oleh Hasan Al-Jaizy
Bukan air yang selalu beriak di senja
melainkan anak-anak yang teriaknya beriak
bermain bercanda bergelut berenang
di danau kepuasan
Matahari sempat nikmati
berlarinya mereka kesana-kemari
berpetak umpan...satu bersatu bercerai
Bukan air yang selalu beriak di senja
melainkan anak-anak yang teriaknya beriak
bermain bercanda bergelut berenang
di danau kepuasan
Matahari sempat nikmati
berlarinya mereka kesana-kemari
berpetak umpan...satu bersatu bercerai
bagai sekumpulan kelerang terberai
Lalu sembunyi di balik batu-batu
semuanya di kolong langit biru
Pinang terpanjat...atau yang bermangga terpanjat
Petikan-petikan sore...
Mangga ucapkan salam perpisahan
pada kayu berdiri yang melahirkannya
Seakan langit...dengan goresan luka-luka bersama zaman
iringi riang anak-anak
di dalam kanvas takdir
Angin lalu lalang...melintas tanpa aturan
meski sedianya ada yang mengatur
menampar banyak dedaunan hingga dahan
Lalu sembunyi di balik batu-batu
semuanya di kolong langit biru
Pinang terpanjat...atau yang bermangga terpanjat
Petikan-petikan sore...
Mangga ucapkan salam perpisahan
pada kayu berdiri yang melahirkannya
Seakan langit...dengan goresan luka-luka bersama zaman
iringi riang anak-anak
di dalam kanvas takdir
Angin lalu lalang...melintas tanpa aturan
meski sedianya ada yang mengatur
menampar banyak dedaunan hingga dahan
Anak-anak di tepian zaman
di pedalaman
di keentahan akan masa depan
Akankah terus kau menjadi anak-anak, anak-anak?
Jika begitu maumu, matahari
takkan tersenyum lagi untukmu
angin
takkan lagi semilirkan sentuhannya
dedaunan takkan saling bertepuk lagi
karena kamu...
di pedalaman
di keentahan akan masa depan
Akankah terus kau menjadi anak-anak, anak-anak?
Jika begitu maumu, matahari
takkan tersenyum lagi untukmu
angin
takkan lagi semilirkan sentuhannya
dedaunan takkan saling bertepuk lagi
karena kamu...
No comments:
Post a Comment