Saturday, October 27, 2012

BUKAN Title Yang Paling Diperlukan

oleh Hasan Al-Jaizy

Title atau titel yang kita gunakan bermakna 2: JUDUL dan GELAR KESARJANAAN.

[1] JUDUL

Seorang penulis bebas menentukan judul dan bebas menulis. Kecuali jika ia menulis karya ilmiah formal sebagai tugas atau persyaratan kelulusan akademik. Judul dirancang sedemikian rupa sehingga mencakup kandungan tema dan disetujui oleh penulis, pembimbing dan selain keduanya. Isi juga harus berkualitas.

Dalam dunia tulis-menulis, JUDUL BUKAN SEGALANYA. Jika seseorang merancang sebuah judul kontroversial, namun isinya menina-bobokan pembaca, maka ia adalah penulis yang buruk dan sekadar CARI PERHATIAN. Karena yang sejatinya dicari pembaca adalah isi dan kandungan tulisan. Ada bedanya antara 'penulis' dan 'pewarta'. Penulis menulis untuk menuangkan ide atau apapun yang tertuang dalam fikiran. Sementara 'pewarta' memberitakan berita dan kabar.

Wajar jika

para pewarta memasang judul kontroversi dan dibuat semenarik mungkin; meskipun isinya rendahan dan tidak penting. Karena bagi mereka, yang penting "berita-gue-dibaca-masalah-buat-loe?".

[2] GELAR KESARJANAAN

Seorang mahasiswa, entah yang menempuh strata 1 atau 2, bebas memilih jurusan, fakultas hingga kampus untuk belajar di dalamnya. Jalan dan metode akan dirancang sedemikian rupa sehingga ia berhasil menempuh dan sukses. Namun, kualitas mahasiswa tidaklah ditimbang dari seberapa besar ia berkoar-koar di lapangan atau seberapa banyak pulsa yang dia punya.

Dalam dunia didik-mendidik, GELAR BUKAN SEGALANYA. Jika seseorang menempuh sebuah pendidikan demi mendapat titel di belakang namanya, namun tidak peduli kualitas keilmuannya, maka ia adalah sarjana yang buruk dan sekadar CARI PERHATIAN. Benar, sekadar cari perhatian manusia dengan titel-titel; agar diterima kalimatnya; agar dipandang eksistensinya. Sejatinya yang dicari adalah isi dan kandungan mahasiswa. Gelar itu akan mati bersama pemiliknya, sementara karya dan jasa tetap hidup meski mati pemiliknya.

Dan inilah yang banyak terjadi di zaman sekarang. Jika zaman bapak-bapak kita dulu, untuk lulus sarjana strata1 saja harus berkorban banyak dan berkualitas, kini itu hanya berlaku pada mahasiswa-mahasiswa yang memang punya niat dan tekad. Bahkan, kini yang terpenting adalah sematan gelar dulu, urusan impact untuk masyarakat ==> terakhir. Zaman bapak-bapak kita, menulis skripsi dan tesis dengan mesin tik, yang untuk mencetak satu huruf, harus dengan satu tonjokan. Belum lagi sulitnya jika ada kesalahan ketik. Kalau sekarang, kita mengetik sambil terkekeh-kekeh sambil mengetik Ctrl + C dan Ctrl + V. Rumus itulah yang menentukan gelar [sepertinya].

Dan sepertinya sekarang, Rumus Ctrl + C dan Ctrl + V menjadi neraca dakwah seseorang dan kalibernya. ...


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/455920591115998

No comments:

Post a Comment