oleh Hasan Al-Jaizy
Serial MERABA MEDAN VIII
[MP3...Ulama MP3]
Secara garis besar, mempelajari ilmu Syar'i terbagi menjadi 2:
1. Belajar secara Akademik formal; seperti di sekolah, perguruan tinggi resmi dan semacamnya. Belajar secara resmi dengan guru dan ulama akademik dengan jadwal dan kurikulum akademik.
2. Belajar dengan bermajlis non-formal bersama ulama; seperti di masjid dan sebagainya. Tidak resmi mencari ilmu bersama ustadz dan ulama dengan jadwal dan pemilihan kitab disepakati bersama [kadang2].
Mereka yang melakukannya, termasuk jihad fi sabiilillah dengan syarat niat yang ikhlas pula. Ketika mereka keluar rumah/kos demi menuju majelis formal atau non-formal, tercatat berjalan di jalan Allah Ta'ala.
[MP3...Ulama MP3]
Secara garis besar, mempelajari ilmu Syar'i terbagi menjadi 2:
1. Belajar secara Akademik formal; seperti di sekolah, perguruan tinggi resmi dan semacamnya. Belajar secara resmi dengan guru dan ulama akademik dengan jadwal dan kurikulum akademik.
2. Belajar dengan bermajlis non-formal bersama ulama; seperti di masjid dan sebagainya. Tidak resmi mencari ilmu bersama ustadz dan ulama dengan jadwal dan pemilihan kitab disepakati bersama [kadang2].
Mereka yang melakukannya, termasuk jihad fi sabiilillah dengan syarat niat yang ikhlas pula. Ketika mereka keluar rumah/kos demi menuju majelis formal atau non-formal, tercatat berjalan di jalan Allah Ta'ala.
Sekarang, ada pertanyaan:
"Bagaimana dengan beberapa ikhwah [minoritas sekali] yang MENCUKUPKAN DIRI pada rekaman kajian mp3 atau video di Internet, sedangkan ia mempunyai kesempatan hadir di majelis formal atau non-formal, plus ia juga tidak bekerja?"
Ini bukan jawaban pertanyaan di atas, namun sekedar kalimat hati saya: 'Tidak akan sama orang yang berjerih payah berjalan, duduk, mendengarkan, memperhatikan, mengamati, bertanya, mengulang pelajaran, menghafal, bersiap menghadapi ujian dst dengan orang yang memanjakan diri di depan layar atau menyemat telinga dengan earphone.'
Dari segi pahala dan gerakan tidak akan sama. Allah Maha Adil. Dari segi akibat/efek? Insya Allah takkan sama.
"Bagaimana dengan beberapa ikhwah [minoritas sekali] yang MENCUKUPKAN DIRI pada rekaman kajian mp3 atau video di Internet, sedangkan ia mempunyai kesempatan hadir di majelis formal atau non-formal, plus ia juga tidak bekerja?"
Ini bukan jawaban pertanyaan di atas, namun sekedar kalimat hati saya: 'Tidak akan sama orang yang berjerih payah berjalan, duduk, mendengarkan, memperhatikan, mengamati, bertanya, mengulang pelajaran, menghafal, bersiap menghadapi ujian dst dengan orang yang memanjakan diri di depan layar atau menyemat telinga dengan earphone.'
Dari segi pahala dan gerakan tidak akan sama. Allah Maha Adil. Dari segi akibat/efek? Insya Allah takkan sama.
MP3...Ulama MP3...?
Kadang ada seorang thalib yang bekerja mencari nafkah dan ilmunya sedikit, namun ia sempatkan tuk hadiri majelis ilmu. Tentu ia bisa sekedar dengar mp3 di-download dari Internet. Akhirnya Allah menghibahkan padanya ilmu yang berkah dan adab yang baik.
Ada juga seorang thalib yang enggan bekerja dengan alasan mencari ilmu, dan tiada mau hadiri majelis ilmu dengan alasan mp3 sudah cukup. Bersyukur, Allah memberinya ilmu dengan itu semua, dan ternyata ia tidak belajar adab berilmu secara langsung dari orang berilmu.
Mungkin kalimat berikut ini terkesan terlalu cepat menyimpulkan. Tapi, mungkin sangat terjadi:
'Orang yang tidak belajar langsung pada ahlinya, kelak ketika ia menjadi ahli, ia akan merasa paling ahli, dan merendahkan ahli-ahli yang lain.'
Kadang ada seorang thalib yang bekerja mencari nafkah dan ilmunya sedikit, namun ia sempatkan tuk hadiri majelis ilmu. Tentu ia bisa sekedar dengar mp3 di-download dari Internet. Akhirnya Allah menghibahkan padanya ilmu yang berkah dan adab yang baik.
Ada juga seorang thalib yang enggan bekerja dengan alasan mencari ilmu, dan tiada mau hadiri majelis ilmu dengan alasan mp3 sudah cukup. Bersyukur, Allah memberinya ilmu dengan itu semua, dan ternyata ia tidak belajar adab berilmu secara langsung dari orang berilmu.
Mungkin kalimat berikut ini terkesan terlalu cepat menyimpulkan. Tapi, mungkin sangat terjadi:
'Orang yang tidak belajar langsung pada ahlinya, kelak ketika ia menjadi ahli, ia akan merasa paling ahli, dan merendahkan ahli-ahli yang lain.'
Ini juga mungkin sangat terjadi:
Dua di antara faktor pencetus sikap ekstrim dan merasa paling benar sendiri:
1. Dari gurunya yang juga berpemikiran ekstrim, atau
2. Dari diri sendiri yang belajar sendiri, memahami sepaham sendiri dan merasa apa yang ia fahami sendiri adalah benar, atau
3. lainnya?
Dua di antara faktor pencetus sikap ekstrim dan merasa paling benar sendiri:
1. Dari gurunya yang juga berpemikiran ekstrim, atau
2. Dari diri sendiri yang belajar sendiri, memahami sepaham sendiri dan merasa apa yang ia fahami sendiri adalah benar, atau
3. lainnya?
No comments:
Post a Comment