oleh Hasan Al-Jaizy
Kalimat yang berbau kufur dan bahaya:
"Dewi Fortuna belum berpihak pada...." [seringkali diucapkan oleh presenter berita olahraga atau ditaburkan oleh wartawan koran]
[1] Sejak kapan ada yang namanya Dewi Keberuntungan? Dewi adalah Goddess, berwujud female [betina]. Sedangkan untuk pejantan, menjadi Dewa [God]. Dan ini semua adalah keyakinan agama berhala; agama yang diperangi oleh Islam; karena kandungan kesyirikan yang sangat buruk.
[2] Sejak kapan dalam agamamu [Islam] mengenal adanya Dewa dan Dewi? Dan yakin sekali kita sebenarnya para presenter dan komentator bola yang otaknya sekeras dengkul para pemain bola itu, benar-benar tidak mengerti kalimat tersebut. Beginilah akibat dari menuhankan kulit bundar, kok dan televisi.
[3] Sejak kapan kau mengenal seorang Dewi yang mengkhususkan diri pada pemberian keberuntungan? Segala yang terjadi adalah kehendak Allah Ta'ala; semuanya juga mengandung hikmah. Dan kau tahu itu; namun pengetahuanmu tak memberi arti dan manfaat; selama comberan masih hitam...yang merupakan lukisan pemikiranmu.
[4] Sejak kapan kau membeo, membebek dan mengekor dalam berkata seperti itu? Jika di sana ada Dewi Fortuna atau Dewi Keberuntungan, apakah di sini juga ada Dewa Unfortuna atau Dewa Kesialan? Beruntungnya, kau hanyalah presenter atau wartawan, bukan pemuka agama. Sialnya, kalimatmu tersiar di televisi atau tersebar di cetakan koran.
Kalimat yang berbau kufur dan bahaya:
"Dewi Fortuna belum berpihak pada...." [seringkali diucapkan oleh presenter berita olahraga atau ditaburkan oleh wartawan koran]
[1] Sejak kapan ada yang namanya Dewi Keberuntungan? Dewi adalah Goddess, berwujud female [betina]. Sedangkan untuk pejantan, menjadi Dewa [God]. Dan ini semua adalah keyakinan agama berhala; agama yang diperangi oleh Islam; karena kandungan kesyirikan yang sangat buruk.
[2] Sejak kapan dalam agamamu [Islam] mengenal adanya Dewa dan Dewi? Dan yakin sekali kita sebenarnya para presenter dan komentator bola yang otaknya sekeras dengkul para pemain bola itu, benar-benar tidak mengerti kalimat tersebut. Beginilah akibat dari menuhankan kulit bundar, kok dan televisi.
[3] Sejak kapan kau mengenal seorang Dewi yang mengkhususkan diri pada pemberian keberuntungan? Segala yang terjadi adalah kehendak Allah Ta'ala; semuanya juga mengandung hikmah. Dan kau tahu itu; namun pengetahuanmu tak memberi arti dan manfaat; selama comberan masih hitam...yang merupakan lukisan pemikiranmu.
[4] Sejak kapan kau membeo, membebek dan mengekor dalam berkata seperti itu? Jika di sana ada Dewi Fortuna atau Dewi Keberuntungan, apakah di sini juga ada Dewa Unfortuna atau Dewa Kesialan? Beruntungnya, kau hanyalah presenter atau wartawan, bukan pemuka agama. Sialnya, kalimatmu tersiar di televisi atau tersebar di cetakan koran.
No comments:
Post a Comment