oleh Hasan Al-Jaizy
Ku Tahu Yang Ku Mau
2013, tahun terakhir saya ngampus di Kampus Biru mudah-mudahan. Sebelum lulus, kudu meninggalkan jejak di beberapa sektor, terutama sektor dunia maya ini. Kenapa mematok sebelum lulus kuliah? Karena alam lulus kuliah itu tak selonggar alam kuliah, dari segi tanggung jawab, pekerjaan dan waktu. Karena itu, mahasiswa yang merasa punya kemampuan, skill atau kelebihan di satu sektor, ia HARUS mengexplore, bereksperimen, mengasah dan mendalaminya sebelum kesibukan dan raungan tangis anak bayi mengaburkan konsentrasinya. Lalu tuangkan itu semua ke berbagai tempat.
Seperti istilah yang berkali-kali diucapkan Syaikh Al-Arify, Dha' Bashmatak, atau enaknya diterjemahkan: "Cetak cap jempolmu!", "Taruh Jejakmu!"
Seperti beliau yang mencetak jejak di Somalia, Libya, Meskir, Saudi apalagi, Yaman, Suriah, Palestina, Amerika, Malaysia, dan mana-mana. Ah, beliau kan sudah punya nama. Sudah bergelar doktor dan senior. Mau cetak jejak di mana-mana tinggal masuk jadwal saja.
Tapi, bagi kita yang belum mampu sedahsyat beliau, setidaknya cetaklah jejak di sektor yang kita mampu. Kalau tidak mampu di dunia maya, ya di dunia nyata. Kalau tidak mampu di dunia nyata, ya di dunia maya. Tapi, kalau mencetak jejak di dunia maya, akan ada yang kritik begini: 'Cuma bisa di dunia maya ajah!' Kritik ini benar dan bagus. Karena memang dunia nyata selayaknya lebih diporsikan. Namun, baiknya fahami pula bahwa keberadaan dua dunia ini tidak semua orang bisa menguasai keduanya dengan seimbang. Tidak semua orang berdaya sehingga bisa berjaya di dunia nyata.
Bahkan, bisa jadi dunia maya lebih terasa berkahnya.
Yang tidak menarik adalah menikam aktivis dunia maya, namun sendirinya tidak punya daya dan tidak mau usaha baik di nyata atau maya. Ini tidak menarik sama sekali.
Di dunia nyata, jika seseorang punya harta, bisa sedekah. Babnya begitu luas. Banyak orang membutuhkan. Banyak pelajar yang kekurangan. Banyak anak-anak miskin kasih sayang. Banyak majaal, lapangan dan bidang bergeletakan. Atau sedekah ilmu dan tenaga jika punya dan tersempat.
Jika tak punya dan tak sempat, maka takkan mungkin bisa memberi. Kalau begitu, berusahalah mencari modal agar bisa memberi. Jika tidak bisa memberi, baik materi atau maknawi, berarti dia tidak bermanfaat. Manusia yang tak bermanfaat pasti bermadharat. Jadi, tinggal pilih: bermanfaat atau tidak. Jika bermanfaat, stay alive! Jika tidak bermanfaat, better off dead!
Tanda tangani berbagai sektor yang dikuasai. Kelak di masa tua ada kisah-kisah indah untuk anak cucu. Bukankah tidak sedikit kakek-kakek yang kehilangan wibawa dan tak dipandang oleh anak cucunya karena tak punya cerita?
No comments:
Post a Comment