Monday, April 30, 2012

MERABA MEDAN: [7] ASWAJA: Kegoncangan Trinitas Tauhid?

oleh Hasan Al-Jaizy

Serial MERABA MEDAN VII

[ASWAJA: Kegoncangan Trinitas Tauhid?]

[A] Beberapa ulama dan kyai Aswaja, beserta murid-muridnya [semoga Allah merahmati mereka dan kaum muslimin keseluruhan] mengatakan bahwa Salafi-Wahabi memiliki "konsep trinitas dalam Tauhid". Dan seakan mereka mengkiaskan konsep Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma wa Sifat seperti konsep ketuhanan versi Katolik.

[B] Kyai yang paling Aswaja di antara mereka, Prof. Said Agil Siradj -semoga Allah memberi hidayah kepadanya dan kaum muslimiin keseluruhan-, pernah suatu ketika mengkiaskan 'Aqidah Agama Kristen Suriah [atau sekitarnya] seperti Aqidah Umat Islam', dengan mengkiaskan ke-Rububiyyah-an, ke-Uluhiyyah-an dan Sifat dan Nama-nama.


Bukan Trinitas Tauhid yang Goncang...

Tentu saja fakta A dan B begitu kontradiktif. 

Kenapa Aswaja menolak pembagian Tauhid menjadi 3? Tidak lain tidak bukan karena sentimen terhadap Salafi-Wahabi. Period!
Kenapa Pak Said justru mengatakan secara tidak langsung 'Aqidah Umat Islam adalah 3 Pembagian Tauhid', padahal ulama Aswaja lain justru menentang pembagian tersebut? Apakah antara Aswaja yang satu dengan lainnya saling bertentangan?

Jawaban: Selama bukan melawan Salafi-Wahabi, kita boleh berbeda dalam satu nama: Aswaja. Namun, selama dalam penentangan terhadap Salafi-Wahabi, kita harus bersatu dalam satu nama: Aswaja.

Saya berfikir seperti ini:
"Bukan Trinitas Tauhid yang Goncang...
Tetap Aswaja sendiri lah yang Goncang"


Perkataan dia: 'Salafi-Wahabi adalah bentukan Nashara' sudah bisa dipastikan berasaskan kejahilan, ketidaktahuan dan kemerasa-tahuan.

Karena statement di atas membutuhkan bukti ilmiah yang bersifat historis. Jika hanya berlandaskan sebatas fakta bahwa ikhwah Salafi-Wahabi mengatakan Tauhid terbagi menjadi 3, dan ada kemiripan dengan ketuhanan Katolik yang 3, maka ini merupakan bentuk kebodohan di puncak kedunguan; tak peduli apapun titelnya.

Karena para ulama dalam membagi tauhid menjadi 3 berlandaskan istiqra' [research] terhadap ayat-ayat dan jua hadits2. Plus, pemahaman pembagian 3 ini sama sekali tidak menabrak, bahkan menggesek panas Aqidah Islamiyyah sedikitpun. Pasalnya, jika kita membaca cermat penjabaran ulama tentang ketiga pembagian Tauhid, kita dapati hal tersebut benar-benar benar.

Penyangkalan itu sebenarnya terlahir dan terpusat dari hati mereka yang sudah terlanjur sentimen saja. 

===========================

Jika salafi-wahabi adalah bentukan Nashara, maka Aswaja adalah bentukan musyrikiin. Kenapa? Karena sebagian besar umat Aswaja adalah liker of 40 harian dan haulan. Tanyakan pada orang2 musyrik, apakah mereka melakukan ritual serupa berlandaskan ketepatan waktu dari hari kematian? Jika dijawab "Ya", maka kesamaan ritual haulan dengan ritual musyrik adalah ada!

Namun, tentu saja kita tidak mengatakan Aswaja adalah bentukan musyrikiin, Budha ataupun Hindu. Aswaja adalah bentukan kaum muslimiin, namun ada beberapa penyimpangan.


Dan kita semua -ulama atau awamnya- TIDAK MEMAKSA seseorang untuk mengamini pembagian tersebut, karena mungkin saja seseorang tidak bersedia membagi Tauhid menjadi 3, namun di hati dan amalannya mengamini segalanya tentang Tauhid.

Dalilnya: Para sahabat tidak ada yang mengatakan Tauhid menjadi 3, namun di hati dan amalan mereka -ridhwaanullahi anhum- mengamini ketiganya dengan sebenar-benar cerminan.

Sementara Ibnu Qayyim sendiri membagi Tauhid menjadi 2: Tauhid Khabary dan Tauhid Thalaby [dengan nama yang berbeda2], namun intinya sama dengan ketiga pembagian Tauhid. Wallahu a'lam.



No comments:

Post a Comment