oleh Hasan Al-Jaizy
Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya
Kita kembali menengok dan membenamkan pandangan dan fikiran pada realitas sekitar. Cobalah engkau lihat saudaraku di waktu Subuh, siapa dan siapa yang sempatkan diri ke mushalla-masjid tuk tunaikan shalat Jama'ah. Saksikan sendiri mayoritas adalah orang2 tua.
Pertanyaan: "Kenapa mereka sempat2nya berjama'ah?"
Pernyataan: "Kebiasaan membentuk seseorang. Mereka terbiasa sejak lama tuk berjamaah di masjid, meskipun kebanyakan mereka tak meyakini shalat berjamaah itu wajib; tapi habit menuntut diri tuk mewajibkannya. Dan manusia yang tak terbiasa, ia akan merasa berat melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan."
Ada Anak Mengangkat Derajat Bapaknya...Ada Pula Anak Menyeret Jasad Bapaknya
Didikan Shalat vs Didikan Tidak Shalat
A. DIDIKAN SHALAT
Anak muda yang terbiasa mencium aroma mushalla, akan ringan kaki tuk pergi berjamaah. Bahkan bisa jadi ia justru mengalungkan hatinya di tiang-tiang mushalla; hingga hari terasa tak nyaman tanpa 'ziarah' ruhani. Seringkali itu karena didikan ORANG TUA di masa kecil, dan mungkin pula didikan sekolah-pesantren.
Orang tua yang mendidik anaknya shalat dan berbakti; kelak akan tersiram getah madu di kubur dan akhirat. Karena anak yang salih berpotensi besar mendoakan selalu setelah wafatnya; dan ganjaran amalan anak salih juga mengucur deras padanya. Sungguh mungkinnya orang tua terselamatkan berkah upayanya mendidik anak tuk tegakkan tiang islam dalam jiwa: SHALAT.
B. DIDIKAN TIDAK SHALAT
Sementara anak muda yang tak terbiasa merasuk ke barisan orang2 yang ruku', akan berat langkah menuju mushalla. Lebih buruk lagi jika wajahnya begitu kering akan basuhan wudhu. Naudzubillah. Seringkali itu karena didikan ORANG TUA di masa kecil, yang tidak peduli akhirat anaknya, akhirat dirinya, namun peduli sangat keduniaan keduanya.
Maka jangan sesali gerangan siapapun kecuali diri sendiri; ketika segala bakti si orang tua pada masyarakat, bangsa dan negara runtuh seketika ketika si anak di akhirat melapor: "Ya Rabb, sungguh tiada dulu ku dididik oleh orang tuaku tuk tunaikan amar-Mu!" Jika itu terlafadzkan, maka sungguh tiada yang lebih tersesali kecuali ketika seorang anak sendiri menyeret orang tuanya sendiri ke api yang menyala-nyala.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/395855140455877
Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya
Kita kembali menengok dan membenamkan pandangan dan fikiran pada realitas sekitar. Cobalah engkau lihat saudaraku di waktu Subuh, siapa dan siapa yang sempatkan diri ke mushalla-masjid tuk tunaikan shalat Jama'ah. Saksikan sendiri mayoritas adalah orang2 tua.
Pertanyaan: "Kenapa mereka sempat2nya berjama'ah?"
Pernyataan: "Kebiasaan membentuk seseorang. Mereka terbiasa sejak lama tuk berjamaah di masjid, meskipun kebanyakan mereka tak meyakini shalat berjamaah itu wajib; tapi habit menuntut diri tuk mewajibkannya. Dan manusia yang tak terbiasa, ia akan merasa berat melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan."
Ada Anak Mengangkat Derajat Bapaknya...Ada Pula Anak Menyeret Jasad Bapaknya
Didikan Shalat vs Didikan Tidak Shalat
A. DIDIKAN SHALAT
Anak muda yang terbiasa mencium aroma mushalla, akan ringan kaki tuk pergi berjamaah. Bahkan bisa jadi ia justru mengalungkan hatinya di tiang-tiang mushalla; hingga hari terasa tak nyaman tanpa 'ziarah' ruhani. Seringkali itu karena didikan ORANG TUA di masa kecil, dan mungkin pula didikan sekolah-pesantren.
Orang tua yang mendidik anaknya shalat dan berbakti; kelak akan tersiram getah madu di kubur dan akhirat. Karena anak yang salih berpotensi besar mendoakan selalu setelah wafatnya; dan ganjaran amalan anak salih juga mengucur deras padanya. Sungguh mungkinnya orang tua terselamatkan berkah upayanya mendidik anak tuk tegakkan tiang islam dalam jiwa: SHALAT.
B. DIDIKAN TIDAK SHALAT
Sementara anak muda yang tak terbiasa merasuk ke barisan orang2 yang ruku', akan berat langkah menuju mushalla. Lebih buruk lagi jika wajahnya begitu kering akan basuhan wudhu. Naudzubillah. Seringkali itu karena didikan ORANG TUA di masa kecil, yang tidak peduli akhirat anaknya, akhirat dirinya, namun peduli sangat keduniaan keduanya.
Maka jangan sesali gerangan siapapun kecuali diri sendiri; ketika segala bakti si orang tua pada masyarakat, bangsa dan negara runtuh seketika ketika si anak di akhirat melapor: "Ya Rabb, sungguh tiada dulu ku dididik oleh orang tuaku tuk tunaikan amar-Mu!" Jika itu terlafadzkan, maka sungguh tiada yang lebih tersesali kecuali ketika seorang anak sendiri menyeret orang tuanya sendiri ke api yang menyala-nyala.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/395855140455877