oleh Hasan Al-Jaizy
Mengapa Sahih Bukhary diawali hadits perihal niat?
Para Ahli Ilm berusaha menerjemahkan maksud dari Al-Imam Al-Allaamah Al-Muhaddits Al-Bukhaary yang mengawali kitab As-Sahiih nya dengan hadits 'Innama al-a'maalu bi an-niyyaat'. Beberapa dari mereka menegaskan bahwa beliau berusaha menasihati diri dan juga pembaca agar mengawali segala amalan dan membukanya dengan 'keikhlasan niat'.
Al-Imam Al-Allamah Ibn Hajar Al-Atsqalaany -rahimahullah- mengatakan bahwa Ibnu Rasyiid -rahimahullah- berkata: "Bukhary tidak memaksudkan apapun dari hal ini melainkan keinginannya menjelaskan perihal baiknya niat beliau dalam menulis kitab As-Sahiih."
Hadits yang agung tersebut, dilafadzkan oleh Rasulullah tatkala beliau berdiri di atas mimbar masjid Nabawy. Dari fakta ini, sebagian ulama mengatakan: "Sesungguhnya beliau [Al-Bukhary] ingin menjadikannya seperti maqom khutbah bagi kitab, karena dari konteks hadits tersebut terfahami bahwa Umar ibn Al-Khattab berkata 'ala al-minbar' [di atas mimbar] dengan kehadiran dan kesaksian para sahabat. Maka jika hadits ini layak menjadi petikan khutbah mimbar, layak pula lah ia menjadi khutbah bagi kitab."
Kutipan di atas bersumber dari Kitab Fathul Bary milik Ibn Hajar rahimahullah; dan sebenarnya pembahasan beliau tentang hal ini cukup panjang, karena mencakup banyak perkataan atau pendapat para ulama mengenainya.
Sebagian ulama yang kita dengar memberikan faedah pula bahwasanya hadits di atas sangat layak diingat terus menerus sebelum beramal, kecil atau besar; karena niat adalah pondasi amalan. Karena itu, tidak heran banyak di antara ulama yang berusaha mewujudkan nasihat bagi diri mereka dan juga pembaca untuk senantiasa mensucikan niat dalam mencari ilmu, dengan cara menulis hadits tersebut di awal kitab.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/384830438225014
Mengapa Sahih Bukhary diawali hadits perihal niat?
Para Ahli Ilm berusaha menerjemahkan maksud dari Al-Imam Al-Allaamah Al-Muhaddits Al-Bukhaary yang mengawali kitab As-Sahiih nya dengan hadits 'Innama al-a'maalu bi an-niyyaat'. Beberapa dari mereka menegaskan bahwa beliau berusaha menasihati diri dan juga pembaca agar mengawali segala amalan dan membukanya dengan 'keikhlasan niat'.
Al-Imam Al-Allamah Ibn Hajar Al-Atsqalaany -rahimahullah- mengatakan bahwa Ibnu Rasyiid -rahimahullah- berkata: "Bukhary tidak memaksudkan apapun dari hal ini melainkan keinginannya menjelaskan perihal baiknya niat beliau dalam menulis kitab As-Sahiih."
Hadits yang agung tersebut, dilafadzkan oleh Rasulullah tatkala beliau berdiri di atas mimbar masjid Nabawy. Dari fakta ini, sebagian ulama mengatakan: "Sesungguhnya beliau [Al-Bukhary] ingin menjadikannya seperti maqom khutbah bagi kitab, karena dari konteks hadits tersebut terfahami bahwa Umar ibn Al-Khattab berkata 'ala al-minbar' [di atas mimbar] dengan kehadiran dan kesaksian para sahabat. Maka jika hadits ini layak menjadi petikan khutbah mimbar, layak pula lah ia menjadi khutbah bagi kitab."
Kutipan di atas bersumber dari Kitab Fathul Bary milik Ibn Hajar rahimahullah; dan sebenarnya pembahasan beliau tentang hal ini cukup panjang, karena mencakup banyak perkataan atau pendapat para ulama mengenainya.
Sebagian ulama yang kita dengar memberikan faedah pula bahwasanya hadits di atas sangat layak diingat terus menerus sebelum beramal, kecil atau besar; karena niat adalah pondasi amalan. Karena itu, tidak heran banyak di antara ulama yang berusaha mewujudkan nasihat bagi diri mereka dan juga pembaca untuk senantiasa mensucikan niat dalam mencari ilmu, dengan cara menulis hadits tersebut di awal kitab.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/384830438225014
No comments:
Post a Comment