karena rupanya kalimat itu dinisbatkan kepada Al-Mustafha, Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-. Saya cemburu karena dengan keajaiban kalimat itu, tak sedikitpun keterangan sahih atau dhaifnya atau maudhu'nya. Tak sedikitpun penyebutan siapa perawinya. Apa mungkin disebabkan kitab-kitab kuning yang mereka pelajari dan dalami memang tak mencantumkan sedikitpun akan itu? Atau mungkin mereka terlalu longgar, super permisif dan tak peduli sama sekali akan keabsahan dan kepalsuan penisbatan kalam pada Nabi.

Bukan karena benci terhadap para khuthabaa'; melainkan ini kecemburuan yang juga diliputi rasa takut. Lancang mengklaim sesuatu tersambung pada Nabi, sementara tak terbukti dan tercurigai tidak tersambung. Lancang mengklaim bersanad dan berketurunan dari keluarga Nabi, sementara tak menjulurkan bukti bahkan terkesan suspicious bahwa itu hanya sebuah pencitraan semata.

Dan apa hasil dan natijah dari longgarnya manusia pada hal seperti ini? Bid'ah ( baik itu disebut hasanah atau dhalalah), takhayyul, khurafat dan ketidakpedulian akan sunnah.

Nyesel Masa Kecil...20 Tahun...Kecewa Karena Cinta

oleh Hasan Al-Jaizy


Nyesel Masa Kecil...20 Tahun...Kecewa Karena Cinta

Nyesel Masa Kecil

Nyesel Masa Kecil

Ketika itu kami berbincang empat mata, dua hidung, dua lidah, dua mulut dan delapan jempol, mengenai kemampuan kami masing-masing. Saya sedang berbicara dengan seorang teman sekelas yang Allah beri berkah dan rahmat baginya, yaitu berupa hafalan 30 juz. Kita berdua berbincang. Ia ingin menjadi seperti saya. Saya juga ingin menjadi seperti dia. Tak sekali ia menanyakan bagaimana konsisten menulis. Tak sekali pula saya menanyakan bagaimana konsisten menghafal Al-Qur'an.

Yang paling membuat saya menyesal adalah setelah saya bertanya begini, "Karena ente sudah hafal semuanya, ketika ceramah atau kajian atau apapun itu, apakah dalil-dalil langsung terfikir?"

Ia jawab, "Iya, alhamdulillah. Mengalir. Tiba-tiba hadir gitu aja di fikiran. Jadi, enak sekali."
 

Friday, February 1, 2013

Lapang Dada Omongan Saja

oleh Hasan Al-Jaizy


"Lapang Dada Omongan Saja"

Seperti mengatakan bahwa hukum shalat berjama'ah adalah wajib dengan dalil-dalil yang sah, namun menyebut orang yang tidak mengatakan wajibnya shalat berjamaah berarti munafik. Ini sama dengan menyebut jumhur ulama adalah munafik. Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi'i, secara tidak langsung (atau langsung?) disebut munafik! Begitu pula ulama madzhab ketiganya.

Namun, jika dikatakan bahwa enggan shalat berjama'ah atau membencinya (bukan karena meyakini ketidakwajibannya) adalah ciri orang munafik, maka ini tepat.

Dan, bukankah yang munafik itu, yang meyakini wajibnya shalat berjama'ah tapi ketika malas dan tidak ketahuan orang yang sependapat dengannya, ia meninggalkan shalat berjama'ah? Ini juga nyata. Meyakini kewajibannya, membela keyakinannya, membantah atau menggugat yang berseberang dengan keyakinannya, namun dalam beberapa kondisi tak termaafkan, mengamalkan apa yang berlawanan dengan keyakinannya.

