oleh Hasan Al-Jaizy
"Bukan sebuah darurat dan keharusan zahirnya tanda cap hitam di jidat untuk setiap orang yang shalat. Itu berbeda-beda tergantung dari jenis kulitnya. Dan zahirnya cap hitam di jidat TIDAK menjadi dalil atau bukti akan kesalehan empunya. Dan yang masyhuur dari kalangan mufassiriin dalam memaknai ayat [سيماهم في وجوههم ] adalah 'cahaya ketaatan' [dari wajah mereka'"
[Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid]
Yes...cap hitam di jidat atau mata kaki yang menghitam tak menunjukkan kesalehan seseorang.
Selama kita lihat ia bersikap shaleh, terlebih berilmu, maka ia adalah shaleh. Selama kita lihat ia bersikap jahat, meskipun berilmu, ia tidak shaleh. Bukankah begini?
"Bukan sebuah darurat dan keharusan zahirnya tanda cap hitam di jidat untuk setiap orang yang shalat. Itu berbeda-beda tergantung dari jenis kulitnya. Dan zahirnya cap hitam di jidat TIDAK menjadi dalil atau bukti akan kesalehan empunya. Dan yang masyhuur dari kalangan mufassiriin dalam memaknai ayat [سيماهم في وجوههم ] adalah 'cahaya ketaatan' [dari wajah mereka'"
[Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid]
Yes...cap hitam di jidat atau mata kaki yang menghitam tak menunjukkan kesalehan seseorang.
Selama kita lihat ia bersikap shaleh, terlebih berilmu, maka ia adalah shaleh. Selama kita lihat ia bersikap jahat, meskipun berilmu, ia tidak shaleh. Bukankah begini?
No comments:
Post a Comment