Wednesday, June 13, 2012

IYA, KAN? : Takjub!

oleh Hasan Al-Jaizy

Ada kiranya seseorang menyembunyikan rasa takjubnya pada 'kelebihan' orang lain dengan cara men-standarkan nilai atau bahkan menjatuhkan nilai kelebihan tersebut. Ku bentangkan padamu contoh-contoh yang sebenarnya tergerai di sekitarmu.

A. Takjub Namun Standarkan Nilai

Contoh 1: Sebut saja Bang @#, ia takjub, kagum dan terpesona oleh kemampuan anak berusia 18 tahun dalam membaca Al-Qur'an. Selain lantunannya yang merdu, huruf-huruf yang diterjemahkan dengan suara terkesan sangat paseh dan merundukkan kekerasan hati. Namun ketika Bang @# ditanya, "Bang, menurut Abang gimana bacaan dia?", ia pun menjawab: "Hmm...lumayan lah." Dan dalam hati menggaung bisikan-bisikan iri...berharap dan mengandai seandainya ia menjadi ia.

Contoh 2: Dalam pergaulan umum, hal yang biasa si 'anu' melihat wajah si 'anuah' dan sebaliknya. Suatu saat si 'anu' [sebut saja namanya @#] melihat si 'anu' [sebut saja namanya !?] berjalan bersama 'anuah' [sebuat saja namanya %$]. Si @# pun terpana, tercengang, terbelalak, menjulur mata tergiur lidah melihat keindahan %$. Lalu si !? bertanya pada @#: "Gimana, bro...cakep ga si %$?" Si @# pun menjawab: "Biasa sih, bro."


B. Takjub Namun Jatuhkan Nilai 

Contoh 1: Ada seorang mahasiswa bernama @# yang sejatinya playboy; hidup tak terfokus kecuali ikutan playgroup untuk memburu playgirl. Ia punya teman sekelas [sebut saja ia <+>] yang pandai bersyair. Syairnya sering dibaca manusia dan disukai. Kadangkala gadis-gadis jatuh-bangun-naik-turun-serong-kanan-serong-kiri membaca syair-syair romantisnya. Tak ayal lagi, @# pun sirik terhadapnya. Dan sirik itu tanda tak mampu atau tanda mampu namun merasa tersaingi. Ketika ia ditanya: "Bro, menurut lu gimana syair-syair nya <+>.Gokil abis kan?", ia pun menjawab: "Alaaah, palingan cuman copas. Hare gene kan apa-apa gampang coy."

Contoh 2: Ada seorang anak muda biasa dipanggil  oleh warga sekitar. Ia rajin shalat di mushalla, mengaji dan tak pernah lupa gosok gigi. Semua orang menyayanginya dan menjaga namanya karena kesalihan [dan mungkin juga kebersihan giginya]. Namun ada seorang mbah-mbah, sebut saja namanya . Ia sebenarnya takjub dengan pemuda ini. Namun ketika kawan-kawannya yang seumuran membicarakan kebaikannya,  langsung menyela: 'Anak kemaren sore napa pada nyenengin si? Emang dia udah ngelakuin apa aja di kampung kite!?"


Iya, kan?

Kadang orang takjub akan kelebihan orang lain namun ia enggan mengutarakannya secara langsung, entah di depan orang yang bersangkutan atau di depan rekan-rekan. Itu bisa disebabkan karena beberapa hal:

--> Gengsi. Merasa dirinya tidak lebih rendah darinya.
--> Malu. Merasa dirinya tak pantas memuji secara langsung.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/403355306372527

No comments:

Post a Comment