Monday, August 6, 2012

Metode Itu Penting!

oleh Hasan Al-Jaizy

Mungkin akan ada yang bilang:

==> Tidak usah peduli pada banyaknya pembaca tulisan kita. Yang terpenting kita ilmiah dan berdakwah dengan tulisan. Urusan banyaknya pembaca, itu perkara terakhir.

==> Tidak usah peduli pada banyaknya penyimak kalimat atau kajian kita. Yang terpenting kita menyampaikan dan berdakwah. Urusan banyaknya hadirin, itu perkara terakhir. 

Namun, mohon jangan menafikan kepentingan METODE, tatacara dan trik agar menarik massa lebih banyak. Karena semakin banyak yang membaca karyamu atau yang menghadiri kajianmu, maka otomatis peluang tersiarnya manfaat lebih besar lagi. Dan itu bisa menjadi tabungan pahala yang lebih membahara.

XXX Bukan mentang-mentang kita ingin ikhlas, lalu kita tidak peduli metode seraya menuduh bahwa orang yang menggunakan trik agar menarik adalah orang yang dipertanyakan keikhlasannya. Selama metode dan trik tak keluar batasan syar'i, maka tidak ada cela dan tidak usah ada prasangka.

XXX Makanya, mungkin sekali dakwah yang ilmiah namun tidak dengan metode dan trik yang menarik justru tidak menjadikan manusia simpatik; seilmiah apapun. Justru seringkali, yang terawal diperhatikan setelah keilmuan standar dari seorang mubaligh adalah pemikiran: bagaimana message saya bisa 'nyampe' ke manusia.


Untuk apa?

--> Mereka membuat blog atau situs dan men-design sedemikian rupa menariknya agar apa? Agar dikunjungi dan meraup jumlah visitor; sehingga manfaatnya lebih melebar.

--> Beberapa dai yang [sebenarnya bisa dibilang] sukses memeluk hati dan perhatian manusia seperti Aa Gym -hafidzahulah- atau K.H. Zainuddin M.Z. -rahimahullah-, mereka sukses meraup banyak penyimak karena apa? Karena metode, trik dan intonasi yang menarik. Jadinya ==> Manfaat lebih melebar.

[Note: Mungkin akan ada yang mempertanyakan: 'Kenapa kok ada -hafidzahullah- dan -rahimahullah- untuk mereka? Mereka kan bukan bla bla bla?' Jawaban untuk kalian: 'Kita tidak seperti kalian yang hanya mendoakan kebaikan pada ustadz dan ikhwah se-kelompok saja. Selama ia masih muslim dan dikenal muslim, pertanyaan jahil yang sifatnya pengingkaran tersebut layaknya dilenyapkan segera']


Apa yang globalnya umat cari darimu?

Yang umat cari darimu adalah ilmu dan pengetahuan; namun bukan ilmu yang membuat mereka semakin bingung dan merasa ribet. Artinya: Ilmu yang simple dan sederhana juga basic. Juga bukan dengan metode kaku atau bahkan membunuh dalam sekejap. Artinya: dengan tatacara yang merangkul, merakyat dan 'menjaring'.

Seorang pekerja kasar seperti kuli bangunan, tukang material, tukang beling [karena biasanya kulitnya kasar bersisik akibat puasa mandi], perampok hingga pembunuh...tidak mungkin mendatangkan mereka ilmu dengan kerumitan sanad dan pendalilan dengan Kaedah Ushuliyyah, Lughawiyyah dan Fiqhiyyah.

Bahkan kebanyakan orang berdasi yang kerja di gedung pencukur langit [termasuk juga OB ketika berdasi] tidak akan menerima 4 Wajhul Istidlal [sisi pendalilan] mu dari sebuah ayat atau hadits untuk menarik kesimpulan hukum.

Jika semua lapisan di-samarata-kan, maka kebanyakan respon mereka serupa, yaitu kalimat: "Talk to my hand" alias "Ngomong ae karo tanganku".

Sekarang, apa masih berbicara: "Yang penting gue nulis atau ceramah, urusan diterima atau ga, urusan banyak disimak atau ga, itu belakangan."?

Kalau masih seperti itu, ya berarti: "Talk to my hand then go to the sea"


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/427516403956417

No comments:

Post a Comment