oleh Hasan Al-Jaizy
Serial MERABA MEDAN II
[Sedikit atau Banyak Murid?]
Salah satu tanda berkahnya ilmu adalah diamalkan; karena ilmu yang bermanfaat pasti akan mendorong empunya tuk mengamalkannya. Sementara ilmu yang tak bermanfaat [meskipun secara dzat bermanfaat] adalah yang terniat disimpan di gudang hati hingga kelak ia akan expired atau hilang tak membekas.
Namun, lebih berkah lagi jika ia disebarkan ke individu lain atau umat secara umum. Dan yang tercermin di medan dakwah kali ini, banyak dari pelajar menginginkan segera memiliki 'murid' untuk ia didik atau minimal untuk menjadi target praktek dakwah. Tentu ini tak tercela begitu saja; bahkan seringkali ini menjadikan seorang pelajar terlatih dan terasah dalam mengajar. Hanya ingat: "Sebarkanlah ilmu yang terpunya; dan jangan sebarkan hal yang tak terpunya".
[Sedikit atau Banyak Murid?]
Salah satu tanda berkahnya ilmu adalah diamalkan; karena ilmu yang bermanfaat pasti akan mendorong empunya tuk mengamalkannya. Sementara ilmu yang tak bermanfaat [meskipun secara dzat bermanfaat] adalah yang terniat disimpan di gudang hati hingga kelak ia akan expired atau hilang tak membekas.
Namun, lebih berkah lagi jika ia disebarkan ke individu lain atau umat secara umum. Dan yang tercermin di medan dakwah kali ini, banyak dari pelajar menginginkan segera memiliki 'murid' untuk ia didik atau minimal untuk menjadi target praktek dakwah. Tentu ini tak tercela begitu saja; bahkan seringkali ini menjadikan seorang pelajar terlatih dan terasah dalam mengajar. Hanya ingat: "Sebarkanlah ilmu yang terpunya; dan jangan sebarkan hal yang tak terpunya".
Lalu...apakah sedikit atau banyaknya murid adalah target?
Ketahuilah, objective [sasaran/target] dakwah di fase pertama BUKANLAH banyak atau sedikitnya jumlah, tetapi bagaimana kita dapat melatih diri untuk menjadi pelajar sekaligus pengajar yang ILMIAH dan BERKUALITAS. Untuk meraih objective ini, tentu tidak diiringi dengan ketergesaan dan keterburuan.
Dahulu kala, di masa awal Syaikh ibn Al Utsaimiin rahimahullah mengajar [kala berumur 25], murid yang hadir hanyalah 3, 4 dan tidak sampai 10. Bahkan terkadang hanya 1. Namun, ketika zaman berlari, angka-angka juga ikut berlari. Ini disebabkan karunia Allah pada beliau yang menetapkannya dalam pangkuan dan polesan ILMU serta KUALITAS.
Jadi, jika ada seorang pelajar senior yang cukup layak mengajar, namun hanya memiliki peserta atau audiens terhitung dengan jari, jangan berkecil hati. Justru, jika ia berkecil hati, ia harus berhati-hati; karena ini bisa jadi bentuk ketidakikhlasan.
Ketahuilah, objective [sasaran/target] dakwah di fase pertama BUKANLAH banyak atau sedikitnya jumlah, tetapi bagaimana kita dapat melatih diri untuk menjadi pelajar sekaligus pengajar yang ILMIAH dan BERKUALITAS. Untuk meraih objective ini, tentu tidak diiringi dengan ketergesaan dan keterburuan.
Dahulu kala, di masa awal Syaikh ibn Al Utsaimiin rahimahullah mengajar [kala berumur 25], murid yang hadir hanyalah 3, 4 dan tidak sampai 10. Bahkan terkadang hanya 1. Namun, ketika zaman berlari, angka-angka juga ikut berlari. Ini disebabkan karunia Allah pada beliau yang menetapkannya dalam pangkuan dan polesan ILMU serta KUALITAS.
Jadi, jika ada seorang pelajar senior yang cukup layak mengajar, namun hanya memiliki peserta atau audiens terhitung dengan jari, jangan berkecil hati. Justru, jika ia berkecil hati, ia harus berhati-hati; karena ini bisa jadi bentuk ketidakikhlasan.
Gembarikanlah hati kita...
dengan daya dan upaya untuk menyampaikan ilmu dengan cara yang ilmiah dan berkualitas, tanpa melihat jumlah atau kuantitas. Tolehkan pandangan jua pada apa yang terjadi pada medan dakwah; kala bermunculan majelis-majelis dzikir yang berhasil mengeruk kuantitas massa menggiurkan, namun tiada terlihat segi ilmiah sedikitpun, atau bahkan tak tersifati dengan kualitas secuil pun.
Maka, jangan tergerus dengan perasaan satanic yang membuat kita tergebu untuk mencari massa tanpa memperhatikan kualitas diri dan bersihnya hati.
==> Adakalanya seorang dai yang kurang laku [karena dia dai underground] hanya bermurid 2, namun di sisi Allah ia begitu mulia.
==> Adakalanya seorang dai yang sangat laku [karena dia dai mainstream] bermurid ratusan, namun neraka seakan menyebut-nyebut namanya; karena yang ia sebarkan adalah kebid'ahan, penyimpangan religius dan kesyirikan.
dengan daya dan upaya untuk menyampaikan ilmu dengan cara yang ilmiah dan berkualitas, tanpa melihat jumlah atau kuantitas. Tolehkan pandangan jua pada apa yang terjadi pada medan dakwah; kala bermunculan majelis-majelis dzikir yang berhasil mengeruk kuantitas massa menggiurkan, namun tiada terlihat segi ilmiah sedikitpun, atau bahkan tak tersifati dengan kualitas secuil pun.
Maka, jangan tergerus dengan perasaan satanic yang membuat kita tergebu untuk mencari massa tanpa memperhatikan kualitas diri dan bersihnya hati.
==> Adakalanya seorang dai yang kurang laku [karena dia dai underground] hanya bermurid 2, namun di sisi Allah ia begitu mulia.
==> Adakalanya seorang dai yang sangat laku [karena dia dai mainstream] bermurid ratusan, namun neraka seakan menyebut-nyebut namanya; karena yang ia sebarkan adalah kebid'ahan, penyimpangan religius dan kesyirikan.
Yang terpenting pula:
Jangan jadikan adanya murid sebagai tujuan
Ada atau tiada murid, tebar kebaikan harus tetap berjalan
Jangan jadikan adanya murid sebagai tujuan
Ada atau tiada murid, tebar kebaikan harus tetap berjalan
No comments:
Post a Comment