Friday, August 31, 2012

Jangan Kau Kira!

oleh Hasan Al-Jaizy

Jangan kau kira turun ke lapangan demi berdakwah adalah sebuah jalan menuju keamanan. Justru sebaliknya, semakin giat seseorang berdakwah dan semakin tampak kebenaran dakwahnya, maka semakin banyaklah musuhnya dan semakin tampak kuantitas perlaawanan terhadapnya.

Mungkin seseorang yang 'lagaknya' bijak, 'Buat apa toh kita bantah-bantahan. Beginilah Islam, satu sama lain saling membantah dan berpecah belah.' Tapi, kalimat ini tidak selamat. Karena bantah-bantahan itu adalah kewajiban adanya dalam Sunnatullah. Sebagaimana di sana ada baik, pasti ada buruk pula. Yang menjadi penerang eksistensi kebaikan adalah

eksistensi keburukan. Bagaimana mungkin kita tahu mana yang baik jika tidak bisa mengetahui juga mana yang buruk?

Tidak Membantah : Tidak Selamat 

Justru orang yang mengharap semua orang ridha padanya adalah jenis orang munafik. Jika seseorang punya sikap, ia akan mempunyai lawan, entah dirinya sendiri, ataupun orang lain. Dan dalam beragama, kita sudah dikenalkan istilah 'haq' dan 'batil'. Dan kita sudah diingatkan agar jangan mencampur adukkan antara keduanya. Kita juga diharamkan untuk menjadikan haq atau batil sebagai dagangan musiman; yakni ketika berada di antara orang salih, kita berucap yang haq, dan ketika berada di antara orang fasiq, kita berucap sesuai alur seloroh mereka.

Membantah pun tidak selamanya diizinkan. Tidak semua materi harus dibantah semua orang. Secara instan kita contohkan: Jika seseorang sama sekali belum tergambar apa itu GRRR, maka jangan menafikan atau membantah GRRR.

Sebagian orang yang sifatnya 'who-cares?' namun 'I-only-care-about-mine', mengatakan: 'Kita hidup damai tanpa bantah-bantahan'. Ketika ada aliran sesat menjangkiti tubuh umat, mereka diam saja. Merasa ada urusan lain yang lebih penting. TAPI, ketika golongan/kelompok mereka dibantah atau dibeberkan aibnya, mereka langsung buru-buru mencari cara untuk membantah.


Semakin Besar dan Benarnya Dakwah 

...semakin banyak musuhmu. Cobalah tanya para asaatidzah dan para ulama. Apakah semakin besarnya nama mereka dan semakin banyaknya pendengar mereka, lantas semua aman-aman saja?

Tentu tidak. Mereka diterror lewat SMS. Mereka diintai. Pihak penguasa mengirim beberapa intel untuk menguntit dan menitip mata dalam kehidupan sehari-hari mereka. Atau musuh-musuh juga melakukan hal serupa. Yang semacam ini: sebenarnya mengerikan, karena HP bisa disadap, atau keluarga diintai satu persatu. Nanti, ketika ada aib terketahui yang bisa menjatuhkan, maka dirancanglah proyek menjatuhkan nama atau membunuhnya. Lebih parahnya, mereka adalah pemegang gigi mobil media dan penyetirnya. 

Kita tentu bisa dengan mudahnya menampik seraya berkata, 'Ah, Allah itu Maha Melindungi, terutama pada hambanya yang saleh. Dai tidak perlu takut seperti itu.' Kalau yang berucap seperti itu adalah seorang ustadz besar, saya bisa mengambil hikmah atas ketegarannya. Tapi, kalau yang berucap seperti itu sama-sama pelajar, malah jadinya bisa dibalik, 'Ngemeng tu paling gampang, bro.'


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/435559539818770

No comments:

Post a Comment