Saturday, May 12, 2012

Cerita Bermakna

oleh Hasan Al-Jaizy

Cerita ini dari kita sendiri [mungkin memberi makna]:

[1] Momen Sekolah di Pondok Dulu 

Dulu, masa masih SMA [di pesantren], mengajar anak SMP sudah punya harga tersendiri, terlebih jika bisa mengajari anak SMA dari sekolah lain [luar pesantren]. Spesial sangat. Terlebih beberapa teman saya yang masih berusia belasan tahun, sudah bisa berdakwah di 'penjara' kota Salatiga. Kalau melihat mental dakwah anak-anak sekolah sekarang, serasa mustahil.

Tapi, alhamdulillah, anak-anak Pondok Al-Irsyad Tengaran, semenjak remaja [masa SMA] sudah diwajibkan untuk turun ke lapangan dan menata rumput-rumput. Dan sampai sekarang, nilai-nilai budi dan kenangan berharga itu masih tertabur di alam fikir kami.

Dan karena -alhamdulillah- terlatih sejak sekolah untuk bisa mengajari orang umum seumur, hingga kini dampak positifnya terasa. Tidak ada waktu berkenalan pada rasa canggung dan malu jika diminta mengajar orang seumur; yang terpenting kita punya ilmunya dan siap memberi.


[2] Momen Kuliah di LIPIA Dulu 

Dulu, masa masih di jenjang I'dad Lughowy [January 2007-Peghujung 2008], kami memandang mahasiswa2 Fakultas Syariah begitu takjubnya; karena beratnya materi pelajaran mereka. Belum lagi kitab-kitab tebal yang terkadang sebesar nampan; dibuka isinya hanya jutaan huruf-huruf gundul yang mengirim angin tornado ke alam fikir. Meski dulu di pondok sudah terbiasa membaca tulisan botak, namun terbatas jangkauan maknanya. 

Namun, -alhamdulillah-, setelah bersabar 3 tahun belajar, akhirnya sampai juga ke Fakultas Syariah. Kini, hari-hari kami bagaikan musafir padang pasir yang tidak punya apa-apa kecuali beberapa bekal kecil dan kitab-kitab. Artinya, hari-hari kami diisi oleh memelototi secara lahir-batin teks-teks tersebut.


Yang ingin kita berikan dari pelajaran hidup adalah [repost]:

"Ketika kamu melihat seseorang sangat hebat dan mahir dalam melakukan sesuatu, tanamkan dalam fikirmu bahwa : 'Ia bisa seperti itu karena terlatih lama atau terbiasa'."

"Agar tidak tumbuh dalam akalmu akar-akar pragmatis, sekedar ingin cepat hebat, cepat sampai dan mau segera 'enak'. Orang-orang hebat yang kau saksikan, mereka pernah melewati badai di tengah samudera jua kabut di selimut gulita. Sedangkan kamu, baru merasakan sengatan satu lebah."

Yakinlah kamu bisa seperti...atau lebih hebat dari mereka.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/384755914899133

No comments:

Post a Comment