Thursday, August 30, 2012

Mengapa Kau Harus Menoleh dan Mengasihi?

oleh Hasan Al-Jaizy

Sungguh beruntung hamba yang diberi kelebihan kekayaan harta. Kemana-mana ia percaya diri. Biarpun salah atau tidak mengerti, ia bisa mengatakan, 'Whatever. I have money.' Sekali ia ingin sesuatu, tinggal pencet tombol atau ambil kunci.

Ada sebuah keutamaan yang sering dilalaikan oleh yang bergelimang harta. Yaitu bahwa mereka bisa memanen pahala hingga hari di dunia berakhir, sehingga meskipun mereka sudah wafat, pahala terus mengalir.


Di antara pencari ilmu...

Di antara para pencari ilmu, ada yang hari-harinya terhujani oleh tangis sedih; karena hidup terhimpit tekanan ekonomi. 

Di antara mereka, ada yang rajin pergi ke perpustakaan, rajin membaca kitab, lalu sebelum beranjak keluar, ia sempatkan untuk mengendus bagian dalam kitab untuk merasakan aromanya, sembari berkhayal sedih andainya ia punya kitab itu. Lalu ia berjalan keluar sembari bergumam, 'Andainya aku punya harta cukup untuk membeli.'

Di antara mereka, ada yang tengah sibuk menata serpihan-serpihan atau pecahan harapan yang sebagiannya hancur; karena keluarga tak mampu membiayai sekolah/kuliahnya. Sementara asa dan cita dia membumbung tinggi, menunggu untuk dijemput.

Di antara mereka, ada yang sehari-hari keletihan naik sepeda, atau rela berjalan kaki jauh. Dia hanya mampu menunduk ketika di parkiran sekolah/kampusnya, berjejer motor atau bahkan mobil teman-temannya. 

Di antara mereka, ada yang selalu terpecah konsentrasinya. Satu sisi ingin mendalami ilmu, satu sisi ia tak habis berfikir karena terlilit utang dan kekurangan materi berlebih. Sementara zaman menuntutnya untuk menjadi orang yang 'berada'.


Maka Tengoklah dan Ibalah...

...wahai yang sehari-hari senang membeli....wahai yang setiap bulan selalu punya koleksi...

daripada Anda sibuk dengan khayalan untuk mendapat koleksi barang baru, cobalah diri untuk menyembuhkan rasa sedih dan menuntaskan khayalan mereka

daripada Anda habiskan karunia Rabb untuk kesenangan pribadi atau keluarga, sisihkanlah karunia itu demi kesenangan pribadi-pribadi yang murung dan sedih

daripada Anda terkekeh dan terbahak tiap hari sembari berkumpul bersama teman atau rekan di kafe atau restaurant, cobalah mengingat bahwa di ujung sana ada orang yang aliran air matanya seperti akar-akar melekat di pipi

daripada Anda mencari tanah kosong dan baru untuk digarap demi bisnis, lebih baik Anda mencari hati-hati kosong harapan akan terjadinya impian lalu Anda meraih tangan-tangan hampa dengan genggaman peduli

Bukan tidak mungkin kemalangan-kemalangan itu akan menimpa keturunan sepeninggal Anda,, karena sang kakek-nenek dahulu terkisah hidup tiada peduli pada yang malang.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/435201636521227

No comments:

Post a Comment