oleh Hasan Al-Jaizy
Pengen rasanya ngademin orang2 yang terputus tali
harapan besarnya karena gagal diterima di Madinah, atau LIPIA. Karena bisa jadi
mereka justru lebih ikhlas dan tulus belajar dibanding pelajar2 yang sudah
diberi karunia belajar di sana.
Saya punya cerita, sekitar tahun 2007 diceritakan.
Saat itu saya sudah belajar reguler di kampus
-alhamdulillah-. Lalu datanglah masa pendaftaran calon mahasiswa. Ada teman
saya, sebut saja namanya IKS. Dia adalah teman angkatan saya di pondok yang
kalem dan pintar. Asalnya dari Ciamis. Pada tengah 2007, dia mendaftar dan
sehari-harinya menginap di kos teman yang sering saya inapi. Dia bercerita pada
saya seperti ini kira2:
"Tahun kemarin [2006] sebenarnya ana sudah
daftar ke jenjang Takmili. Sehari sebelum pergi ke Jakarta, ana masih di rumah
[Pangandaran-Ciamis]. Di sore itu, ana mendengar banyak sekali dari kejauhan
orang berteriak2. Makin dekat makin dekat. Lalu orang2 keluarga ana juga
berteriak2 dan banyak orang berlarian. Intinya, saat itu juga kampung ana
dilanda gempa+tsunami. Lalu ana langsung masuk ke dalam rumah. Hal yang paling
ana ingat adalah IJASAH. Ana harus menyelamatkan itu dulu.
Alhamdulillah, ana berhasil mengambilnya cepat2.
Lalu setelah itu, banjir besar...air dari suatu arah menyerang; seperti mau merenggut
kita semua. Air mengejar kita semua. Sampai ijasah ana juga kena, tapi masih
bisa dipegang. Setelah jauh berlari bersama famili, akhirnya kita sampai di
sebuah jembatan yang aman dari kejaran air.
Dari jembatan itu, ana menyaksikan LANGSUNG orang-orang
terbawa air yang beraliran keras, sebagian mereka teriak, sebagian minta
tolong, sebagian hanyut langsung. Saat semuanya selesai, ana kembali ke
rumah.....
"Ana dapatkan rumah dalam kondisi hancur.
Tapi, ana tetap tidak bisa ngubah keputusan besok harus ke Jakarta karena jatuh
tanggal pendaftaran LIPIA. Akhirnya, dengan membawa bekal yang minim banget,
ana pergi ninggalin keluarga sementara untuk daftar dan tes masuk ke lipia.
Awalnya, ijasah ana dipertanyakan dan ditolak,
karena sudah kucel dan [mungkin] agak lembab. Namun kemudian, ana ceritakan
semua kejadian dan diterimalah semua berkas."
Hasan: Saya mengenal IKS ini adalah orang yang
kalem, pemalu dan sangat rajin. Ia selalu belajar!
"Tapi, setelah tes [entah itu tes tulis atau
tes lisan], ternyata nama ana tidak terdaftar di daftar orang2 yang lulus
tes.....," kenang IKS
2007, IKS datang lagi mendaftar...
Nah, tahun 2007 itu, untuk kedua kalinya IKS
datang ke Jakarta untuk mendaftar di lipia. Saat itulah dia menceritakan ke ana
hal di atas. Dan malam-malam itu, saya melihat sendiri teman saya ini selaluuuu
belajar dan tak henti membaca, sembari kadang2 terlihat menghafal sesuatu.
Kemudian, setelah tes, IKS pulang ke kampung dan
menitipkan: 'Kalau pengumuman kelulusan sudah ada, kabari ana lewat SMS.'
Lalu, hari pengumuman tiba. Ana bersama teman
mencari namanya di daftar, namun ternyata tidak ada. Berkali
dipastikan....benar. Tidak ada....
Saya ingat, malam itu, IKS mengirim SMS ke saya:
'Ahlan. Gimana, ana keterima ga?'
Saat itu, saya ga bisa membalas apapun...ga bisa.
Apapun kalimat yang akan saya balas, saya ga tega....biar teman lain yang
memberitahunya..
Pernah di Post d fb kan..??
ReplyDeleteIKS skrang bukannya di Kuliah D Timur Tengah..?? Tepatnya d Negara mana ana lupa. Afwan