oleh Hasan Al-Jaizy
Islam mewajibkan pada umatnya untuk menjauhi hal tersebut. Pasalnya, hal tersebut:
1. Buruk, dipandang buruk dan menghasilkan yang buruk
2. Menyebabkan kehancuran duniawi
Firman Allah Ta'ala, yang artinya:
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan apa yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka." [Q.S. Ali Imran: 180]
Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, yang artinya:
"Jauhilah Asy-Syuh [kekikiran tingkat tinggi] karena ia telah membinasakan orang sebelummu" [H.R. Muslim]
Sebagian ulama berpendapat: "Syuh itu berbeda dengan bukhl. Orang yang berlaku syuh, selain pelit, ia juga berhasrat memiliki apa yang dimiliki orang lain. Semantara orang yang bakhil, ia sekedar pelit." [Subulus Salam, hal. 1487]
Sebagian ulama juga berpendapat: "Bukhl itu di beberapa perkara saja, namun Asy-Syuh itu umum [mencakup perkara apa saja]."
Bentuk-bentuk Pelit
Ketahuilah -semoga Allah menjaga kita semua- bahwa shadaqah itu tak terbatas pada harta, namun senyum juga merupakan bentuk shadaqah. Segala kebaikan yang terlaku adalah shadaqah. Begitu juga dengan urusan pelit, tidak terbatas pada harta semata. Tapi, mungki saja orang yang susah senyum disebut pelit.
Salah satu bentuk pelit yang terburuk adalah pelit dalam memberi ilmu. Yakni, ketika ada seorang meminta atau bertanya tentang ilmu pada seorang alim, namun ia tak memberi, padahal ia tahu dan tidak ada alasan untuk menyembunyikan jawaban. Sepertinya ia lupa bahwa ilmu tersebut adalah pemberian dan karunia besar, relatif lebih besar dari materi dan harta.
Atau ketika seorang berilmu enggan menyebarkan ilmunya kecuali jika ada timbal balik, terlebih mengharapkan materi. Dan justru senyatanya: orang-orang yang jahil adalah yang merasa berilmu lalu memasang tarif karena syahwat duniawi tanpa darurat. Semakin dekat dengan tepian zaman, semakin menjamur eksistensi mereka.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/370419312999460
Islam mewajibkan pada umatnya untuk menjauhi hal tersebut. Pasalnya, hal tersebut:
1. Buruk, dipandang buruk dan menghasilkan yang buruk
2. Menyebabkan kehancuran duniawi
Firman Allah Ta'ala, yang artinya:
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan apa yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka." [Q.S. Ali Imran: 180]
Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, yang artinya:
"Jauhilah Asy-Syuh [kekikiran tingkat tinggi] karena ia telah membinasakan orang sebelummu" [H.R. Muslim]
Sebagian ulama berpendapat: "Syuh itu berbeda dengan bukhl. Orang yang berlaku syuh, selain pelit, ia juga berhasrat memiliki apa yang dimiliki orang lain. Semantara orang yang bakhil, ia sekedar pelit." [Subulus Salam, hal. 1487]
Sebagian ulama juga berpendapat: "Bukhl itu di beberapa perkara saja, namun Asy-Syuh itu umum [mencakup perkara apa saja]."
Bentuk-bentuk Pelit
Ketahuilah -semoga Allah menjaga kita semua- bahwa shadaqah itu tak terbatas pada harta, namun senyum juga merupakan bentuk shadaqah. Segala kebaikan yang terlaku adalah shadaqah. Begitu juga dengan urusan pelit, tidak terbatas pada harta semata. Tapi, mungki saja orang yang susah senyum disebut pelit.
Salah satu bentuk pelit yang terburuk adalah pelit dalam memberi ilmu. Yakni, ketika ada seorang meminta atau bertanya tentang ilmu pada seorang alim, namun ia tak memberi, padahal ia tahu dan tidak ada alasan untuk menyembunyikan jawaban. Sepertinya ia lupa bahwa ilmu tersebut adalah pemberian dan karunia besar, relatif lebih besar dari materi dan harta.
Atau ketika seorang berilmu enggan menyebarkan ilmunya kecuali jika ada timbal balik, terlebih mengharapkan materi. Dan justru senyatanya: orang-orang yang jahil adalah yang merasa berilmu lalu memasang tarif karena syahwat duniawi tanpa darurat. Semakin dekat dengan tepian zaman, semakin menjamur eksistensi mereka.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/370419312999460
No comments:
Post a Comment