oleh Hasan Al-Jaizy
Bukan bermaksud rasis, tapi hanya mengangkat fakta bahwa:
"Orang pendatang Jakarta fikirannya lebih maju daripada orang asli Jakarta."
Pasalnya, orang yang datang akan berfikir bagaimana nanti, apa yang harus dilakukan dan seperti apa gambarannya.
Sementara, orang yang didatangi tak memerlukan fikiran2 semacam itu. Toh itu rumah dia. Toh itu kampung dia.
Dan jangan lupa:
"Sebagian besar atau hampir seluruh kemajuan Jakarta [jika dianggap maju, lho] itu berkat pendatang."
Tapi, jangan abaikan ini:
"Sebagian besar kekuranganan Jakarta [jika dianggap maju, lho] itu akibat pendatang juga."
Fair, bukan?
Semua terbukti di Jakarta
Orang yang maju adalah yang berani bergerak, berpindah tempat, hijrah dan tekun demi kehidupan yang dinyana lebih baik.
Sementara, orang yang takkan maju adalah yang enggan bergerak, takut kemana-mana dan tidak tekun.
Semua itu sangat terbukti di Jakarta. Jika kita melepas lekatan fanatisme ras kita, dan menilai secara adil, tentu sangat jelas siapa-siapa yang maju dan siapa-siapa yang 'terpinggirkan', meskipun awalnya ia adalah 'tuan-rumah'.
Namun, pendatang, sebagai pendatang, layaknya hormat dan beradab pada tuan rumah. Sayangnya pula, si tuan rumah pun malas-malasan membela harkat dan martabatnya, hingga kian kemari kian 'terjajah' tanahnya. Budaya tuan rumah perlahan hilang dan tak laku lagi.
Kalau sudah begini, yang bersalah siapa? Tanyakan saja pada pinggul-pinggul bergoyang...lho!/
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/361380703903321
Bukan bermaksud rasis, tapi hanya mengangkat fakta bahwa:
"Orang pendatang Jakarta fikirannya lebih maju daripada orang asli Jakarta."
Pasalnya, orang yang datang akan berfikir bagaimana nanti, apa yang harus dilakukan dan seperti apa gambarannya.
Sementara, orang yang didatangi tak memerlukan fikiran2 semacam itu. Toh itu rumah dia. Toh itu kampung dia.
Dan jangan lupa:
"Sebagian besar atau hampir seluruh kemajuan Jakarta [jika dianggap maju, lho] itu berkat pendatang."
Tapi, jangan abaikan ini:
"Sebagian besar kekuranganan Jakarta [jika dianggap maju, lho] itu akibat pendatang juga."
Fair, bukan?
Semua terbukti di Jakarta
Orang yang maju adalah yang berani bergerak, berpindah tempat, hijrah dan tekun demi kehidupan yang dinyana lebih baik.
Sementara, orang yang takkan maju adalah yang enggan bergerak, takut kemana-mana dan tidak tekun.
Semua itu sangat terbukti di Jakarta. Jika kita melepas lekatan fanatisme ras kita, dan menilai secara adil, tentu sangat jelas siapa-siapa yang maju dan siapa-siapa yang 'terpinggirkan', meskipun awalnya ia adalah 'tuan-rumah'.
Namun, pendatang, sebagai pendatang, layaknya hormat dan beradab pada tuan rumah. Sayangnya pula, si tuan rumah pun malas-malasan membela harkat dan martabatnya, hingga kian kemari kian 'terjajah' tanahnya. Budaya tuan rumah perlahan hilang dan tak laku lagi.
Kalau sudah begini, yang bersalah siapa? Tanyakan saja pada pinggul-pinggul bergoyang...lho!/
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/361380703903321
No comments:
Post a Comment