Monday, July 15, 2013

Pembagian Ulama Umat dan Siapakah 'Ulil Amri'?

DAKWAH kepada Allah dan menyampaikan sunnah Rasul-nya merupakan syiar bagi golongan yang beruntung (para ulama) dan para pengikutnya, sebagaimana firman-Nya:

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"." [Q.S. Yusuf: 108]

Yakni mereka yang menyampaikan apa-apa yang datang dari Rasulullah berupa penyampaian kata-kata (dan maknanya), perbuatan dan ketetapan beliau. Berdasarkan hal itu, ulama dibagi menjadi 2 golongan:

[PERTAMA] = AHLI HADITS

Mereka adalah pemelihara hadits yang menjaga dan memelihara, serta mengamalkannnya. Mereka adalah para imam dan pemuka-pemuka agama Islam yang memelihara pondasi-pondasi agama dan ajarannya dari penyelewengan dan perubahan isinya. Mereka adalah golongan yang disebutkan Imam Ahmad dalam khutbahnya yang terkenal ketika membantah golongan Zindiq dan Jahmiyyah.

[KEDUA] = AHLI FIQH

Dunia Sengaja Dikeruhkan


ORANG yang merenungkan hal-ihwal dunia pasti akan tahu bahwa ia diciptakan untuk dijauhi. Karena itu, orang yang ingin menikmatinya pasti akan menemukan kesusahan di balik setiap kesenangannya serta kekeruhan di balik setiap kejernihannya. Pendek kata, setiap bagian dunia yang diangkat pasti akan diturunkan.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- mencintai Aisyah –radhiyallahu anha-, lalu beliau diuji dengan ‘hadits ifk’ (tuduhan melakukan zina yang diarahkan kepada Aisyah oleh orang-orang munafik). Dan beliau mencintai Zainab, kemudian turunlah ayat:

فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌۭ مِّنْهَا وَطَرًۭا

“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya)” [Q.S. Al-Ahzab: 37]

Seorang pecinta dunia yang mendapatkan apa yang dicintainya pasti sadar bahwa ia akan berpisah darinya. Oleh sebab itu, kehidupannya menjadi tidak nyaman, meski ketika itu kekasihnya masih ada di dekatnya. Keadaan ini telah diungkapkan seorang penyair dengan perkataannya berikut:

أتم الحزن عندي في سرور ... تيقن عنه صاحبه انتقالاً

“Kesedihan paling menyedihkan bagiku adalah kebahagiaan
Yang diyakini pemiliknya akan segera berubah”

Orang yang berakal pasti akan tahu bahwa tujuan penciptaan kekeruhan di dunia adalah menjauhkan manusia darinya. Karena itu, ia pun hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dan menolak menyibukkan diri dengannya. Ia memilih memfokuskan konsentrasinya mengabdi kepada Allah Ta’ala. Adapun orang yang tidak melakukan tindakan seperti itu pasti akan menyesal pada saat semuanya sudah terlambat.

[Shaid Al-Khaathir, Ibnul Jauzy]

Sunday, July 14, 2013

Manhaj Takut-takutan...Manhaj Ridha Manusia

oleh Hasan Al-Jaizy



[1]

Beberapa orang takkan pernah mau membagi pengetahuan yang dinisbatkan pada orang-orang berilmu seperti Aidh Al-Qarny, Salman Al-Audah, Sayyid Quthb dan lain-lain. Seolah tak pernah sebait pun mendapat faedah dari mereka. Padahal, ada semacam ini yang diam-diam membaca karya mereka. Namun, tidak pernah mau berbagi dan tak hendak mengkaitkan hal pada orang seperti mereka.

Alasan dibuatnya: mereka punya ketergelinciran.

Alasan sebenarnya: saya takut ditahdzir.

Karena jika kelompok Anda (sebenarnya bukan kelompok, namun tetap saja layak disebut kelompok di sisi lain) sudah menumbangkan nama seseorang ramai-ramai, sebagiannya akan ikut-ikutan. Membeo dan membebek.

Dibanding menukil kalam emas dari pemilik nama-nama yang tersebut di atas, sepertinya lebih baik menukil kalam abangan Mario Teguh, Pak Presiden, Pak Menteri dan lainnya. Kenapa? Karena nama-nama tersebut 'aman' dari penumbangan.

[2]

Hakekat Kesabaran

Hakekat kesabaran adalah suatu akhlak mulia yang dimiliki seseorang, yang dengannya ia mampu menahan diri dari perbuatan yang tak baik dan tak patut. Sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang dengannya pribadinya menjadi baik.

Al-Junaid bin Muhammad pernah ditanya perihal kesabaran. Ia pun menjawab:

تجرع المرارة من غير تعبس

"(Kesabaran ialah) seperti engkau meneguk minuman pahit tanpa bermuka masam."

Dzu An-Nun berkata:

التباعد عن المخالفات والسكون عند تجرع غصصى البلية وإظهار الغني مع حلول الفقر بساحات المعيشة

"(Kesabaran ialah) menjauhi segala amalan menyimpang, tabah kala cobaan datang, serta bersikap di depan manusia seolah berkecukupan, padahal sebenarnya ia miskin dan pada nafkah hidup betapa ia membutuhkan."

Ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menghadapi musibah dengan etika yang baik. Ada pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah bersikap tidak membutuhkan apa pun kala alami musibah serta tak mengeluh.

Amr bin Utsman Al-Makky berkata:

Menata Kehidupan Dengan Akal

ORANG berakal mengatur kehidupannya di dunia dengan akalnya. Jika ia miskin, ia akan bersungguh-sungguh bekerja dan mencari uang agar ia tak terhina di mata makhluk. Lalu ia pun mengurangi jumlah pengeluarannya dan memuaskan diri dengan apa yang ada. Karena itu, ia pun hidup dalam keadaan terbebas dari budi orang lain dan terhormat di tengah masyarakat. Sedang jika ia kaya, ia wajib mengatur pengeluarannya, karena ia bisa saja jatuh miskin, lalu ia mesti menghinakan diri kepada orang lain. Salah satu bentuk bencana adalah boros dan melampaui batas dalam berbelanja karena ingin menghina musuk. Padahal, tindakannya ini sejatinya justru bisa membuat musuh menyihirnya.

Seseorang seyogyanya mengambil jalan tengah dalam segala situasi, serta menutupi sesuatu yang tak layak diceritakan kepada orang lain.

Suatu saat, seorang petugas yang memandikan jenazah menemukan uang yang banyak. Ia lantas membelanjakannya sesuka hati. Ketika cerita penemuan uang itu diketahui orang banyak, harta yang ada di tempatnya disita. Ia pun kembali menjadi tak punya apa-apa.