Wednesday, March 27, 2013

Kepentingan Apreasiasi Dari Pendidik Terhadap Yang Dididik


oleh Hasan Al-Jaizy

Apresiasi, menurut thefreedictionary.com adalah "an expression of gratitude". Itu salah satu pengertian apresiasi menurut mereka. Maksudnya adalah 'sebuah ekspresi atau ungkapan atas sikap berterima kasih'. 

Apresiasi bisa diwartakan dengan 'tongue language' atau 'body language'. Misal dari bahasa lisan adalah mengatakan 'Thank you', atau 'That's great' dan selainnya. Misal dari bahasa tubuh adalah memberi isyarat seperti mengacungkan jempol, tersenyum, dan lainnya. Akan kita kupas contoh lain setelah membahas:

"Kepentingan Apreasiasi Dari Pendidik Terhadap Yang Dididik"

Apresiasi adalah sebuah ekspresi yang banyak diabaikan dan diremehkan para pendidik, mulai dari orang tua, guru sekolah, guru les/kursus/bimbel, hingga para atasan, mulai dari presiden, menteri, direktur, bos dan seterusnya. Padahal, pengungkapan apresiasi, terdapat makna positif dan efek yang bagus terhadap manusia. Pendidik yang kaku dan menyeramkan adalah makhluk yang paling sulit mengapresiasi suatu usaha dan karya pihak yang dididik. Begitu juga dengan atasan yang tidak mau tahu kinerja dan proses -yang ia inginkan hanya hasil terwujud-. 

Lebay Terhadap Orang-orang Saleh

oleh Hasan Al-Jaizy



[1] Sa'id Az-Zanjany

Adalah Sa'id bin Ali Az-Zanjany, seorang ulama yang wafat tahun 471 H. Beliau berkunjung ke berbagai negara demi menyimak hadits Nabi. Ia merupakan seorang hafizh, ahli ibadah dan wara'. Itu penyifatan dari Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah.

Sementara dalam Siyar A'laam An-Nubalaa', Adz-Dzahaby mengatakan, 'Beliau adalah seorang imam al-allaamah (berilmu sangat tinggi), Al-Hafidz, seorang qudwah (yang patut diikuti), ahli ibadah, Syaikhul Islam dan seorang SUFI.' [As-Siyar: 18/385]

Pada senja usianya, beliau memilih tuk menetap di Makkah. Orang-orang mencari keberkahan darinya. Jika beliau keluar menuju masjid Al-Haram, orang-orang yang tadinya sedang thawaf bergegas menujunya. Untuk apa? Untuk mencium tangannya. Hingga Ibnul Jauzy mengatakan, "Mereka lebih sering mencium tangannya daripada menicum Hajar Aswad." [Al-Muntazham, 16/201]

[2] Abu Ishaq Asy-Syirazy

Tuesday, March 26, 2013

Hatimu Rentan, Mohonlah Kesembuhan

oleh Hasan Al-Jaizy



Hati yang empunya jahil (bodoh) tak terasuki ilmu yang sahih sangat riskan. Jangankan hati yang bodoh, bahkan jika seseorang yang berilmu tinggi pun berpotensi tercelakakan dengan penyakit maknawi yang menjalar di lubuk hati. Sesungguhnya tiap-tiap manusia mempunyai nasib, kadar, bagian, takaran dan ukuran dari ujian hati. Ketahuilah, setiap amalanmu, setan berupaya memberi andil di dalamnya.

Penting untuk tidak kau abaikan, bahwa jikalau setan tak mampu menipumu dengan kemaksiatan yang benderang, ia akan menipumu dalam ibadah yang cemerlang. Karena itu, takutlah dan semakin takutlah jika ternyata engkau adalah orang berilmu. Jika engkau mampu membaca Al-Qur'an seindah bacaan, atau memiliki kapasitas ilmu agama yang mengagumkan, atau menuai derma sedekah bergunung-gunung, atau bergerak ke medan perang, secara zahir itu semua adalah keutamaan dan karunia yang begitu besar untukmu.
 

Tersiksa Tangisan

oleh Hasan Al-Jaizy 


Atau hanyakah aku menyaksikannya di layar televisi? Yaitu air mata buaya yang berlinang menyamudera menyandera hati-hati pemirsa dalam keharuan dan iba. Atau hanyakah aku menyaksikan kekonyolan itu di konser-konser boyband atau band pop-punk? Yaitu air mata dunia yang berlinang dan empunya berteriak menyebut nama-nama yang jikalau pemiliknya tak segera bertaubat, siksaan akhirat adalah janjinya.

Begitu banyak manusia kini tersiksa dengan ketenangan, kedamaian dan pemberian. Zahirnya ia tenang. Batinnya berusaha menenang. Namun sejatinya ia adalah siksaan dan penungguan terhadap masa-masa kehancuran. Kekufuran adalah sebuah siksaan sebelum siksaan, sebuah ujian sebelum ujian dan sebuah adzab sebelum adzab.

Perahu Retak ... Bahtera Karam

oleh Hasan Al-Jaizy


Era 90-an, lebih tepatnya sekitar 1997, ada sebuah lagu yang salah satu petikan liriknya tak terlupakan.

"Aku heran....aku heran..."

Itu adalah salah satu lagu yang populer di masa saya masih bersekolah SD, di samping 'Mungkinkah', 'Gerimis Mengundang' dan lainnya. Karena saya saat itu masih SD, mungkin di antara pembaca yang tiba-tiba merasa lebih 'senior' akan menggumam, 'Wah, itu mah masa-masa saya SMA'.

