Sunday, June 24, 2012

Makanya, Belajar Arabic!

oleh Hasan Al-Jaizy

Keberadaan Facebook ini merupakan kesempatan yang sangat besar untuk menyampaikan yang baik-baik. Karena itulah, banyak di antara ikhwah yang tidak ingin menyiakannya; sehingga bertaburan lah di dinding oret-oret kalimat berfaidah. Dan ini semua adalah bagian dari dakwah [atau ini adalah dakwah].

Namun, sayang sekali, ada beberapa ikhwah [minors] yang justru menyebarkan faedah, namun dengan bahasa asing, seperti bahasa Arab saja [tanpa terjemahan] dan bahasa Inggris [tanpa terjemahan]. Sementara para pembaca adalah orang2 Indonesia dan mereka tahu bahwa tidak banyak yang menguasai kedua bahasa tersebut di antara teman2 FB. Lantas, apa faedah dari status tersebut yang sebenarnya berfaedah???

===============================

Berbeda dengan:

Penyampaian yang terkadang diselingi istilah2 asing; karena ini wajar, maklum dan terkadang terpuji. Tidak semua ibarat bisa diibaratkan dengan bahasa lokal, sebagaimana tidak seisi alam tak bisa dipandang dari atas genteng.

Pernah dulu awal 2006, Ust. Abu Qatadah dan kawan2 mengadakan touring atau daurah di Pontianak. Saya hadir di sana. Salah satu ustadz, ketika menyampaikan ilmu, pernah menyelingi pertanyaan pada audiens: 'Apakah seringkali antum menemukan istilah2 asing [Arabic] dalam ceramah saya ini?' Yaitu, istilah2 syar'i atau kaedah2 atau penyebutan2 yang asing di telinga orang umum.

Audiens menjawab: 'Ya'

Sang ustadz menimpali: 'Nah, itulah dia. Itu bukan salah saya. Itu masalah antum; yang tidak pernah belajar bahasa Arab. Maka, mulailah belajar bahasa Arab, agar tidak merasa salah dan dipersalahkan saat tidak mudeng dengan istilah2 di ceramah.'

Kalimat tersebut menghujam sanubari para audiens. Karena itulah -walhamdulillah-, mereka pun mengadakan kajian pembelajaran Arabic, Nahwu dan Sharaf, tiap Sabtu dan Minggu malam.


Adapun mengenai tabiat dan dialek asli, maka orang memaklumi. Karena jika lisan sudah terlanjur ngapak, maka akan terus mengapak kemana-mana.

Berbeda dengan 'tingkatan-bahasa' dan 'pemilihan kalimat bahasa'. Karena kita tahu ada bahasa halus, bahasa menengah, bahasa kasar. Seperti yang ana katakan, tidak bisa santri Bangil menggunakan bahasa Ikan-Buaya di tengah-tengah bapak-bapak Solo. Masih syukur tomat terlempar, bagaimana jika ada yang melempar bata!?

Orang memaklumi dialek dan kemedokan.
Namun pemilihan bahasa yang salah sulit dimaklumi.



No comments:

Post a Comment