oleh Hasan Al-Jaizy
KECOA dan JANGKRIK
Lihatlah keduanya. Bentuk mirip dan masih satu keluarga. Namun beberapa perbedaan dan karakteristik menjadikan pandangan manusia berbeda.
Silahkan lihat ke bawah untuk mempelajari beberapa fakta, mengkritisi dan mengambil hikmah dari eksistensi.
1. KECOA
Para kecoa [Jawa: coro] lebih mudah ditemukan bertempat tinggal di tempat-tempat keramat menurut mereka, seperti tempat sampah, got, gudang, atau singkatnya: tempat kotor. Seringkali mereka mengeluarkan bau yang tidak diridhai penciuman umat manusia. Juga kadang gaya berjalannya tidak menyenangkan. Cepat, terbirit dan suka berhenti tiba-tiba. Suka memakan benda-benda busuk dan umum. Bahkan pernah saya amati seekor coro memakan koran hidup-hidup.
Namun coro [katanya] termasuk hewan kuat yang bisa hidup tanpa kepala jangka waktu lama.
Yang dimaksud adalah kecoa nasional [Indo]; bukan kecoa Madagaskar yang dilahap di acara Fear Factor dan kemudian diimitasi [baca: dicontek] oleh Indonesia.
2. JANGKRIK
Para jangkrik [Juang-krik] secara bahasa berasal dari dua kata: Jang dan Krik. Yang artinya adalah: "Yang berbunyi 'Krik-krik-krik'".
Juangkrik adalah hewan terpopuler di pulau Jawa terutama bagian Timur ketika kondisi sedang panas. Ia ditemukan di mulut pemisuh atau orang kaget. Juangkrik ditemukan normalnya di tanah, di bawah benda-benda seperti batu atau benda buangan seperti seng bekas, kayu bekas dsb.
Juangkrik bersuara di malam hari dan suaranya secara normal membuat tikus normal ketakutan. Namun ia selalu sigap dan berhenti bersuara jika dirasa ada yang mendekat, meskipun hanya bayangan.
Juangkrik memiliki saudara. Ingin tahu namanya? Tanya saja pada orang2 Jawa Timur.
Now ask yourself as a human...
--> Jika sukanya berada di tempat kotor dan sampah, maka tak ubahnya ia bagai coro
--> Jika sukanya bergaul bersama teman sampah, kalimat2nya sampah dan perilakunya sampah, maka ia bagai coro
--> Jika ia suka ngebut, ingin cepat-cepat namun terkadang ngadat karena ga ngerti harus kemana, maka ia bagai coro
--> Jika ia memakan apa saja yang dikehendaki atau mengambil info apa saja darimana saja, maka ia bagai coro
--> Jika ada penampakan setan di kuburan tanpa kepala, bergaun putih dan di tengah badan ada darah2 juga agak bolong, maka ia adalah setan coro.
--> Jika ia hobi berteriak selagi orang2 jauh tak dapat menjangkaunya, lalu diam dan ngumpet ketika di dekat orang2, maka ia mirip juangkrik.
--> Jika di siang hari ia adem ayem, lalu di malam hari masang petasan dan dzikir keras2 lewat speaker seperti majelis para habaib itu, maka ia adalah juangkrik...juan***...!!!
--> Jika ia hanya mampu berlindung di bawah naungan-naungan dan tidak mau menampakkan diri untuk bersuara, maka ia mirip juangkrik.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/405587266149331
KECOA dan JANGKRIK
Lihatlah keduanya. Bentuk mirip dan masih satu keluarga. Namun beberapa perbedaan dan karakteristik menjadikan pandangan manusia berbeda.
Silahkan lihat ke bawah untuk mempelajari beberapa fakta, mengkritisi dan mengambil hikmah dari eksistensi.
1. KECOA
Para kecoa [Jawa: coro] lebih mudah ditemukan bertempat tinggal di tempat-tempat keramat menurut mereka, seperti tempat sampah, got, gudang, atau singkatnya: tempat kotor. Seringkali mereka mengeluarkan bau yang tidak diridhai penciuman umat manusia. Juga kadang gaya berjalannya tidak menyenangkan. Cepat, terbirit dan suka berhenti tiba-tiba. Suka memakan benda-benda busuk dan umum. Bahkan pernah saya amati seekor coro memakan koran hidup-hidup.
Namun coro [katanya] termasuk hewan kuat yang bisa hidup tanpa kepala jangka waktu lama.
Yang dimaksud adalah kecoa nasional [Indo]; bukan kecoa Madagaskar yang dilahap di acara Fear Factor dan kemudian diimitasi [baca: dicontek] oleh Indonesia.
2. JANGKRIK
Para jangkrik [Juang-krik] secara bahasa berasal dari dua kata: Jang dan Krik. Yang artinya adalah: "Yang berbunyi 'Krik-krik-krik'".
Juangkrik adalah hewan terpopuler di pulau Jawa terutama bagian Timur ketika kondisi sedang panas. Ia ditemukan di mulut pemisuh atau orang kaget. Juangkrik ditemukan normalnya di tanah, di bawah benda-benda seperti batu atau benda buangan seperti seng bekas, kayu bekas dsb.
Juangkrik bersuara di malam hari dan suaranya secara normal membuat tikus normal ketakutan. Namun ia selalu sigap dan berhenti bersuara jika dirasa ada yang mendekat, meskipun hanya bayangan.
Juangkrik memiliki saudara. Ingin tahu namanya? Tanya saja pada orang2 Jawa Timur.
Now ask yourself as a human...
--> Jika sukanya berada di tempat kotor dan sampah, maka tak ubahnya ia bagai coro
--> Jika sukanya bergaul bersama teman sampah, kalimat2nya sampah dan perilakunya sampah, maka ia bagai coro
--> Jika ia suka ngebut, ingin cepat-cepat namun terkadang ngadat karena ga ngerti harus kemana, maka ia bagai coro
--> Jika ia memakan apa saja yang dikehendaki atau mengambil info apa saja darimana saja, maka ia bagai coro
--> Jika ada penampakan setan di kuburan tanpa kepala, bergaun putih dan di tengah badan ada darah2 juga agak bolong, maka ia adalah setan coro.
--> Jika ia hobi berteriak selagi orang2 jauh tak dapat menjangkaunya, lalu diam dan ngumpet ketika di dekat orang2, maka ia mirip juangkrik.
--> Jika di siang hari ia adem ayem, lalu di malam hari masang petasan dan dzikir keras2 lewat speaker seperti majelis para habaib itu, maka ia adalah juangkrik...juan***...!!!
--> Jika ia hanya mampu berlindung di bawah naungan-naungan dan tidak mau menampakkan diri untuk bersuara, maka ia mirip juangkrik.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/405587266149331
No comments:
Post a Comment