oleh Hasan Al-Jaizy
TAHUKAH ANDA?
[1] Kata 'Samar' itu berbau Arabic; yang sangat mungkin sekali berasal dari Arabic. Dalam Arabic ada kata 'Samrah' atau 'Samara' [سمرة] yang berarti 'kecoklatan'.
Wajhul Istidlaal:
--> Sesuatu yang jelas itu berwarna putih.
--> Sesuatu yang tidak bisa dilihat sama sekali itu bagaikan hitam.
--> Sesuatu yang di antara putih dan hitam, bisa abu-abu atau coklat.
======> Maka, sesuatu yang coklat adalah sesuatu yang samar [سمر]
[2] Kata 'Wasit' itu berbau Arabic yang memang berasal dari Arabic. Dalam Arabic ada kata 'Wasiith' [وسيط] yang berarti 'di tengah'.
Imam Allamah Abu Hamid Al-Ghozali -rahimahullah- juga mempunyai kitab Fiqh bermadzhab Syafi'i bernama Al-Wasiith fi Al-Madzhab.
Adapun Risalah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berjudul 'Al-Aqiidah Al-Waasithiyyah', nama Al-Wasith di sini has nothing to do sama pembahasan status; karena Wasith di sini adalah sebuah kota terpenting di sejarah peradaban umat Islam. Penamaan kitab tersebut memiliki sebab, yaitu pemerintah kota Wasith [ana lupa namanya, tolong diingatkan bagi yang tahu] meminta beliau untuk mengarang risalah tentang aqidah, terutama berkaitan dengan Asma wa Sifat. Maka jadilah risalah yang ringkas, padat dan mengena dalam durasi penulisan yang singkat sekali. Berapa jam kira2?
Wajhul Istidlaal:
--> Wasit itu saat kick-off ada di tengah
--> Tugas wasit juga menengahi hukum
--> Yang di dekat garis tidak dinamakan wasit, namun hakim garis; karena menghakimi hukum dan ga boleh berdiri di tengah lapangan; sebatas dekat garis tertentu
--> Moderator debat juga boleh dinamakan wasit, namun tidak memerlukan peluit
=======> Maka, ......?
Kita ga membutuhkan:
--> Anak muda yang langsung berceloteh: 'Ah, udah lama ane tau!' atau 'Ah, udah basi'. Permasalahannya di sini bukan sudah lama tahu ataupun sudah basi. Karena pengetahuan yang bermanfaat itu seharusnya bersifat mengembang dan tidak basi.
Karena banyak sekali dari kita sekarang banyak tahu namun tidak bisa atau tidak mau mengembangkan apa yang ia tahu, entah dengan cara men-transfernya ke orang lain atau membuat karya yang bersifat membangun/mengembangkan.
Jika pengetahuan sebatas 'apa yang sekedar diketahui dan disimpan', maka jangan heran ia bisa basi dan menghilang. Itulah kita. Banyak membaca dan menyaksikan, lalu tak lama semuanya sirna tak berbekas.
Bahkan kotoran kerbau dan kambing, jika dimanfaatkan dan dikembangkan, bisa menjadi penderas tumbuhan yang Anda makan, bukan???
Kita juga ga membutuhkan:
--> Anak muda yang mengatakan : 'Ah, sok tahu loe!' sembari mengingkari. LOL. Betapa adanya manusia bersikap seperti ini:
'mencoba menghindari kubangan kesoktahuan namun justru terjelembab di kubangan kesoktahuan lainnya'
Gambarannya:
Ketika mendapat faedah yang sebelumnya ia tidak terketahui, ia melarang orang untuk tidak sok tahu dan mencegah diri dari kesoktahuan. Tapi, pengingkarannya terhadap faedah tersebut justru adalah bentuk kesoktahuan.
Think deeply.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/397887303585994
TAHUKAH ANDA?
[1] Kata 'Samar' itu berbau Arabic; yang sangat mungkin sekali berasal dari Arabic. Dalam Arabic ada kata 'Samrah' atau 'Samara' [سمرة] yang berarti 'kecoklatan'.
Wajhul Istidlaal:
--> Sesuatu yang jelas itu berwarna putih.
--> Sesuatu yang tidak bisa dilihat sama sekali itu bagaikan hitam.
--> Sesuatu yang di antara putih dan hitam, bisa abu-abu atau coklat.
======> Maka, sesuatu yang coklat adalah sesuatu yang samar [سمر]
[2] Kata 'Wasit' itu berbau Arabic yang memang berasal dari Arabic. Dalam Arabic ada kata 'Wasiith' [وسيط] yang berarti 'di tengah'.
Imam Allamah Abu Hamid Al-Ghozali -rahimahullah- juga mempunyai kitab Fiqh bermadzhab Syafi'i bernama Al-Wasiith fi Al-Madzhab.
Adapun Risalah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berjudul 'Al-Aqiidah Al-Waasithiyyah', nama Al-Wasith di sini has nothing to do sama pembahasan status; karena Wasith di sini adalah sebuah kota terpenting di sejarah peradaban umat Islam. Penamaan kitab tersebut memiliki sebab, yaitu pemerintah kota Wasith [ana lupa namanya, tolong diingatkan bagi yang tahu] meminta beliau untuk mengarang risalah tentang aqidah, terutama berkaitan dengan Asma wa Sifat. Maka jadilah risalah yang ringkas, padat dan mengena dalam durasi penulisan yang singkat sekali. Berapa jam kira2?
Wajhul Istidlaal:
--> Wasit itu saat kick-off ada di tengah
--> Tugas wasit juga menengahi hukum
--> Yang di dekat garis tidak dinamakan wasit, namun hakim garis; karena menghakimi hukum dan ga boleh berdiri di tengah lapangan; sebatas dekat garis tertentu
--> Moderator debat juga boleh dinamakan wasit, namun tidak memerlukan peluit
=======> Maka, ......?
Kita ga membutuhkan:
--> Anak muda yang langsung berceloteh: 'Ah, udah lama ane tau!' atau 'Ah, udah basi'. Permasalahannya di sini bukan sudah lama tahu ataupun sudah basi. Karena pengetahuan yang bermanfaat itu seharusnya bersifat mengembang dan tidak basi.
Karena banyak sekali dari kita sekarang banyak tahu namun tidak bisa atau tidak mau mengembangkan apa yang ia tahu, entah dengan cara men-transfernya ke orang lain atau membuat karya yang bersifat membangun/mengembangkan.
Jika pengetahuan sebatas 'apa yang sekedar diketahui dan disimpan', maka jangan heran ia bisa basi dan menghilang. Itulah kita. Banyak membaca dan menyaksikan, lalu tak lama semuanya sirna tak berbekas.
Bahkan kotoran kerbau dan kambing, jika dimanfaatkan dan dikembangkan, bisa menjadi penderas tumbuhan yang Anda makan, bukan???
Kita juga ga membutuhkan:
--> Anak muda yang mengatakan : 'Ah, sok tahu loe!' sembari mengingkari. LOL. Betapa adanya manusia bersikap seperti ini:
'mencoba menghindari kubangan kesoktahuan namun justru terjelembab di kubangan kesoktahuan lainnya'
Gambarannya:
Ketika mendapat faedah yang sebelumnya ia tidak terketahui, ia melarang orang untuk tidak sok tahu dan mencegah diri dari kesoktahuan. Tapi, pengingkarannya terhadap faedah tersebut justru adalah bentuk kesoktahuan.
Think deeply.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/397887303585994
No comments:
Post a Comment