oleh Hasan Al-Jaizy
Beberapa points selagi kere tingkat internasional:
[1] Menjelang Pilkada atau Pemilu, pencitraan dilakukan oleh para kandidiat dan calon dengan cara memperbanyak jumlah sampah dan gambar-gambar merusak pandangan. Ini berulang-ulang, bertahun-tahun, bermasa-masa hingga menjadi adat dan tradisi wajib yang ditinjau dari segi akal: hanya dilakukan oleh badut-badut.
[2] Ketika kita ngoceh perihal hal besar dan panas, akan dikerubungi manusia, seperti lalat-lalat mengerubungi kotoran atau bangkai. Atau cukupkan hal kecil namun 'bau', mereka akan datang menghampiri; mengambil saripati berita penting, lalu menyebarkan ke jasad-jasad kotor.
[3] Lalu ketika kita bicara hal kecil namun ilmiah, manusia takkan menghampiri kecuali mereka yang 'sadar'. Wajar saja; karena selain mereka sedang sibuk menghisap saripati kotoran.
[4] You know lah, ketika kamu menjual perkakas dan perabot sederhana untuk rumah, yang datang hanyalah yang perlu dan sekedarnya. Dan ketika kamu menjual kotoran anjing dibungkus daun pisang lalu kau klaim ia sebagai pepes pisang [?], mereka akan penasaran.
[5] Jadi, menjelang Pilkada atau Pemilu, manusia akan sibuk kerubungi dan penasaran kira-kira siapa yang 'baru' dan bikin penasaran. Dan ternyata semuanya tidak baru, karena isinya sekedar: Janji, janji, janji, janji, sembari tebar pesona....yang faktanya semuanya itu berakhir pada 'kertas-kertas pencitraan yang sampah dan menyampah'.
[6] Manis di bibir, memutar kata...malah kau tuduh akulah pembungkus pepesnya. Siapa terlena pasti kan terpana, bujuknya, rayunya, kumisnya, yang menarik simpati dan i-em-tri.
Saya memakai i-em-tri, namun masih suka galau. Anda?
Beberapa points selagi kere tingkat internasional:
[1] Menjelang Pilkada atau Pemilu, pencitraan dilakukan oleh para kandidiat dan calon dengan cara memperbanyak jumlah sampah dan gambar-gambar merusak pandangan. Ini berulang-ulang, bertahun-tahun, bermasa-masa hingga menjadi adat dan tradisi wajib yang ditinjau dari segi akal: hanya dilakukan oleh badut-badut.
[2] Ketika kita ngoceh perihal hal besar dan panas, akan dikerubungi manusia, seperti lalat-lalat mengerubungi kotoran atau bangkai. Atau cukupkan hal kecil namun 'bau', mereka akan datang menghampiri; mengambil saripati berita penting, lalu menyebarkan ke jasad-jasad kotor.
[3] Lalu ketika kita bicara hal kecil namun ilmiah, manusia takkan menghampiri kecuali mereka yang 'sadar'. Wajar saja; karena selain mereka sedang sibuk menghisap saripati kotoran.
[4] You know lah, ketika kamu menjual perkakas dan perabot sederhana untuk rumah, yang datang hanyalah yang perlu dan sekedarnya. Dan ketika kamu menjual kotoran anjing dibungkus daun pisang lalu kau klaim ia sebagai pepes pisang [?], mereka akan penasaran.
[5] Jadi, menjelang Pilkada atau Pemilu, manusia akan sibuk kerubungi dan penasaran kira-kira siapa yang 'baru' dan bikin penasaran. Dan ternyata semuanya tidak baru, karena isinya sekedar: Janji, janji, janji, janji, sembari tebar pesona....yang faktanya semuanya itu berakhir pada 'kertas-kertas pencitraan yang sampah dan menyampah'.
[6] Manis di bibir, memutar kata...malah kau tuduh akulah pembungkus pepesnya. Siapa terlena pasti kan terpana, bujuknya, rayunya, kumisnya, yang menarik simpati dan i-em-tri.
Saya memakai i-em-tri, namun masih suka galau. Anda?
No comments:
Post a Comment