oleh Hasan Al-Jaizy
Maka, jadilah penyeru kebaikan untuk semuanya. Berusahalah tuk menjadi seorang yang maqbuul [diterima] untuk semua manusia. Meskipun takkan mungkin semua manusia menerima kita. Namun, upayakan berhias dengan kebaikan yang diridhai fitrah manusia, baik itu melalui tutur, ataupun pekerti. Menjaga lisan untuk bertutur baik selalu dan berhikmah selamanya bukan sesuatu yang mudah. Menghias diri dengan pekerti berbudi juga perkara yang perlu dilaku berhari-hari.
Syaikh ibn Baaz -rahimahullah-, seperti yang diceritakan salah seorang muridnya, yaitu Syaikh Al-Ariify, dahulu berbondong manusia menuju kajiannya. Di antara mereka ada yang menyandarkan diri [muntasib] kepada golongan2 ini dan itu. Tiap-tiap mereka beragam corak dan latar belakang. Namun, beliau [Syaikh ibn Baaz] berhasil mempersatukan mereka dalam majelis ilmu. Inilah majelis impian; karena dakwah kebenaran adalah untuk semua. Semua berhak mereguk kebenaran; meski tidak semua hendak menerimanya.
Maka, apa jadinya jika dakwah hanya untuk kalangan tertentu saja!? Bagi yang berdakwah atas nama Salaf, lalu mengkhususkan audiens untuk bermanhaj salaf terlebih dahulu. Jika tidak, maka tidak boleh ikut kajian. Harus bersih dari pemasangan foto makhluk hidup, jika tidak, maka harus segera dibersihkan keberadaannya dri grup. Seakan selain golongannya adalah kotoran yang harus dienyahkan dari pandangan. Atau yang berdakwah atas nama partai dan ormas, mensyaratkan seragam dan tanda tertentu tanpa kepentingan darurat. Orang luar yang ingin ikut serta menimba ilmu, jika belum memenuhi syarat keorganisasian atau tidak recommended, maka dilarang ikut.
Apa gunanya dakwah jika seperti itu?
Sekarang, ada beberapa tanda tanya untuk para penasehat, termasuk penulis:
[A] Ketika ada gereja atau kumpulan kaum Kristen mengundang Anda [anggap saja Anda adalah tokoh agamis terpandang di masyarakat] untuk ceramah di depan mereka, dengan topik BEBAS, apakah Anda bersedia hadiri dan mempromosikan Islam tepat di depan mereka?
Jika Anda berfikir jauh dan berhasrat tinggi ingin menjadi pengantar hidayah Allah untuk kaum tersesat, maka Anda takkan sia-siakan itu, bukan? Satu orang saja mendapat hidayah Islam melalui lisan Anda, maka itu lebih baik dari barang termewah sedunia. Pahala berlipat-lipat.
[B] Sekarang, jujurlah saja. Ketika ada yayasan, ormas, atau kelompok tertentu yang 'Islami' mengundang Anda untuk ceramah di depan mereka dengan topik bebas, apakah Anda menghadirinya?
Apakah Anda menghadirinya?
Apakah Anda berkenan menjadi penebar kebaikan di sana?
Subhanallah...betapa terbaliknya banyak manusia. Ketika kita mencela sebagian dai televisi, 'Dai televisi mata duitan. Mencari dan mengejar dunia semata. TIDAK AKAN MAU CERAMAH KECUALI IMBALANNYA BESAR!' ternyata tingkah kita seperti ini:
"Tidak akan mau ceramah/menyampaikan kebenaran kecuali pada kelompok/golongannya sendiri"
Maka, jadilah seorang penasehat dan penyeru untuk umat, bukan untuk golongan sendiri. Dakwah pun tak terbatas di antara tiang dan tembok masjid atau di dalam kelas. Dengan tutur dan pekerti, bisa pula kita berdakwah dan menjadi perantara hidayah bagi manusia.
