oleh Hasan Al-Jaizy
Kita sudah ketahui semua, bahwa kata 'SETAN' berasal dari bahasa Arab, yaitu Syaithan [شيطان]. Dan sebagaimana kosakata/istilah Arabic lainnya, tiap kata memiliki derivasi yang maknanya sangat berkaitan.
Sebenarnya ada perbedaan pendapat di antara ulama [entah ulama syariah atau ulama khusus bahasa] tentang asal kata شيطان , namun yang rajih [lebih kuat] adalah Syaithan berasal dari materi ش ط ن
Sya-tho-na maknanya adalah ba-u-da [بعد]yang artinya adalah JAUH.
Di sini kita mendapat penjelasan juga dari para ulama, bahwa setan adalah SIFAT makhluk yang JAUH dari RABB [Pencipta-nya], yaitu Allah Ta'ala. Dan jauh di sini bermakna juga 'melanggar'. Karena itulah, Iblis adalah setan yang paling setan [paling jauh dan melanggar] disebabkan ia adalah makhluk pertama yang melanggar perintah Allah [enggan bersujud kepada Adam alaihi as-salaam] dan juga ia adalah makhluk yang secara turun temurun dari awal pelanggaran tersebut hingga akhir dunia menyesatkan manusia [MENJAUHKAN manusia dari Allah].
Maka, siapapun, biarpun ia manusia, jika ia mengajak/menyeru/menganjurkan/memerintahkan/memaksa/meminta orang lain untuk MENJAUH dari Allah, entah menuju kekufuran, kebid'ahan, kemaksiatan, kesyirikan dan pembangkangan, maka ia sebenarnya adalah SETAN.
Namun, bukan berarti kita bermudah-mudah dalam menyebut seseorang setan. Artinya, jika ada seseorang bermaksiat di depan kita, jangan langsung panggil ia setan; karena bisa saja ia jahil, atau tidak sengaja, atau panggilan tersebut justru memberikan keburukan atau perpecahan dsb.
Dan juga, jika semua orang yang melanggar langsung disebut setan, maka semua orang adalah setan; karena tidak ada manusia yang ma'shum [terjaga dari kesalahan dan berbuat dosa]; meski ada manusia-manusia shalih yang tawwab [selalu bertaubat]. Wallahu a'lam
Sebenarnya ada perbedaan pendapat di antara ulama [entah ulama syariah atau ulama khusus bahasa] tentang asal kata شيطان , namun yang rajih [lebih kuat] adalah Syaithan berasal dari materi ش ط ن
Sya-tho-na maknanya adalah ba-u-da [بعد]yang artinya adalah JAUH.
Di sini kita mendapat penjelasan juga dari para ulama, bahwa setan adalah SIFAT makhluk yang JAUH dari RABB [Pencipta-nya], yaitu Allah Ta'ala. Dan jauh di sini bermakna juga 'melanggar'. Karena itulah, Iblis adalah setan yang paling setan [paling jauh dan melanggar] disebabkan ia adalah makhluk pertama yang melanggar perintah Allah [enggan bersujud kepada Adam alaihi as-salaam] dan juga ia adalah makhluk yang secara turun temurun dari awal pelanggaran tersebut hingga akhir dunia menyesatkan manusia [MENJAUHKAN manusia dari Allah].
Maka, siapapun, biarpun ia manusia, jika ia mengajak/menyeru/menganjurkan/memerintahkan/memaksa/meminta orang lain untuk MENJAUH dari Allah, entah menuju kekufuran, kebid'ahan, kemaksiatan, kesyirikan dan pembangkangan, maka ia sebenarnya adalah SETAN.
Namun, bukan berarti kita bermudah-mudah dalam menyebut seseorang setan. Artinya, jika ada seseorang bermaksiat di depan kita, jangan langsung panggil ia setan; karena bisa saja ia jahil, atau tidak sengaja, atau panggilan tersebut justru memberikan keburukan atau perpecahan dsb.
Dan juga, jika semua orang yang melanggar langsung disebut setan, maka semua orang adalah setan; karena tidak ada manusia yang ma'shum [terjaga dari kesalahan dan berbuat dosa]; meski ada manusia-manusia shalih yang tawwab [selalu bertaubat]. Wallahu a'lam
Kita juga layak meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan berupa manusia. Karena:
1. Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- pernah memerintahkan Abu Dzar -radhiyallahu anh- untuk meminta perlindungan kepada Allah dari setan jenis jin dan manusia. Lalu Abu Dzar bertanya: 'Apakah ada setan dari manusia?' Dan diiyakan oleh Rasulullah.
2. Silahkan rujuk ke makna-makna ayat Surat An-Naas. Dan tatap ayat terakhir. Nah, itu dia. Sungguh tidak hanya setan dari jin yang memberikan bisikan dan waswas; namun setan dari manusia juga ada. Dan kita dianjurkan membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas tiap selepas shalat fardhu, bukan? Begitu juga membaca ayat Kursi di pagi dan petang agar terjaga di tiap setengah hari berikut dan berikutnya. Wallahu a'lam.
1. Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- pernah memerintahkan Abu Dzar -radhiyallahu anh- untuk meminta perlindungan kepada Allah dari setan jenis jin dan manusia. Lalu Abu Dzar bertanya: 'Apakah ada setan dari manusia?' Dan diiyakan oleh Rasulullah.
2. Silahkan rujuk ke makna-makna ayat Surat An-Naas. Dan tatap ayat terakhir. Nah, itu dia. Sungguh tidak hanya setan dari jin yang memberikan bisikan dan waswas; namun setan dari manusia juga ada. Dan kita dianjurkan membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas tiap selepas shalat fardhu, bukan? Begitu juga membaca ayat Kursi di pagi dan petang agar terjaga di tiap setengah hari berikut dan berikutnya. Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment