oleh Hasan Al-Jaizy
Untuk memantapkan listening skill Bahasa Arab, sediakan waktu tiap hari sekitar 30 menit untuk mendengarkan audio Arabic, jika ada teksnya, itu lebih bagus.
Seahli-ahlinya orang dalam suatu bidang ilmu, selayaknya ia tidak merasa paling ahli. Karena ilmu dan skill adalah nikmat. Dan nikmat yang dipegang orang sombong justru akan berbalik menjadi bumerang dan bencana bagi dirinya.
Sebenarnya adalah hal yang 'memalukan' jika
kita banyak bicara agama, banyak mengkritik kyai ini itu, menyuruh umat untuk bersatu di atas sunnah, mengatakan 'fulan' hizby, 'fulan' bukan S lagi...
sementara kita sendiri lamban atau malah enggan dalam mempelajari bahasa Arab. Memalukan.
Dan segalanya kembali ke tujuan pembelajaran masing2 juga. Sebenarnya tidak diwajibkan untuk bisa 'bicara' atau 'menulis/mengarang' dengan bahasa Arab.
Jika tujuannya untuk memahami agama dan menegakkan hujjah, maka memahami teks dan kalam sudah mencukupi insya Allah.
Jika ingin menambah kemampuan untuk berbicara dan mengarang [kedua hal tsb lebih baik insya Allah], maka diperlukan:
--> penambahan durasi dan frekuensi membaca dan mendengar
--> konsistensi di tiap hari
--> target masa
Bahkan untuk membaca saja, kita tidak bisa katakan 5 tahun baca kitab Arabic, sudah memastikan kita faham segala bacaan Arabic. Tidak.
Kembali pula ke kualitas pribadi.
Kembali pula ke kesabaran [mungkin saja 10 tahun]
Kembali pula ke NIAT
Kembali pula ke NIAT
Kembali pula ke NIAT
Mungkin saja kita merasa kesulitan atau tertutup dari ilmu bukan karena kita bodoh atau cara kita yang salah, tapi mungkin saja karena:
--> Niat awal yang tidak lurus, sehingga dengan hikmah-Nya Allah menunda keilmuan agar kita sadar dan terhindar dari kesombongan
--> Maksiat
Sudah kah kita meluruskan niat [ikhlas] dan meluruskan jalan hidup [taqwa]? Silahkan dijawab sendiri2.
13 Oktober 2011
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/261647443876648
Untuk memantapkan listening skill Bahasa Arab, sediakan waktu tiap hari sekitar 30 menit untuk mendengarkan audio Arabic, jika ada teksnya, itu lebih bagus.
Seahli-ahlinya orang dalam suatu bidang ilmu, selayaknya ia tidak merasa paling ahli. Karena ilmu dan skill adalah nikmat. Dan nikmat yang dipegang orang sombong justru akan berbalik menjadi bumerang dan bencana bagi dirinya.
Sebenarnya adalah hal yang 'memalukan' jika
kita banyak bicara agama, banyak mengkritik kyai ini itu, menyuruh umat untuk bersatu di atas sunnah, mengatakan 'fulan' hizby, 'fulan' bukan S lagi...
sementara kita sendiri lamban atau malah enggan dalam mempelajari bahasa Arab. Memalukan.
Dan segalanya kembali ke tujuan pembelajaran masing2 juga. Sebenarnya tidak diwajibkan untuk bisa 'bicara' atau 'menulis/mengarang' dengan bahasa Arab.
Jika tujuannya untuk memahami agama dan menegakkan hujjah, maka memahami teks dan kalam sudah mencukupi insya Allah.
Jika ingin menambah kemampuan untuk berbicara dan mengarang [kedua hal tsb lebih baik insya Allah], maka diperlukan:
--> penambahan durasi dan frekuensi membaca dan mendengar
--> konsistensi di tiap hari
--> target masa
Bahkan untuk membaca saja, kita tidak bisa katakan 5 tahun baca kitab Arabic, sudah memastikan kita faham segala bacaan Arabic. Tidak.
Kembali pula ke kualitas pribadi.
Kembali pula ke kesabaran [mungkin saja 10 tahun]
Kembali pula ke NIAT
Kembali pula ke NIAT
Kembali pula ke NIAT
Mungkin saja kita merasa kesulitan atau tertutup dari ilmu bukan karena kita bodoh atau cara kita yang salah, tapi mungkin saja karena:
--> Niat awal yang tidak lurus, sehingga dengan hikmah-Nya Allah menunda keilmuan agar kita sadar dan terhindar dari kesombongan
--> Maksiat
Sudah kah kita meluruskan niat [ikhlas] dan meluruskan jalan hidup [taqwa]? Silahkan dijawab sendiri2.
13 Oktober 2011
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/261647443876648
No comments:
Post a Comment