Monday, August 27, 2012

Jangan Tempuh Ini!

oleh Hasan Al-Jaizy

Beberapa point yang berupa cara-cara yang tak layak ditempuh:

[1] Salah satu cara untuk menghilangkan hafalan dan mempercepat lupa adalah memamerkan atau sekedar membuat orang lain tahu bahwa dia telah menghafalnya [tanpa keperluan atau dengan adanya rasa takjub pada dan dalam diri]. 

[2] Salah satu cara untuk mencabut semangat mencari ilmu pada pencari ilmu pemula adalah dengan merekomendasikan atau mendorong mereka untuk membaca kitab2 yang hanya cocok dibaca oleh para ustadz dan ulama, seperti kitab Fathul Bary, atau Al-Majmu' nya Imam Nawawy dan kitab tebal serta sarat akan kalimat2 'sulit' lainnya. Para pemula yang dimaksud [menurut jumhur ulama] adalah yang belum menguasai/memahami Arabic juga ilmu2 alat lainnya. Biarpun sudah bertahun lamanya belajar, sebenarnya mereka tetap dalam derajat 'mubtadi' [pemula].

[3] Salah satu cara untuk membuktikan betapa tidak bersihnya jiwa adalah

menanam perasaan sudah kembali pada fitrah dan tak berdosa setelah berlalunya Ramadhan. Kepedean aneh seperti ini berangkat dari kejahilan/kebodohan atau perasaan sudah banyak beramal atau keduanya digabung.

[4] Salah satu cara untuk membuktikan betapa lemahnya diri Anda adalah dengan berteriak-teriak seakan merasa paling kuat di tengah komunitas sendiri atau di tengah orang2 lemah. Dapat dipastikan ketika Anda berada di komunitas umum atau di tengah orang2 kuat, Anda tidak bisa berteriak dan berusaha membenamkan muka di ketiak sendiri. Kiasannya: berkoar secara ekstrim perihal kebenaran sepihak di tengah komunitas sendiri atau di tengah orang yang ilmunya di bawah dirinya, menunjukkan lemahnya ia.


Tambahan untuk point ke-2:

Manhajiyyah sebagian pencari ilmu masa kini sebenarnya bagai lelucon bagi para ulama yang telah menggapai sukses dengan jerih payah mencari ilmunya. Karena pemuda masa kini [yaitu kita], selain terbiasa dengan hal-hal instan, kita juga memiliki karakter ingin-cepat-sampai-dalam-waktu-sesingkat-singkatnya. 

Mungkin kita bisa mengatakan: 'Zaman sekarang semua serba cepat' atau beralasan manhaj modern adalah manhaj cutting-edge, straight to the core. Namun hasilnya adalah sarjana-sarjana karbitan yang menenteng gelar sembari senyum bangga, dengan kualitas ilmu bagai celana kedodoran dan sleting rusak. Hasilnya cenderung memalukan dan memilukan.


 Berburu BUKAN berarti terburu-buru

Karena anak kecil mudah terkesima dengan gedung bertingkat dan wong ndeso cepat berdecak kagum dengan kemegahan bangunan kota. Begitu juga dengan para pencari ilmu tingkat pemula, betapa mudahnya kagum dengan kitab-kitab tebal dan ingin segera meraihnya. Dengan alasan: 'Jika tidak cepat, kapan gue bisa nyampe?' mereka pun berlomba membeli kitab2 besar dan berat. Konyolnya, tingkah ini diamini begitu saja oleh guru-guru mereka, entah guru akademik atau guru-guruan.

Hasilnya: the fact...banyak yang kemudian lesu karena kehabisan nafas. Dari start sudah terlalu ekstrim berlari mengejar garis finish. Merasa seakan garis finish itu ada beberapa senti di depan mata, namun ternyata bermil-mil baru tercantum keberadaannya. Akhirnya putus asa....

kalau sudah putus asa...yang disalahkan dia, gurunya atau bukunya?

Maka, jika ingin bernasib seperti pelari marathon kehabisan nafas atau semaput di awal jalan, bergegaslah membeli kitab berat dan jadilah seperti keledai-keledai yang di pundaknya membawa kitab-kitab besar...


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/433733423334715

No comments:

Post a Comment