oleh Hasan Al-Jaizy
Beberapa point yang layak terfikirkan hikmahnya:
[1] Kau saksikan seorang bayi secara natural belajar berdiri. Sungguh mustahil jika ia mampu berdiri begitu saja. Kau tatap gemetar kakinya menopang raga. Lalu kau saksikan ia terjatuh, entah terduduk atau terkapar. Dan ia berusaha lagi...berusaha lagi...berusaha lagi...
[2] Kau bersama selainmu yang mampu berjalan pun tertawa karena lucu ia terpandang. Sementara si bayi tak fahami tawamu. Ia hanya terus berusaha...hingga kelak ia berhasil berdiri sempurna, lalu meneruskan belajar berjalan. Berjalan...hingga tercatat dalam takdir ia mampu berlari...berlari...kemudian dewasa ia berlari berlari...dan di saat yang sama, kau sedang terkapar...karena kau sudah menua. Hingga kemudian kau pun hilang dalam bumi terkubur...terkapar...tak mampu lagi berdiri, bahkan berlari kabur dari pertanyaan kubur.
Seperti:
[3] Kau saksikan seorang murid belajar menulis atau mengaji. Sungguh mustahil jika ia mampu menulis dan mengaji begitu saja. Kau tatap tangannya gemetar kala menulis, atau bibirnya gemetar kala membunyikan satu-dua huruf. Kau saksikan berpuluh kegagalan darinya. Dan ia berusaha lagi...berusaha lagi.. berusaha lagi...
[4] Kau bersama selainmu yang mampu menulis atau mengaji dengan baik, terkadang tertawa kecil, atau bahkan terbahak ketika melihat hasil tulisannya yang buruk merona, atau pelafalannya yang tak jelas bagaimana. Ia terus berusaha...belajar... hingga kelak ia berhasil menulis-mengaji sempurna, lalu meneruskan belajar berkarya dan mengirama. Hingga ia mampu menjadi seorang penulis...atau seorang qari' masyhuur yang manusia selalu rindu akan kemampuannya...dan di saat yang sama, suaramu sudah parau, kau sedang terkapar...karena kau sudah menua. Hingga kemudian kau tak mampu menulis lagi, tak mampu mengaji lagi...kau hilang dalam bumi terkubur...terkapar...
Karena:
--> Bisa jadi orang yang kau tertawai di awal, adalah yang akan tertawa di akhiranmu.
--> Bisa jadi bibit yang kau remehkan semasa butirnya, adalah yang akan menghiasi dunia dengan manfaatnya.
Karena itu, jika tertemu olehmu pembelajar yang lebih muda dan memiliki potensi, tahan tawa dan rangkul dengan hangatnya bimbinganmu. Dan sungguhpun...jikalau ada rasa malu, mungkin layaknya kau malu...karena jika dikiaskan dengan dirimu di seumurannya, belum tentu kau sebaik ia.
Dikatakan 'lebih-tua' karena untuk membimbing, bukan untuk tertawa
Dikatakan 'lebih-muda' karena untuk dibimbing, bukan untuk dicanda
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/422651777776213
Beberapa point yang layak terfikirkan hikmahnya:
[1] Kau saksikan seorang bayi secara natural belajar berdiri. Sungguh mustahil jika ia mampu berdiri begitu saja. Kau tatap gemetar kakinya menopang raga. Lalu kau saksikan ia terjatuh, entah terduduk atau terkapar. Dan ia berusaha lagi...berusaha lagi...berusaha lagi...
[2] Kau bersama selainmu yang mampu berjalan pun tertawa karena lucu ia terpandang. Sementara si bayi tak fahami tawamu. Ia hanya terus berusaha...hingga kelak ia berhasil berdiri sempurna, lalu meneruskan belajar berjalan. Berjalan...hingga tercatat dalam takdir ia mampu berlari...berlari...kemudian dewasa ia berlari berlari...dan di saat yang sama, kau sedang terkapar...karena kau sudah menua. Hingga kemudian kau pun hilang dalam bumi terkubur...terkapar...tak mampu lagi berdiri, bahkan berlari kabur dari pertanyaan kubur.
Seperti:
[3] Kau saksikan seorang murid belajar menulis atau mengaji. Sungguh mustahil jika ia mampu menulis dan mengaji begitu saja. Kau tatap tangannya gemetar kala menulis, atau bibirnya gemetar kala membunyikan satu-dua huruf. Kau saksikan berpuluh kegagalan darinya. Dan ia berusaha lagi...berusaha lagi.. berusaha lagi...
[4] Kau bersama selainmu yang mampu menulis atau mengaji dengan baik, terkadang tertawa kecil, atau bahkan terbahak ketika melihat hasil tulisannya yang buruk merona, atau pelafalannya yang tak jelas bagaimana. Ia terus berusaha...belajar... hingga kelak ia berhasil menulis-mengaji sempurna, lalu meneruskan belajar berkarya dan mengirama. Hingga ia mampu menjadi seorang penulis...atau seorang qari' masyhuur yang manusia selalu rindu akan kemampuannya...dan di saat yang sama, suaramu sudah parau, kau sedang terkapar...karena kau sudah menua. Hingga kemudian kau tak mampu menulis lagi, tak mampu mengaji lagi...kau hilang dalam bumi terkubur...terkapar...
Karena:
--> Bisa jadi orang yang kau tertawai di awal, adalah yang akan tertawa di akhiranmu.
--> Bisa jadi bibit yang kau remehkan semasa butirnya, adalah yang akan menghiasi dunia dengan manfaatnya.
Karena itu, jika tertemu olehmu pembelajar yang lebih muda dan memiliki potensi, tahan tawa dan rangkul dengan hangatnya bimbinganmu. Dan sungguhpun...jikalau ada rasa malu, mungkin layaknya kau malu...karena jika dikiaskan dengan dirimu di seumurannya, belum tentu kau sebaik ia.
Dikatakan 'lebih-tua' karena untuk membimbing, bukan untuk tertawa
Dikatakan 'lebih-muda' karena untuk dibimbing, bukan untuk dicanda
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/422651777776213
No comments:
Post a Comment