Tuesday, August 28, 2012

Tanah Indonesia

oleh Hasan Al-Jaizy

Beberapa point terkait tanah masyarakat Indonesia:

[1] Tanah kita sangat subur, berpotensi makmur, namun dibalas dengan kufur. Banyak dari penduduk tertipu oleh kekayaan sehingga hilang rasa syukur. Karena itulah, datang tsunami dan puting beliung menjadikan banyak yang lebur. Orang2 terserang ketakutan dan mencari jalan tuk kabur. Bangunan-bangunan dan hati-hati banyak yang hancur? Apakah kau masih berpura-pura tidak melihat banyak yang kufur?

[2] Sementara alam bersaksi bahwa dasarnya kita adalah muka-muka berseri. Ingatlah, Maghrib dulu banyak kodok di sini bernyanyi. Ingat juga dulu di siang hari masih banyak capung menari. Gali kembali memori dahulu di tengah kelurahan masih ada rawa bermisteri. Lalu sekarang, yang tersisa hanya kenangan dan sesal untuk kota ini.

[3] "Pancasila yang menjadi dasar negara ini, yang oleh kelompok sekular kerap dibenturkan dengan kelompok Islam, sebenarnya tidak berurat berakar dari nilai-nilai yang tertanam di negeri ini. Justru Islamlah, seperti yang dikatakan Buya Hamka, yang mengakar kuat di tanah ini. "Islam adalah dasar yang asli di tanah air kita dan pribadi sejati bangsa Indonesia," tegas Hamka. Sementara Pancasila, kata Hamka, tidak mempunyai dasar sejarah yang kuat di negeri ini." [Indonesia Tanpa Liberal, Artawijaya, hal. 154]

[4] "Tokoh Masyumi, Mohammad Natsir, juga mengatakan bahwa dasar negara haruslah sesuatu yang sudah mengakar di masyarakat. Islamlah yang sebenarnya cukup mengakar di mayoritas rakyat Indonesia. Islam mempunyai sumber yang jelas berasal dari wahyu. Sementara Pancasila, kata Natsir, meskipun masuk di dalamnya sila tentang Ketuhanan, tapi pijakan dasarnya adalah 'laa diiniyyah' [netral agama]." [ibid, ha. 155]

Laa Diiniyyah = netral agama atau bahkan tanpa agama sekalian

[5] Lalu 'kita' pun berpura-pura untuk menganggap itu wajar-wajar dan biasa saja. Karena memang susah jadi 'kita' ini. Mau menentang dan mengangkat suara, tapi takut disebut bibit teroris atau dikira sudah terkontaminasi pemikiran Khawarij. Mau diam dan tunduk demi maslahat, tapi ini menggemaskan dan apakah hanya diam dan tunduk?

[6] Tapi mungkin ada jalan yang lebih 'selamat' dan bermaslahat: diam, pura-pura tidak tahu, tunduk 90%, dan kalau mau angkat suara: suaranya harus selaras dengan pemikiran golongannya.


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/434129176628473

No comments:

Post a Comment