oleh Hasan al-Jaizy
Wajiblah kita ketahui bahwa Allah
Ta'ala tidaklah jadikan kebenaran berdasarkan akal-akal manusia, tidak pula
hawa-hawa manusia. Jika engkau ditanya, 'Apa itu hawa?', maka jawablah serupa
ini:
ميلان النفس إلى ما تستلذه من الشهوات من
غير داعية الشرع
"(Hawa adalah) kecenderungan
jiwa pada apa yang ia nikmati/senangi dari syahwat (kesenangan) tanpa pijakan
syariat." [at-Ta'riifaat, hal. 257, al-Jurjany (w. 816 H), Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, cet. 1 - 1403 H]
Kenapa tidak berdasarkan akal
semata? Karena akal-akal manusia saling berbeda. Hawa mereka seringkali saling
bertentangan. Andaikata kebenaran berpijak pada hawa manusia, maka akan saling
berbedalah sebagaimana bedanya warna, wajah, dan tabiat tiap dari mereka.
Karena itulah, ingatlah firman
Allah:
وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ
لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ
"Andai kata kebenaran itu
menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang
ada di dalamnya." [Q.S. Al-Mu'minuun: 71]
Ingatlah jika begitu, bahwa
kebenaran datangnya dari Allah dan dari Rasul-Nya; dari al-Kitab dan as-Sunnah.
Begitulah, meskipun mungkin sedikit pengikut dan pemeluknya. Mungkin menjadi
minoritas, namun janganlah tertipu akan kuantitas, melainkan gagaslah kualitas.
Seorang imam yang zuhud, gurunya
para guru, Syaikhul Islam Fudhayl bin Iyadh (w. 187 H), pernah berkata:
اتَّبِعْ طُرُقَ الْهُدَى وَلَا يَضُرُّكَ
قِلَّةُ السَّالِكِينَ وَإِيَّاكَ وَطُرُقَ الضَّلَالَةِ وَلَا تَغْتَرَّ بِكَثْرَةِ
الْهَالِكِينَ
"Ikutilah olehmu jalan-jalan
hidayah (petunjuk)! Janganlah sedikitnya pengikut jalan mencelakakanmu. Dan
jauhilah olehmu jalan-jalan dhalalah (kesesatan)! Janganlah banyaknya
orang-orang hancur (yang mengikutinya) membuatmu tertipu." [Lihat:
al-I'tisham, 1/136, asy-Syathiby, Daar Ibn al-Jawzy KSA]
Wallahu a'lam.
بارك الله فيك
ReplyDeletealhamdulillah ana tunggu-tunggu tulisan antum disini akhirnya muncul lagi...
ReplyDelete