oleh Hasan Al-Jaizy
Seharusnya sebagian dari kita jangan terlalu lantang bersuara begini:
"Begitulah mereka [yang dimaksud: pihak yang dianggap sebagai Ahlul Bida' atau yang menyelisihi], yang tidak pernah mau membuka kitab-kitab ulama; tidak mau mengetahui bagaimana ulama salaf menafsirkan ayat atau memaknai hadits."
Pertanyaan kami untuk siapapun yang berkata seperti ini:
[1] Apakah antum sendiri sebenarnya benar-benar sudah berupaya membuka kitab2 ulama salaf yang sejatinya berbahasa Arab itu?
[2] Apakah antum sendiri sudah mengamati dan membandingkan pendapat2/pemahaman ulama tentang ayat/hadits LANGSUNG dari teks di kitab2 mereka?
Jika tidak atau belum, atau pernah namun hanya sekali, kami mohon jangan terlalu lantang berucap seperti di atas.
Karena:
[1] Mungkin saja mereka [pihak yang menyelisihi atau pihak yang dianggap ahlul bida'] justru juga membuka kitab2 ulama salaf LANGSUNG dan meneliti. Dan lebih tidak asyik lagi, mereka tahu isi kitab2 dan pendalilan, sementara kita tidak...karena kita sekedar menjadi muttabi' atau muqallid.
[2] Mungkin saja mereka salah dalam memahami; namun mereka berusaha meneliti. Ini sudah mendapat satu kebaikan, toh?
[3] Mungkin saja itu adalah perkara khilafiyyah yang mu'tabarah; dan mereka men-tarjih apa yang lebih zahir di mata mereka, tentu dengan dalil. Jikalau mereka salah karena salah memahami, semoga diampuni oleh Allah. Jikalau mereka salah karena 'sengaja' atau sekedar 'pembenaran', sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
[4] Melihat diri sendiri dulu sebelum mengucapkannya. Sungguh aneh mempertanyakan pihak lain karena tidak membuka literatur klasik namun sendirinya juga belum melakukannya.
Dan merujuk langsung pada kitab2 ulama, lalu mengumpulkan perkataan2 ulama, menimbang satu persatu, mentarjih atau menjama, semua itu BUKAN PERKARA MUDAH.
Terkadang hanya satu permasalahan sepele sekali, seperti permasalahan air 2 kullah saja, untuk melakukan pembahasan ilmiah yang langsung membuka kitab2, mengumpulkan, menimbang, kemudian mentarjih mana yang benar, bisa saja membutuhkan waktu setengah hari penuh.
Itu semua membutuhkan konsentrasi dan penelitian yang mendalam.
Kita semua ingin agar para ustadz dan masyaayikh [terutama Syaikh Al-Albany dengan juhd nya yang sungguh besar] dihargai...
dan seberapa besar apresiasi kita pada upaya, usaha orang yang menyelisihi kita namun ia pun juga menawarkan pembahasan ilmiah?
...terkecuali jika memang ia terkenal akan penyimpangannya dan kesesatannya...
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/416645151710209
Seharusnya sebagian dari kita jangan terlalu lantang bersuara begini:
"Begitulah mereka [yang dimaksud: pihak yang dianggap sebagai Ahlul Bida' atau yang menyelisihi], yang tidak pernah mau membuka kitab-kitab ulama; tidak mau mengetahui bagaimana ulama salaf menafsirkan ayat atau memaknai hadits."
Pertanyaan kami untuk siapapun yang berkata seperti ini:
[1] Apakah antum sendiri sebenarnya benar-benar sudah berupaya membuka kitab2 ulama salaf yang sejatinya berbahasa Arab itu?
[2] Apakah antum sendiri sudah mengamati dan membandingkan pendapat2/pemahaman ulama tentang ayat/hadits LANGSUNG dari teks di kitab2 mereka?
Jika tidak atau belum, atau pernah namun hanya sekali, kami mohon jangan terlalu lantang berucap seperti di atas.
Karena:
[1] Mungkin saja mereka [pihak yang menyelisihi atau pihak yang dianggap ahlul bida'] justru juga membuka kitab2 ulama salaf LANGSUNG dan meneliti. Dan lebih tidak asyik lagi, mereka tahu isi kitab2 dan pendalilan, sementara kita tidak...karena kita sekedar menjadi muttabi' atau muqallid.
[2] Mungkin saja mereka salah dalam memahami; namun mereka berusaha meneliti. Ini sudah mendapat satu kebaikan, toh?
[3] Mungkin saja itu adalah perkara khilafiyyah yang mu'tabarah; dan mereka men-tarjih apa yang lebih zahir di mata mereka, tentu dengan dalil. Jikalau mereka salah karena salah memahami, semoga diampuni oleh Allah. Jikalau mereka salah karena 'sengaja' atau sekedar 'pembenaran', sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
[4] Melihat diri sendiri dulu sebelum mengucapkannya. Sungguh aneh mempertanyakan pihak lain karena tidak membuka literatur klasik namun sendirinya juga belum melakukannya.
Dan merujuk langsung pada kitab2 ulama, lalu mengumpulkan perkataan2 ulama, menimbang satu persatu, mentarjih atau menjama, semua itu BUKAN PERKARA MUDAH.
Terkadang hanya satu permasalahan sepele sekali, seperti permasalahan air 2 kullah saja, untuk melakukan pembahasan ilmiah yang langsung membuka kitab2, mengumpulkan, menimbang, kemudian mentarjih mana yang benar, bisa saja membutuhkan waktu setengah hari penuh.
Itu semua membutuhkan konsentrasi dan penelitian yang mendalam.
Kita semua ingin agar para ustadz dan masyaayikh [terutama Syaikh Al-Albany dengan juhd nya yang sungguh besar] dihargai...
dan seberapa besar apresiasi kita pada upaya, usaha orang yang menyelisihi kita namun ia pun juga menawarkan pembahasan ilmiah?
...terkecuali jika memang ia terkenal akan penyimpangannya dan kesesatannya...
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/416645151710209
No comments:
Post a Comment