oleh Hasan Al-Jaizy
Sampai sekarang, saya masih terngiang dengan pelabelan
bahwa Syaikh Al-Arify bukanlah seorang ulama (ahli al-ilm) namun bukan pula
seorang yang masih dalam tahap pencarian ilmu (seperti saya dan Anda). Lalu,
sederajat apa beliau? Sederajat ustadz!
Kesalahan-kesalahan beliau adalah miliknya, yang jika
dibandingkan kebaikannya untuk kaum muslimin, insya Allah tertutupi. Setelah
bertahun-tahun berdakwah (tentunya setelah mencari ilmu) di medan dakwah,
pulang pergi negeri demi menyampaikan ilmu, memiliki beragam program tanya
jawab di berbagai channel TV dakwah, dan apapun dikerahkan oleh beliau, lalu
dilabeli, 'Beliau bukanlah ulama'. Lalu, sederajat apa beliau? Sederajat
ustadz!
Ya, sederajat ustadz, seperti ustadz-ustadz kita.
Sederajat dengan ustadz yang sudah bisa ceramah. Atau sederajat dengan ustadz
yang sudah hebat menulis di situs atau blog. Yang ketika dipanggil 'ustadz',
mengelak, 'Ngapwan, ana bukan ustadz.'
Lama-lama, Syaikh Muhammad Abdul Maqshud, dengan
hafalannya yang kuat itu, dicap 'beliau bukan ulama' karena punya beberapa
kesalahan. Kalau barometer penyebutan 'dia bukan ulama' adalah karena punya
kesalahan yang (dianggap fatal), maka bisa jadi kawan-kawan yang
mendeskreditkan Syaikh Ali Al-Halaby sah-sah saja; karena (menurut mereka) beliau
punya salah. Yang ketika kita disuguhi jarh mereka, kita mengatakan,
"Siapa kalian dan seberapa berilmu kalian di dunia nyata, sehingga sudah
bisa men-jarh beliau?"
Baiklah. Al-Arify itu ngustadz. Beliau punya banyak
hafalan, Allah memberikannya keutamaan dengan ceramah menarik, telah berdakwah
di sana-sini, ikut forum para masyaayikh di beberapa tempat, membela Sunnah
melawan Syi'ah di program2 TV, dan seterusnya.
Beliau itu sama ngustadznya seperti Anda, yang punya
banyak tulisan, Allah berikan pada Anda keutamaan dengan tulisan terbaik,
sehingga dinikmati kaum muslimin sana-sini, membela Sunnah melawan Bid'ah di
situs-situs, dan seterusnya.
Jika ustadz madrasah tsanawiyyah tak bisa disamakan
dengan ustadz di Jami'ah, seharusnya syaikh fulan juga belum tentu bisa
disamakan dengan syaikh al-allamah fulan. Semoga setelah ini kita tidak
dilabeli sebagai pelajar yang ghuluw terhadap seorang berilmu; sebagaimana
seorang yang juga bukan seorang ulama kadang tidak sadar kalimatnya terkesan
'belagu'.
like this lah , ,barakallahu fykum . .
ReplyDelete