Friday, October 26, 2012

[01] "Setan Pun Takkan Mengupahi"


oleh Hasan Al-Jaizy

Risalah ini untuk siapapun yang berusaha menebar manfaat dan hikmah dalam berdakwah, entah itu sekadar klaim semata, atau memang cerminan realita. Bahwa sebagian lisan berpedang kalimat memerangi pengkotak-kotakan dan hizbiyyah, namun keberadaan dan tingkah mereka justru menjadi sebuah kekentalan hizbiyyah baru. Dan ketika kita mengiba-iba mengidam-idam mengharap-harap di depan umat bahwa inginnya kita adalah persatuan umat, justru kita sehari-hari menikam umat dan menambah perpecahannya. Jikalau ada penyembah setan melihat kondisi kita seperti itu, mereka tambah jumawa dengan tanduk-tanduk kambing Baphomet. Jikalau kaum atheis mengerti gejolak perpecahan yang kita buat, niscaya kemenangan mereka diterjemahkan oleh bahak-bahak.

Berusahalah dalam berdakwah untuk tidak man-tashniif dan mengkotak-kotakkan muslimin, terlebih mengencingi martabat mereka. Padahal mereka adalah bagian dari kaum muslimiin. Jika ketika bersuanya kita dengan seorang Kristiani, lalu kita langsung mengumbar perbedaan dan aib agamanya atau pemimpin agamanya, maka sehentak detik ia akan marah terhadap kita. Maka, apa fikirmu jika yang kita tikam adalah juga seorang muslim? Dan di mana akal pergi jika yang tertikam adalah orang-orang shalih yang hanya berbeda pendapat di beberapa perkara?

Jika pernah kita berlaku seperti itu, maka

mari ubah perlahan cara penyampaian kita. Lihatlah hati kita yang hitam bertitik-titiknya. Apakah memang kita tulus menyampaikan?

Ibnu Asaakir -rahimahullah- pernah menyimpulkan bahwa manusia telah mati hatinya sebelum mati jasadnya ketika ia tak henti menjulurkan lisannya demi menikam saudara-saudaranya.

=====

Syaikh Muhammad ibn Abdurrahman Al-Ariify berkata: "Ilmu, seharusnya ia mengajari empunya pada adab! Maka, apa gunanya ilmu syar'i yang kau tujukan dengannya beribadah, namun tiada adabmu terhadap siapa-siapa!?"

Beliau pernah mengunjungi suatu negara Islam. Negara itu memiliki banyak sekali masyaayikh [ahlil ilm atau ulama]. Beliau datang untuk menyampaikan muhadharah/ceramah. Di ruang depan sebuah bangunan tempat beliau ceramah, ada seorang pedagang CD/VCD menghampirinya dan bertanya, "Wahai Syaikh, bolehkah aku menjual kaset-kaset ceramahmu?"

Beliau menjawab, "Boleh. Baarakallahu fiik. Semoga itu memberi manfaat untuk kaum muslimiin."

Lalu, pedagang itu berkata: "Namun, wahai Syaikh...aku pernah mendengar Syaikh anu mengatakan: 'Barangsiapa yang menjual kaset-kaset Syaikh Al-Ariify, maka ia kafir. Karena ia membantu untuk menyebarkan kebid'ahan, kesesatan dan seterusnya.'"

Mendengar itu, Syaikh Al-Ariify tidak berbicara apa-apa. Terdiam ia.

Lalu, pedagang itu mengikuti beliau dan bertanya kembali, "Wahai, Syaikh. Kenapa Anda tidak tetap bersama kami di negeri ini untuk seberapa lama?"

Beliau menjawab, "Masya Allah. Negerimu memiliki banyak ulama. Cukuplah mereka yang mengarahkanmu dalam beragama."

Namun, ia membalasnya, "Wahai Syaikh, negeri kami memiliki banyak ulama. Dan mereka telah terbunuh [mati hatinya] oleh perbedaan-perbedaan di antara mereka sendiri."

Yakni: Sebagai ganti dari kesibukan mereka mencari dan menggali ilmu lebih, mereka justru tersibukkan oleh perbedaan-perbedaan, perpecahan yang ada pada diri mereka sendiri.

Seakan-akan perbedaan tersebut adalah ilmu asasi. Sebagaimana mungkinnya kita tak henti mengangkat tema perbedaan dan perpecahan; yang tidak disadari atau pura-pura tidak 'ngeh' bahwa kita adalah kaki tangan setan dalam menceraiberaikan. Setan tidak membayar kita, tidak menggaji kita, tidak memuji kita, tapi yang menggaji kita adalah nafsu dan kebanggaan kita sendiri; karena sudah bisa berbuat seperti itu.

Anggaplah:

Semakin panjang diskusimu tentang ustadz fulan, akun FB fulan, perpecahan fulan dan fulan, tahdzir dari ustadz fulan pada fulan dan seterusnya, merupakan salah satu trik TERBAIK setan untuk men-tazyiin [memperhias] amalan diskusi, agar teranggap bagus namun one step closer to HELL.

No comments:

Post a Comment