Contohlah para masyaayikh dan ustadz yang merangkul banyak audiens dari berbagai corak mereka. Jangan contoh sebagian penyeru yang hanya ingin merangkul yang setuju, menendang yang tidak setuju. Menjadi penyeru berarti bertugas sebagai penyampai, bukan sebagai penentu eksekusi penalti. Dakwah kita adalah untuk semua.
Syaikh ibn Baaz -rahimahullah-, seperti yang diceritakan salah seorang muridnya, yaitu Syaikh Al-Ariify, dahulu berbondong manusia menuju kajiannya. Di antara mereka ada yang menyandarkan diri [muntasib] kepada golongan2 ini dan itu. Tiap-tiap mereka beragam corak dan latar belakang. Namun, beliau [Syaikh ibn Baaz] berhasil mempersatukan mereka dalam majelis ilmu. Inilah majelis impian; karena dakwah kebenaran adalah untuk semua. Semua berhak mereguk kebenaran; meski tidak semua hendak menerimanya.
Maka, apa jadinya jika dakwah hanya untuk kalangan tertentu saja!? Bagi yang berdakwah atas nama Salaf, lalu mengkhususkan audiens untuk bermanhaj salaf terlebih dahulu. Jika tidak, maka tidak boleh ikut kajian. Harus bersih dari pemasangan foto makhluk hidup, jika tidak, maka harus segera dibersihkan keberadaannya dri grup. Seakan selain golongannya adalah kotoran yang harus dienyahkan dari pandangan. Atau yang berdakwah atas nama partai dan ormas, mensyaratkan seragam dan tanda tertentu tanpa kepentingan darurat. Orang luar yang ingin ikut serta menimba ilmu, jika belum memenuhi syarat keorganisasian atau tidak recommended, maka dilarang ikut.
Apa gunanya dakwah jika seperti itu?
Sekarang, ada beberapa tanda tanya untuk para penasehat, termasuk penulis:
[A] Ketika ada gereja atau kumpulan kaum Kristen mengundang Anda [anggap saja Anda adalah tokoh agamis terpandang di masyarakat] untuk ceramah di depan mereka, dengan topik BEBAS, apakah Anda bersedia hadiri dan mempromosikan Islam tepat di depan mereka?
Jika Anda berfikir jauh dan berhasrat tinggi ingin menjadi pengantar hidayah Allah untuk kaum tersesat, maka Anda takkan sia-siakan itu, bukan? Satu orang saja mendapat hidayah Islam melalui lisan Anda, maka itu lebih baik dari barang termewah sedunia. Pahala berlipat-lipat.
[B] Sekarang, jujurlah saja. Ketika ada yayasan, ormas, atau kelompok tertentu yang 'Islami' mengundang Anda untuk ceramah di depan mereka dengan topik bebas, apakah Anda menghadirinya?
Apakah Anda menghadirinya?
Apakah Anda berkenan menjadi penebar kebaikan di sana?
Subhanallah...betapa terbaliknya banyak manusia. Ketika kita mencela sebagian dai televisi, 'Dai televisi mata duitan. Mencari dan mengejar dunia semata. TIDAK AKAN MAU CERAMAH KECUALI IMBALANNYA BESAR!' ternyata tingkah kita seperti ini:
"Tidak akan mau ceramah/menyampaikan kebenaran kecuali pada kelompok/golongannya sendiri"
Maka, jadilah seorang penasehat dan penyeru untuk umat, bukan untuk golongan sendiri. Dakwah pun tak terbatas di antara tiang dan tembok masjid atau di dalam kelas. Dengan tutur dan pekerti, bisa pula kita berdakwah dan menjadi perantara hidayah bagi manusia.
Contohlah para masyaayikh dan ustadz yang merangkul banyak audiens dari berbagai corak mereka. Jangan contoh sebagian penyeru yang hanya ingin merangkul yang setuju, menendang yang tidak setuju. Menjadi penyeru berarti bertugas sebagai penyampai, bukan sebagai penentu eksekusi penalti. Dakwah kita adalah untuk semua.
No comments:
Post a Comment