oleh Hasan Al-Jaizy
Atau hanyakah aku
menyaksikannya di layar televisi? Yaitu air mata buaya yang berlinang
menyamudera menyandera hati-hati pemirsa dalam keharuan dan iba. Atau hanyakah
aku menyaksikan kekonyolan itu di konser-konser boyband atau band pop-punk?
Yaitu air mata dunia yang berlinang dan empunya berteriak menyebut nama-nama
yang jikalau pemiliknya tak segera bertaubat, siksaan akhirat adalah janjinya.
Begitu banyak manusia kini
tersiksa dengan ketenangan, kedamaian dan pemberian. Zahirnya ia tenang.
Batinnya berusaha menenang. Namun sejatinya ia adalah siksaan dan penungguan
terhadap masa-masa kehancuran. Kekufuran adalah sebuah siksaan sebelum siksaan,
sebuah ujian sebelum ujian dan sebuah adzab sebelum adzab.
Jika disebut kata 'adzab',
tentu bayangan keburukan tergambar di benak. Segala adzab adalah keburukan.
Tiada adzab melainkan di dalamnya ada penderitaan, kesulitan dan kepayahan.
Rasulullah -shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda:
السفر قطعة من العذاب
"Safar (perjalanan
jauh) adalah sebagian dari adzab." [H.R. Bukhary, dan Muslim]
Safar bukanlah perjalan
dekat yang hanya membutuhkan sedikit kepayahan. Ia adalah perjalanan jauh,
meskipun dijalani dengan sebaik-baik kendaraan. Sementara, adzab yang dimaksud
bukanlah adzab disebabkan kekufuran dan berupa penyiksaan dari Allah. Yang
dimaksud dari adzab di hadits ini adalah penderitaan, kesukaran, dan kepayahan.
Sehingga jangan sampai ditafsirkan bahwa safar secara dzat adalah keburukan.
Tidak! Adakalanya safar adalah jihad, terlebih jika bertujuan untuk sampai ke
sebuah majelis ilmu. Adakalanya safar adalah maksiat, jika tujuannya untuknya,
atau melakukannya selaginya.
Begitu juga sabda beliau:
إن الميت ليعذب ببكاء أهله عليه
"Sesungguhnya mayit
itu tersiksa dengan tangis keluarganya terhadapnya." [H.R. Bukhary, dan
Muslim]
Ibnul Qayyim mengatakan:
أي يتألم ويتوجع لا أنه يعاقب بأعمالهم
"Maksudnya, mayit
tersebut merasa menderita karena tangisan keluarganya, bukan disiksa karena
perbuatan mereka (yang menangis itu)." [Ighatsah Al-Lahfaan, 1/36]
Salah satu siksaan yang
terburuk adalah tercerainya persatuan, terberainya kesatuan dan terpecahnya
persaudaraan. Kelak seorang anak durhaka akan tahu apa arti tangisan ibunya
yang ia durhakai, ketika ia menjadi orang tua. Kelak mereka yang fanatik
terhadap golongannya meskipun mengatasnamakan agama akan mengerti apa tafsiran
dari tangisan para ulama yang ingin agar umat ini bersatu.
Namun, seringkali
tangisan-tangisan itu menyiksa; karena kita difitrahkan tidak ingin melihat
sebuah lukisan kesengsaraan, meskipun itu hanya berwujud sebuah tangisan.
No comments:
Post a Comment