Friday, October 23, 2015

Konsultan Saya Adalah Ayah

oleh Hasan al-Jaizy

Konsultan utama saya dalam masalah belajar dan dakwah adalah ayah saya sendiri. 

Konsultan utama saya dalam masalah perasaan, manajemen keluarga dan kebaktian adalah ibu saya sendiri. 

Walaupun pekerjaan sebagai seorang konsultan, tapi saya tak bisa lepas dari Nyak dan Babeh. Mau sekeren apapun di hadapan siapapun, sowan ke Nyak Babeh itu harus. Sowan ke Nyak Babeh itu wajib, sampai kapanpun. Sementara sowan ke orang-orang besar yang bukan murabbi saya itu tidak wajib, bahkan kadang saya malah khawatir sowan karena kepingin dianggap 'wah, muridnya wah ternyata dikenal oleh orang besar'.

Ada hal yang perlu kita bertanya-tanya dan tidak usah pura-pura. Kamu dulu lahir di rahim siapa? Yang biayakan sekolah kamu itu ayah atau tetangga atau ustadz yang baru ketemu setelah dewasa? Sekarang, komunikasi kamu dengan ustadz atau ayah kamu yang lebih intens?

Juga hal yang perlu diingat, ayah dan ibu kamu lebih kenal tentang kamu daripada guru kamu ketemu besar. Apalagi kalau guru tersebut kamu hadiri majelisnya sepekan atau sebulan sekali. Apalagi kalau cuma nyimak tanpa konsultasi dekat ngobrol dekat. Jadi please, jangan merasa sudah paling punya naungan. Ayah dan ibu kamu lebih tahu latar belakang kamu, spirit kamu, kemauan kamu, konyolnya kamu, lucunya kamu, nangisnya kamu, sampai kalahnya kamu pas maen kelereng dulu. Ayah dan ibu kamu!

Kalau memang ayah dan ibu kamu ga bisa dijadikan konsultan, ga bakal kasih solusi karena dunia kamu beda, minimal pijitin bahu ayah, atau kasih Nyak berapa duit buat belanja, lalu bilang hajat kamu apa. Bilang kamu mau apa. Bilang kamu suka sama siapa. Bilang aja. Bilang aja. Malah kok kamu lebih getol bilang hajat kamu ke teman, atau ustadz, yang kenal kamu saja baru kemarin. Kamu lupa ya kalau pertama kali kamu mengenal matahari, kamu ada sama ayah ibu, bukan sama teman atau ustadz?

Kamu lupa ya kalau sebesar-besar harapan teman atau ustadz sama kamu, lebih besar lagi harapan ayah ibu sama kamu? Kamu lupa ya jeritan Nyak dan cakarannya ke Babeh pas ngeluarin kamu? Kamu lupa ya pas kecil kamu lari hampiri ayah kamu sore-sore nyambut kedatangannya yang capek berpeluh kerja cari nafkah sambil tergopoh-gopoh gopong tasnya?

Kamu ga tau ibu nangisin kamu di doa beliau? 

Kamu ga tau ayah di jalanan nangis karena kebingungan cari duit?

Sebenarnya kamu emang ga tau. Dan ga mau tau. Karena mungkin bagi kamu, ayah ibu udah jadul. Ga tau dunia kamu. Ga punya solusi.

Dan alhamdulillah kalau saya, tidak begitu. Kadang ayah ibu saya memang ga kasih solusi lewat kata. Tapi bagi saya mah, salaman tangan baik-baik pas mau pamit dari rumah ayah ibu adalah solusi. Bagi saya mah, mereka konsultan tak tergantikan. Saya cerita apapun, mereka dengarkan.

Bagi saya mah, melihat mereka berdua berdiri depan pintu lihat saya naik motor pamit pergi dan mereka lambaikan tangan jawab salam, adalah solusi.

Solusi yang ga bisa saya dapatkan di siapapun guru saya yang terpintar.

Solusi problematika apapun buat saya mah: berbuat ihsan pada ayah ibu.

Solusi dari the best consultant. Ridha ayah ibu saat saya udah gede gini udah cukup membuat saya yakin dan berdoa: semoga Allah Ta'ala meridhai kami... dan kamu.


No comments:

Post a Comment