Wednesday, October 3, 2012

Kapan Antum Menikah?

oleh Hasan Al-Jaizy

Orang-orang kebiasaan bertanya: "Antum kapan nih nikah?"

Orang-orang tidak biasa bertanya: "Antum kapan bisa berbahasa Arab?"

Orang-orang tidak mau bertanya: "Antum kapan bakal pergi haji?"

Orang-orang biasa bertanya dan mempertanyakan

Bagaimana Kau Berbicara Agama Dengan Dalil?

oleh Hasan Al-Jaizy

Semua dai berbicara agama. Entah dai menuju kebenaran atau kesesatan. Dan secara umum dai mendatangkan dalil penguat apa yang dibincangkan. Dalil adalah petunjuk, penguat, burhan ataupun tameng. 

Namun apakah semua dalil adalah dalil? Dan apakah semua hasil simpulan dari dalil adalah dalil yang berhasil? Tidak.

Adakalanya seorang dai berdalil namun ia tak tahu, salah atau bahkan sengaja menabur dalil dhaif untuk masalah halal haram atau aqidah. Adakalanya seseorang menabur dalil sahih, namun ia tidak tahu atau tidak mau tahu bagaimana ia bisa menyimpulkan hukum atau faedah dari dalil tersebut, sehingga ia mengambil cara pragmatis dan instan. You know what I mean?

Asasnya, dua asas inilah

Tuesday, October 2, 2012

Jika Ingin Berkontribusi

oleh Hasan Al-Jaizy

Jika memang kau ingin berkontribusi untuk umatmu namun tak satupun kau miliki kecuali sebait ayat yang teramalkan dan tiada cara menebarnya kecuali melalui mengetiknya sebagai status FB via HP mu, maka lakukanlah.

Lakukanlah kini, karena belum tentu kau melakukannya esok.

Lakukanlah kini dengan kerdilnya yang kau punya dan besarnya asa untuk memberi manfaat atau inspirasi.

Kosongkan hati dan isi sepenuhnya untuk-Nya. Berusahalah. Karena bisa jadi nilai keikhlasanmu lebih besar dari kalimat tertulis.

Dari keikhlasan tersebut, Yang Maha Tahu membaca hati dan tulisanmu. Maka jangan bertanya mengapa si fulan yang berilmu sedikit namun manfaatnya untuk orang lain begitu ada, terasa dan mengena. Lalu tanyakan mengapa si fulan yang berilmu banyak namun hanya untuk dirinya dan ia bagaikan tanah gersang: dipandang kering namun tetap ada isinya (tanah).

Karena Dia mengujimu perihal amalmu. Menguji apakah amalmu berkualitas baik. Ia tidak menuntutmu memperbanyak amal tanpa kualitas, yakni kualitas keikhlasan dan kualitas metode/tata cara.

Tiada satu pun darimu melainkan ia benar-benar mempunyai sesuatu untuk disampaikan dan kesempatan itu ada kini; belum tentu esok.

Bisa saja kau menunggu esok, namun takkan pernah bisa kau menuntut esok untuk hadir.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/447071438667580

Gajian?

oleh Hasan Al-Jaizy

Bagi yang sudah berkeluarga, pihak yang pertama tertoleh dan terpedulikan adalah istri dan anak, kemudian orang tua. Atau sebaliknya. Disesuaikan dengan kondisi dan mana yang lebih berhajat.

Bagi yang belum menikah, tentu pihak pertama yang tertengok dan terpedulikan adalah orang tua; sebagaimana orang tuanya ketika mendapat rizki, pihak yang pertama terpedulikan adalah dia, sebagai anak.

Kelaziman tersebut kurang berlaku bagi dia yang pacaran atau berselingkuh, karena sila pertama adalah kepedulian terhadap pacar atau selingkuhan. Pacaran atau berselingkuh memudahkan seseorang untuk mendurhakai orang tua atau anak istri. Meskipun tidak selalu, namun jangan merasa aman dari ketidakselaluan yang negatif, wahai pelaku.

Monday, October 1, 2012

Hujan-hujan

oleh Hasan Al-Jaizy

Hujan ini ingatkan ku pada teman-teman FB, yang kala hujan di tempat mereka, rasa syukur terhatur hingga terkecap di status. Mereka katakan, 'Alhamdulillah, hujan. Allahumma shayyiban naafi'a.' Yang dengan status tersebut, bisa jadi [dan semoga] mereka mendapat pahala beragam. Pahala syukur, pahala karena mengantarkan seseorang pada sebuah kalimat yang disunnahkan terucap kala turun hujan: 'Allahumma Shayyiban Naafi'a'.

Hujan ingatkan ku pada suatu tengah malam ketika remajaku di Salatiga. Ketika itu ku dan teman dekatku berdua tersasar di kaki gunung. Suasana mencekam karena derasnya hujan dan kabut secara ngeri menyelimuti. Bayangkan, ketika kami mengangkat tangan kami ke depan muka, pekat kabut membutakan mata dari apapun! Dingin yang sedingin-dinginnya...kami berjalan meraba menyusuri jalanan mobil.

Hujan ingatkan ku pada suatu sore berjalan sendiri menyusuri rel Sukabumi-Bogor di tahun 2009 yang ketika itu sedang tidak aktif. Setelah berjalan berkilo-kilo melewati stasiun Cigombong [Bogor] yang berupa mayat, meneruslah aku hingga akhirnya berjalan di tempat sepi sekali. Sebabnya, tidak ada rumah warga di sekitar. Sebelah kanan rel adalah semacam tebing, yang di atasnya ratusan hingga ribuan kuburan Cina. Dan sebelah kiri adalah Sungai Cisadane yang saat itu sedang beraliran ganas. Di seberang Sungai, adalah kebun liar tanpa manusia hendak menghuninya. Jam 5 sore, ketika itu, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya tanpa ampun. Terhujani di tengah keterasingan dan keterkecaman.

Hujan ingatkan ku pada teman-teman lamaku di Salatiga. Tak satu cerita saja yang ada, namun bersirat-sirat. Hujan ataupun kemaraunya musim, segala kenangan dengan teman-teman ini, akan selalu basah dalam ingatan.

Dan mungkin setelah membaca beberapa paragraf di atas, ada yang belum terfikir: 'Ingatkah kamu pada Yang Menciptakan hujan?' Jawabannya ada di kalimat 'Allahumma Shayyiban Naafi'a'.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/446990428675681