oleh Hasan Al-Jaizy
Untuk ketiga kalinya peristiwa tabrakan di rel kereta api dekat rumah ana. Manusia menabrak kereta. Selepas magrib tadi, pulang kerja, kebetulan mendapatkan kerumunan dan kemacetan. Dalam kegelapan area skitar rel, teronggok satu mayat di tengah rel. Kondisi badan hancur berdarah-darah. Antara kepala dan pinggang seperti ada pemisah.
Tak ada yang tahu siapa dia. Seperti sekitar 2 tahun lalu, saat saya berangkat kuliah jam 6, terlihat kerumunan orang di area rel. Ternyata pagi itu ditemukan satu mayat yang jelas hasil dari menabrak kereta. Badannya terbelah. Identitas tak dikenal.
Atau ada jua beberapa bulan lalu, seorang kakek tua dengan berpakaian putih terserempet kereta di terik siang. Kebetulan saya baru pulang dari kampus. Tergeletak begitu saja dengan jasad seperti sekarat. Darah mengucur dari kepala.
Untuk ketiga kalinya peristiwa tabrakan di rel kereta api dekat rumah ana. Manusia menabrak kereta. Selepas magrib tadi, pulang kerja, kebetulan mendapatkan kerumunan dan kemacetan. Dalam kegelapan area skitar rel, teronggok satu mayat di tengah rel. Kondisi badan hancur berdarah-darah. Antara kepala dan pinggang seperti ada pemisah.
Tak ada yang tahu siapa dia. Seperti sekitar 2 tahun lalu, saat saya berangkat kuliah jam 6, terlihat kerumunan orang di area rel. Ternyata pagi itu ditemukan satu mayat yang jelas hasil dari menabrak kereta. Badannya terbelah. Identitas tak dikenal.
Atau ada jua beberapa bulan lalu, seorang kakek tua dengan berpakaian putih terserempet kereta di terik siang. Kebetulan saya baru pulang dari kampus. Tergeletak begitu saja dengan jasad seperti sekarat. Darah mengucur dari kepala.
No comments:
Post a Comment