Saya sendiri tidak hafal liriknya, namun selalu teringat lirik tersebut 'dipleseti' oleh teman saya ketika itu. Teman saya bernama Faris. Teman SD saya. Asalnya:
 

Al-Arify, Yang Bukanlah Seorang Ulama

oleh Hasan Al-Jaizy

Sampai sekarang, saya masih terngiang dengan pelabelan bahwa Syaikh Al-Arify bukanlah seorang ulama (ahli al-ilm) namun bukan pula seorang yang masih dalam tahap pencarian ilmu (seperti saya dan Anda). Lalu, sederajat apa beliau? Sederajat ustadz!

Kesalahan-kesalahan beliau adalah miliknya, yang jika dibandingkan kebaikannya untuk kaum muslimin, insya Allah tertutupi. Setelah bertahun-tahun berdakwah (tentunya setelah mencari ilmu) di medan dakwah, pulang pergi negeri demi menyampaikan ilmu, memiliki beragam program tanya jawab di berbagai channel TV dakwah, dan apapun dikerahkan oleh beliau, lalu dilabeli, 'Beliau bukanlah ulama'. Lalu, sederajat apa beliau? Sederajat ustadz!

Kesombongan Tak Tersadari

Kesombongan lebih senang menjangkit di manusia berpunya, entah dari segi materi atau maknawi. Kesombongan lebih suka bercumbu dengan hati orang kaya. Kesombongan juga senang mengipas hati-hati orang berilmu. Kesombongan terburuk terjadi pada seorang yang miskin harta. Yang lebih buruk jika terjadi pada yang miskin ilmu, namun melabeli diri sebagai seorang yang berilmu, atau seorang pencari ilmu.

Betapa sering aku dan kamu tertipu.

Sebelum aku meneruskan, ku harap engkau kelak tak berkata, "Tidak semuanya begitu! Jangan menggeneralisir!" Diamlah dan mari mengacalah.

Kesombongan yang tak tersadari sering terjadi pada lelaki yang berbentuk tubuh kekar. Ia akan memakai kaos ketat berlengan pendek. Ia ingin dikagumi dengan pemberian Allah atas 'kesempurnaan' tubuhnya. Sementara ia tak menyadari akan kecacatan hatinya. Ia akan memamerkan kelebihan ototnya, terutama di bagian lengan, atau di bagian dada.

Kesombongan yang tak tersadari sering terjadi pada wanita yang berwajah manis atau cantik. Ia akan mengukur-ukur seberapa manis wajahnya dan menimbang apakah ada temannya yang semanis dia. Jikalau ada, ia akan iri sejadi-jadinya. Padahal, jikalau ia mempercantik akhlak dan merias bunga-bunga kesalihan hati, ia akan segera sadar bahwa kelak keriput adalah serangan untuk masa tua. Padahal seringkali wajah manis menjadi kesulitan bahkan bencana bagi dirinya. Lalu, mengapa ia merasa takjub pada pemberian yang tak seberapa, jika dibanding akhlak mulia!?

Musafir Perjuangan

oleh Hasan Al-Jaizy


Berawal seseorang dari ketiadaan, lalu berakhir pula dengan ketiadaan. Berawal penciptaan seseorang dengan kesepian dan kesendirian, lalu berkhir pula dengan keduanya. Berawal terlahir manusia dengan keentahan dan ketidaktahuan, dan apakah engkau ingin mengakhiri dengan jawaban, "Aku tidak tahu!" !?

Yang merawatmu sejak sebelum hijrahmu dari perut ibu menuju perut bumi adalahAllah. Yang menjagamu di dalamnya. Setelah keluarnya pun kau tetap Dia jaga. Sepanjang suratan dan siratan sirah hayatmu, Dia lah yang mengaturnya. Rizki telah tertunaikan tanpa setitikpun terkurangi. Nasib telah ditakdirkan tanpa setitikpun kezaliman. 

Apakah kau mengingat-Nya? Bagiamana cerita hatimu kini akan-Nya?

Dia Dia...Dia-lah yang menciptakan kedua orang tuamu, yang menitipkan pada keduanya dirimu. Makhluk pertama yang peduli terhadapmu adalah ibumu. Kemudian, masih ibumu. Lalu, ibumu tak henti peduli. Setelahnya, muncullah nama bapakmu.

Friday, March 1, 2013

Emak Rumah Tetangga...eh...Tangga


oleh Hasan Al-Jaizy


Seorang gadis peminis berpakaian minimalis mungkin karena berkarakter ekonomis -irit- bertemu dengan seorang gadis manis berpakaian maksimalis karena berkarakter agamis.

Sebut saja nama gadis peminis : Sinta. (Sinta berasal dari Cinta. Sinta sebenarnya gurunya Wiro Sableng, ia tiba-tiba menghilang sebelum Wiro diwasiatkan olehnya agar turun gunung demi membela kebenaran dan memburu Rana Weleng yang telah membunuh ayah dan ibunya. Ya, dialah Sinto Gendeng, gurunya gendeng muridnya sableng. Ia menghilang. Mungkin sedang berada di Sirdab.)

Sebut saja nama gadis agamis: Habibah. (no comments)

Sinta: "Pakaianmu nutupi seluruh tubuh, apa ga kegerahan, sis?"

Habibah: "Tentu tidak. Kan sudah saya beri Combantrin."

Sinta: "Hellooow? Sekarang 2013, iklan 90-an jangan dibawa-bawa."

Habibah: "Ngafwan, ukh. Ana suka yang jadul-jadul."

Sinta: "Oooh...Kamu ga kegerahan ya? Apa ga ada selain pakaian semacam ini?"

Habibah: "Selain ini? Yang lebih mahal banyakk!"

Sinta: "Jadi, fine-fine aja ya sis pake beginian?"