oleh Hasan Al-Jaizy
Wanita berair mata itu...
terjaga di pelukan tepi malam yang tua
sediakan kemudian mukena dan berdoa
Sembari terkenang bait-bait juang dari suami yang
dahulu menjadi angin-angin
kencang dan liar di puncak-puncak bukit
Wanita berair mata itu...
sediakan segala makanan dan kecupan kasih
tuk anak-anak nya yang telah kehilangan
Sebelum berangkat mereka ke sana
menuju medan perjuangan
Wanita berair mata itu...
tak sanggup menyeka air mata
ketika tersiar kabar bahwa kemudian ia kehilangan semua
Anak-anak telah tertumpah darahnya
tercabut ruh-ruh...
Wanita berair mata itu...
berdiri sendiri dalam padang kenangan
sementara segala terik dalam hidupnya
selalu melahirkan harapan-harapan
Wanita berair mata itu...
berair mata...
Wanita berair mata itu...
terjaga di pelukan tepi malam yang tua
sediakan kemudian mukena dan berdoa
Sembari terkenang bait-bait juang dari suami yang
dahulu menjadi angin-angin
kencang dan liar di puncak-puncak bukit
Wanita berair mata itu...
sediakan segala makanan dan kecupan kasih
tuk anak-anak nya yang telah kehilangan
Sebelum berangkat mereka ke sana
menuju medan perjuangan
Wanita berair mata itu...
tak sanggup menyeka air mata
ketika tersiar kabar bahwa kemudian ia kehilangan semua
Anak-anak telah tertumpah darahnya
tercabut ruh-ruh...
Wanita berair mata itu...
berdiri sendiri dalam padang kenangan
sementara segala terik dalam hidupnya
selalu melahirkan harapan-harapan
Wanita berair mata itu...
berair mata...
No comments:
Post a Comment