oleh Hasan al-Jaizy
Wajiblah kita ketahui bahwa Allah
Ta'ala tidaklah jadikan kebenaran berdasarkan akal-akal manusia, tidak pula
hawa-hawa manusia. Jika engkau ditanya, 'Apa itu hawa?', maka jawablah serupa
ini:
ميلان النفس إلى ما تستلذه من الشهوات من
غير داعية الشرع
"(Hawa adalah) kecenderungan
jiwa pada apa yang ia nikmati/senangi dari syahwat (kesenangan) tanpa pijakan
syariat." [at-Ta'riifaat, hal. 257, al-Jurjany (w. 816 H), Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, cet. 1 - 1403 H]
Kenapa tidak berdasarkan akal
semata? Karena akal-akal manusia saling berbeda. Hawa mereka seringkali saling
bertentangan. Andaikata kebenaran berpijak pada hawa manusia, maka akan saling
berbedalah sebagaimana bedanya warna, wajah, dan tabiat tiap dari mereka.
Karena itulah, ingatlah firman
Allah:
وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ
لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