oleh Hasan Al-Jaizy
Beberapa point yang meminta tangan tetap membentang di atas:
[1] Sebuah kalimat:
إن البخيل فقير لا يؤجر على فقره
"Sesungguhnya orang pelit itu adalah orang miskin dan ia tidak diberi pahala atas kemiskinannya."
Kalimat di atas adalah celaan pada orang yang pelit, entah pelit ilmu, pelit harta atau pelit jasa.
[2] Lalu:
--> Pelit ilmu adalah yang hanya mencukupkan ilmu terpatri bagi dirinya tanpa ingin menyebarkan pada siapapun; kecuali jika ada timbalan dan imbalan.
--> Pelit harta adalah yang enggan membentangkan tangan untuk memberi kelebihan harta pada yang membutuhkan; kecuali jika ada imbalan, entah berupa pujian atau hutangan.
--> Pelit jasa adalah yang tidak pernah mau membantu orang lain untuk mengenyahkan atau meringankan kesulitan; kecuali jika ada balasan, pujian atau imbalan.
[3] Dan inilah yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota ini. Di mana orang-orang tak hendak berbuat baik pada orang lain kecuali jika tahu bahwa mereka akan meraih keuntungan duniawi semu.
[4] Betapa menyebarnya di kota ini orang-orang berduit namun tiada berkah itu semua; karena mereka adalah orang miskin dalam keadaan kaya atau orang cacat dalam keadaan sempurna atau orang menyedihkan dalam figura bahagia. Kelebihan yang mereka punya hanya untuk mereka dan kekasih mereka.
Cukuplah perkataan Ali bin Abi Thalib menerjang tingkah mereka:
عجباً للبخيل يعيش عيشة الفقراء، ويحاسب حساب الأغنياء
"Sungguh mengherankan orang pelit itu. Hidupnya adalah hidupnya orang-orang miskin dan ia mengira berderajat seperti orang-orang kaya."
Ingin kaya dalam ketercukupan? Bersedekahlah. Tiada sedekah yang tulus, melainkan tanaman-tanaman pahala tumbuh dan berbuah lebat; jika Allah kehendaki bertambah ia tiada henti, jika Allah kehendaki tak bertara ia terhargai.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/425152567526134
Beberapa point yang meminta tangan tetap membentang di atas:
[1] Sebuah kalimat:
إن البخيل فقير لا يؤجر على فقره
"Sesungguhnya orang pelit itu adalah orang miskin dan ia tidak diberi pahala atas kemiskinannya."
Kalimat di atas adalah celaan pada orang yang pelit, entah pelit ilmu, pelit harta atau pelit jasa.
[2] Lalu:
--> Pelit ilmu adalah yang hanya mencukupkan ilmu terpatri bagi dirinya tanpa ingin menyebarkan pada siapapun; kecuali jika ada timbalan dan imbalan.
--> Pelit harta adalah yang enggan membentangkan tangan untuk memberi kelebihan harta pada yang membutuhkan; kecuali jika ada imbalan, entah berupa pujian atau hutangan.
--> Pelit jasa adalah yang tidak pernah mau membantu orang lain untuk mengenyahkan atau meringankan kesulitan; kecuali jika ada balasan, pujian atau imbalan.
[3] Dan inilah yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota ini. Di mana orang-orang tak hendak berbuat baik pada orang lain kecuali jika tahu bahwa mereka akan meraih keuntungan duniawi semu.
[4] Betapa menyebarnya di kota ini orang-orang berduit namun tiada berkah itu semua; karena mereka adalah orang miskin dalam keadaan kaya atau orang cacat dalam keadaan sempurna atau orang menyedihkan dalam figura bahagia. Kelebihan yang mereka punya hanya untuk mereka dan kekasih mereka.
Cukuplah perkataan Ali bin Abi Thalib menerjang tingkah mereka:
عجباً للبخيل يعيش عيشة الفقراء، ويحاسب حساب الأغنياء
"Sungguh mengherankan orang pelit itu. Hidupnya adalah hidupnya orang-orang miskin dan ia mengira berderajat seperti orang-orang kaya."
Ingin kaya dalam ketercukupan? Bersedekahlah. Tiada sedekah yang tulus, melainkan tanaman-tanaman pahala tumbuh dan berbuah lebat; jika Allah kehendaki bertambah ia tiada henti, jika Allah kehendaki tak bertara ia terhargai.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/425152567526134
No comments:
Post a Comment