Monday, March 12, 2012

Berdoalah [Sebuah Cerita] II

oleh Hasan Al-Jaizy

Sang mahasiswa tersebut pun pada hari itu menyadari kepentingan shalat sunnah sebelum azan Subuh berkumandang. Ketika ia pergi ke kampus dengan kendaraan umum, ia selalu terbayang sungai-sungai air mata yang mengalir di pipi tadi pagi. Himpitan ekonomi dan juga cobaan-cobaan hidup disertai keyakinan yang kian kuat menjadikan hatinya tenang dan tetap; layaknya gunung yang tetap
 menjadi gunung meski badai...meski kabut...adalah selimut hari-hari.

Tertuang di masa-masa itu fikiran tuk berdoa selalu, "Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu ilmu." Dan kala ada waktu luang tuk berdoa, ia sempatkan mengukir doa tersebut di hati dan hembuskan lafadznya di suara kecil yang lirih...kala sepertiga malam terakhir, kala Subuh, kala Dhuha, kala Dzuhur dan di kala ia teringat betapa lemahnya ia...ilmunya, dirinya, fisiknya dan segalanya ia sebagai insan biasa.

Juga kala ia terbangun sebelum Subuh, ia adalah orang pertama yang melihat orang tuanya berjuang demi mencari nafkah; memasak di dapur...sebagai bekal niaga...demi hidupkan kembali keceriaan keluarga. Adalah doa pinta ampun baginya dan kedua orang tuanya menjadi muqaddimah tangisan-tangisan.






Lalu, Allah Ta'ala bukakan baginya pintu-pintu ilmu satu-persatu. Dan Allah Maha Pemberi Rizqi bagi makhluknya, terutama bagi yang bersyukur.

Siapapun ia selama muslimnya...apapun nama ia berpunya...bagaimanapun fisik ia terbentuk...doakan semoga senantiasa ia dilindungi oleh Allah, diampuni dosanya serta diberi kemuliaan dunia dan akhirat...serta, semoga Allah ampuni muslimiin dan muslimaat.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات





No comments:

Post a Comment