oleh Hasan Al-Jaizy
Jika di sana
ada yang disebut 'miskin', maka pastilah ada lawannya: 'kaya'. Pula jika ada
yang disebut 'bodoh', maka pastilah ada tandingannya: 'pintar'. Karena hampir
segala sifat tak bisa diketahui kecuali karena ada lawan dan tandingannya.
Seperti: baik dan buruk, atau sehat dan sakit, atau hitam dan putih.
Orang miskin
dan bodoh tergolong orang rendahan. Jika engkau tak terima ku katakan mereka
'rendahan', maka apalah yang kau inginkan? Kau ingin katakan mereka berkelas
tinggi, sementara orang kaya dan pintar berkelas rendah? Jika iya, maka itu
akibat dari memiliki kadar otak yang rendah.
Mental
kebanyakan orang miskin adalah culas, malas, kurang pandai usaha, dan sebagian
lain: curang, sehingga tidak berkah sama sekali usaha mereka. Orang-orang
miskin seringkali mendengki pada orang-orang kaya; padahal mereka tidak ada
urusan dengan kaum miskin. Namun, karena kegagalan hidup kaum miskin, melihat
kaum kaya yang sewajarnya menikmati kekayaan mereka, dengki membara-bara. Ingin
seperti mereka namun tak bisa. Seperti kata banyak orang, "Iri tanda tak
mampu". Orang miskin sering menuntut orang kaya agar bermurah hati. Itu
jika di depan. Di belakang, orang miskin sering mencaci orang kaya, entah
karena pelit, atau karena dianggap tidak peduli rakyat kecil, atau lainnya.
Dasar dari semua itu sebenarnya iri dan ketidakmampuan.
Mental miskin
juga adalah mental mengeluh. Miskin kekuatan jiwa, sehingga mendapat kesulitan
sepetak, keluhannya capai sehektar, mendapat musibah sejengkal, keluhannya
hingga selangkah. Mengeluh, kemudian berusaha sedikit, gagal mendatangi,
mengeluh lagi, lalu mengutuk-ngutuk kondisi ketika melihat orang kaya sedang
menikmati keutamaan hidupnya.
Miskin yang
terburuk selain moral, adalah miskin ilmu. Miskin harta masih bisa diwajarkan.
Namun, miskin ilmu -terutama ilmu agama- adalah sumber semua kemiskinan dan
semua kebodohan. Awalnya, manusia semuanya adalah miskin dan bodoh. Terlahir
sebagai bayi yang tak punya benda dan harta apapun. Jikalau punya harta, karena
warisan atau pemberian, tetap saja tak bisa menggunakannya. Kenapa? Karena bayi
itu bodoh. Tak berilmu. Tak mampu.
Namun, manusia
adalah pelajar dan pembelajar. Bukan manusia jika semakin besar tetap saja
terpenjara dalam kemiskinan dan kebodohan. Ia harus mencari cara bagaimana
keluar. Umur takkan panjang dan kematian terlalu dekat jika hidup tak
dipertahankan dengan mengupgrade kondisi materi dan pengetahuan.
Mental Orang
Bodoh
Mirip
sebenarnya dengan mental orang miskin. Mental kebanyakan orang bodoh tak
berilmu -atau yang rendah kadar keilmuannya- adalah culas, malas, kurang pandai
menjaga ilmu dan lainnya. Karena malas namun mimpinya setinggi angkasa, maka
jadilah ia tukang iri. Dan jika dipelihara, ia berubah menjadi dengki. Orang
bodoh, ketika merangkap menjadi pendengki, kebodohannya berlipat-lipat.
Orang bodoh
juga tidak malu menuntut orang pintar agar berbuat begini dan begitu, seolah
kebodohannya adalah pengatur kepintaran orang pintar. Orang bodoh mengira
orang-orang pintar begitu sombong ketika mereka memperlihatkan kepintarannya.
Itu karena dia tahu kadar dirinya yang bodoh, sembari mendengki, sehingga tak
mau mengakui kadar orang di atasnya. Maka hasilnya: menganggap orang di atasnya
sombong, sok, kasar, tidak hikmah, merasa bangga, dan hal tercela lainnya yang
belum tentu benar ada padanya.
Jangan Miskin,
dan Jangan Bodoh!
Kemiskinan dan
kebodohan adalah sumber penyakit, bencana dan kehilangan. Jika tidak ingin
penyakitan luar dalam, disapa bencana dan kehilangan, maka sedari muda
seseorang harus berambisi untuk tidak menjadi miskin, baik miskin dari segi
harta maupun dari segi pengetahuan. Paling jelek adalah yang sudah miskin
harta, miskin pengetahuan pula, yang keduanya tergabung menjadi: miskin moral.
Sedari muda
juga seseorang harus berambisi untuk tidak menjadi bodoh, baik bodoh akan ilmu
dunia maupun ilmu agama. Paling jelek adalah yang sudah bodoh akan ilmu dunia,
bodoh pula akan ilmu agama, yang keduanya tergabung menjadi: sampah masyarakat.
Yang terbaik,
tentu mereguk semuanya. Dan jika engkau mampu menjadi yang terbaik itu, maka
kenapa merendah diri dengan tidak mengusahakannya?!
Upayakan jadi:
[1] Orang kaya
harta
[2] Orang kaya
pengetahuan
[3] Orang
pintar ilmu dunia
[4] Orang
pintar ilmu agama
Aku yakin jika
kau yakin maka -dengan izin Allah- kau akan mendapatkan apa yang kau yakini
menjadi nyata. Awalnya memang mimpi, tengahnya adalah realisasi dan
konsistensi, terakhirnya adalah pelangi.
bagus sekali. saya sangat setuju
ReplyDelete