500.000 --> 4.800 --> 4

oleh Hasan Al-Jaizy


"500.000 --> 4.800 --> 4"

Syu'aib bin Al-Asy'ats As-Sijistaany atau yang dikenal Abu Daud [w. 275 H] berkata:

"Aku telah menulis tentang Rasulullah -Shallallahu alaihi wa Sallam- 500.000 hadits, aku saripatikan dari kesemua itu menjadi apa yang terkandung di kitab ini (kitab Sunan) dan kukumpulkan di dalamnya 4.800 hadits. Aku menyebutkan hadits-hadits yang shahih, atau yang mendekatinya. Dan mencukupi bagi seorang manusia demi agamanya dari hadits-hadits tersebut 4 hadits:

[1] Hadits إنما الأعمال بالنيات : "Sesungguhnya amalan-amalan tergantung pada niat"

[2] Hadits مِنْ حُسنِ إسلام المرء تِركهُ ما لا يعنيه : "Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."
 

Orang-orang Pertama Masuk Islam

oleh Hasan Al-Jaizy


Fawaid 0033: "Orang-orang Pertama Masuk Islam"

Kiranya sesuatu yang bermanfaat bagi kita untuk membahas tentang siapa saja manusia yang Allah muliakan dengan menjadikan mereka sebagai orang-orang terawal masuk Islam. Allah Ta'ala berfirman:

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ

"Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan." [Q.S. Al-Waaqi'ah : 10-12]

Orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad, tiada keraguan lagi, adalah Khadijah radhiyallahu anha. Sebagaimana terwartakan dalam hadits Shahih Bukhary dalam kitab Bad' Al-Wahy. Khadijah lah yang dengan kebijakan dan kedewasaannya, penenang bagi suami tercintanya. Maka jadilah engkau, wahai pembaca dari kalangan wanita, istri yang belajar dari kemuliaan Khadijah.

Orang pertama yang beriman kepada beliau dari kalangan shighar [Anak-anak kecil] atau syabaab [pemuda], adalah Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu anh-, yang kelak menjadi salah satu pemimpin kaum muslimin. Maka jadilah engkau, wahai pembaca dari kalangan pemuda, pemuda yang berhasrat membimbing dan memperbaiki umat.

Orang pertama yang beriman kepada beliau dari kalangan pria dewasa adalah Abu Bakar Ash-Shiddiiq -radhiyallahu anh-. Beliau adalah salah satu orang terbaik di kalangan Quraisy. Dicintai, disegani dan dikawani tersebab husn mu'aasyarah (pergaulan yang baik). Beliau adalah seorang pedagang yang berakhlak baik. Setelah masuknya ke Islam, beliau menyeru banyak manusia untuk mengikuti Nabi Muhammad. Sebagian menentang dan sebagian menerima. Maka masuklah ke Islam beberapa dari manusia melalui tangannya, di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Al-Awwaam, Abdurrahman bin Auf, Said bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. [Sirah Ibn Hisyaam, 1/155] Maka jadilah engkau, wahai pembaca dari apapun kalangannya, manusia yang cepat menerima kebenaran, bersegera padanya, membantu penegak kebenaran, menyeru kepadanya dan menjadi perantara hidayah Allah pada manusia.

Disebutkan pula bahwa Abdullah bin Mas'ud masuk Islam sebelum Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- memasuki Dar Al-Arqam. Beliau masuk Islam kala masih kecil. Diriwayatkan bahwa beliau mengambil dari mulut Nabi 70 surat dari Al-Qur'an Al-Kariim. [ H.R. Ahmad 1/379]

Bilal bin Rabah -radhiyallahu anh- juga termasuk orang yang terawal masuk Islam. Ketika itu ia adalah seorang budak yang kemudian dibeli oleh Abu Bakar, dan dibebaskan dari status perbudakan. [Al-Mustadrak, Al-Hakim, 3/284]

Begitu pula dengan Ammar bin Yaasir. Beliau juga seorang yang terawal masuk Islam. [Shahih Muslim, 1/596]

-radhiyallahu anhum wa ardha anhum-

Lihat: Nadhrah An-Na'iim fi Makaarim Akhlaaq Ar-Rasuul Al-Kariim, Daar Al-Wasiilah, 1/214-215