Saturday, August 25, 2012

Nasr Hamid Abu Zayd

oleh Hasan Al-Jaizy

Nasr Hamid Abu Zayd [1943-2010]

adalah sosok yang diidolakan oleh kalangan liberal karena pemikirannya yang kritis terhadap Islam, terutama Al-Qur'an dan Sunnah, juga karena arah pemikirannya miring ke kiri, bebas dan dianggap tak terkekang dengan kejumudan.

Abu Zayd lahir di Mesir tahun 1943 dan ia sudah menghafal Al-Qur'an. Telah menempuh studi tingkat doktoral dalam bidang Islamic Studies di Universitas Pensylvania, Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1980.

Pada 14 Juni 1995,

Pengadilan Tinggi Kairo alias Mahkamah Al-Isti'naaf Kairo] memutuskan bahwa Abu Zayd telah murtad [keluar dari Islam]. Pasca vonis murtad oleh para qadhi dan ulama2 Mesir, dia cabut ke Leiden, Belanda. Leiden adalah salah satu pusat studi orientalisme. Sejak 26 Juli 1995, Abu Zayd dikukuhkan sebagai guru besar di Leiden.

Di Antara Pemikirannya

==> Bahwa Al-Qur'an adalah produk budaya [muntaj tsaqafy], teks linguistik [nash lughawy] dan teks sejarah [nash tarikhy].

==> Bahwa Al-Qur'an tak lepas dari pengaruh sosial politik.

==> Bahwa perlunya konsep hermeneutika dalam penafsiran Al-Qur'an, sebagai kritik atas teks Al-Qur'an dan analisa dalam memahaminya. Hermeneutika sendiri sebenarnya adalah satu metode penafsiran Al-Kitab [kitab 'suci' agama Kristen] secara falsafy yang menimbang teks dari akal.

==> "Bagaimanapun kalam Ilahi perlu mengadaptasi diri menjadi manusiawi, karena Tuhan ingin berkomunikasi pada manusia. Jika Tuhan berbicara dengan bahasa Tuhan, manusia sama sekali tidak akan mengerti. Jadi, Al-Qur'an adalah bahasa manusia," tegasnya.


Al-Qur'an Populer karena Budaya dan Politik?

Artawijaya mengatakan:

"Jika ia menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah produk budaya, maka sama saja dengan menyatakan bahwa Al-Qur'an adalah produk Nabi Muhammad, yang terikat dalam konteks sejarah dan budaya setempat."

Pendapat Abu Zayd bahwa Al-Qur'an tak lepas dari pengaruh politik, juga diamini oleh Novriantoni , seorang aktivis JIL yang konon santri Pondok Gontor dan lulusan Al-Azhar Mesir:

" Selama ini umat muslim meyakini bahwa wahyu Al-Qur'an turun tanpa tandingan. Mereka menilai keindahan sastra Al-Qur'an dan muatan moralnya tak tersaingi oleh orang2 Arab Jahiliyyah. Menerima hipotesa eksistensi syair-syair Jahiliyyah, berarti mengharuskan umat muslim untuk percaya bahwa Al-Qur'an memiliki banyak tandingan. Faktor POLITIK lah yang membuatnya belakangan menjadi superior." 

[faedah-faedah banyak didapat dari buku Indonesia Tanpa Liberal karya Artawijaya, cet. Pertama, Juni 2012]


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/433508430023881

No comments:

Post a Comment