oleh Hasan Al-Jaizy
Jika seorang pencari ilmu, berapapun usianya, tertambat hati dan tersibukkan olehnya pada mencari-cari kesalahan atau kabar miring tentang ustadz/syaikh, maka ia telah 'keenakan'.
Kalau sudah keenakan, ia akan sering melakukan itu. Padahal kelakuan seperti itu, justru menjauhkan dirinya dari ilmu.
Terkias seperti pelaku bid'ah 'hasanah'. Meskipun yang dilakukan adalah bid'ah, tapi merasa enak dan tak salah; wong menganggap amalannya hasanah kok. Begitu juga dengan siapa saja yang berkonsentrasi di bidang 'ngomongin orang dan manhajnya'. Mereka merasa perbuatan mereka benar. Lebih-lebih, merasa sedang beramar ma'ruf nahi munkar. Paling kerennya, seolah-olah perbincangan itu penting dan mereka dibebani oleh umat untuk meluruskan.
Coba kasih link tentang si fulan dan si fulan yang dengan
ekstrimnya menggosipi ustadz fulan atau perkara perpecahan, saksikan deh siapa-siapa yang mengerubuti. Lalu bayangkan di fikiran ada sebongkah bangkai yang dikerubuti lalat-lalat. Ada lalat hijau, yang paling besar. Ada lalat hitam. Mirip.
Tapi, coba kasih link tentang salah satu perkara fiqhiyyah, atau artikel tulisan syaikh [berbahasa Arab], atau link ceramah berbahasa Arab, sepiiii sekali. Seakan-akan para syaikh menceramahi kuburan.
Coba deh tanya pada mereka tentang Ust. Fulan, apa manhajnya, berhubungan dengan siapa, status FB terbarunya apa, siapa-siapa saja musuhnya, Anda boleh menggelari mereka 'doktor' atau profesor di bidang itu.
Lalu tanya deh apa arti dari 'Allahus Shamad'. Dong...dong...dong...
============================== ==========
Ketika kawan2 NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis, Ikhwan, JT, atau siapapun selainnya mulai pada mahir Arabic dan melahap buku-buku....
Ketika semua pemuda mulai bergerak untuk praktek dakwah di lapangan dengan ilmu yang mereka miliki....
Ketika semuanya sudah punya halaqoh ilmiyyah yang membicarakan masalah ilmu [meski ada juga yang disandarkan pada kepentingan kelompok]....
si fulan dan kawan2 masih ber-"amar ma'ruf nahi munkar" dengan menggali info tentang ustadz2/syaikh2/musuh2 ustadz2/syaikh2 dan berputar-putar di masalah itu-itu seterusnya. Ajaib.
...sembari tidak lupa untuk menjelek-jelekkan semua pergerakan kawan2 di lapangan. Semua tanpa terinci.
Thaalib al-fitan [pencari fitnah] ada dua:
[1] Yang senang mengumbar kesalahan semuanya selain golongannya. Nama-nama ustadz dan syaikh dicoreng, kecuali yang ia ridhai. Gelar doktor di bidang Jarh versi nafsu.
[2] Yang berkonsentrasi membahas orang di atas.
Oh, tentu saja thalib nomor [2] tidak akan 'merasa'.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/451243861583671
Jika seorang pencari ilmu, berapapun usianya, tertambat hati dan tersibukkan olehnya pada mencari-cari kesalahan atau kabar miring tentang ustadz/syaikh, maka ia telah 'keenakan'.
Kalau sudah keenakan, ia akan sering melakukan itu. Padahal kelakuan seperti itu, justru menjauhkan dirinya dari ilmu.
Terkias seperti pelaku bid'ah 'hasanah'. Meskipun yang dilakukan adalah bid'ah, tapi merasa enak dan tak salah; wong menganggap amalannya hasanah kok. Begitu juga dengan siapa saja yang berkonsentrasi di bidang 'ngomongin orang dan manhajnya'. Mereka merasa perbuatan mereka benar. Lebih-lebih, merasa sedang beramar ma'ruf nahi munkar. Paling kerennya, seolah-olah perbincangan itu penting dan mereka dibebani oleh umat untuk meluruskan.
Coba kasih link tentang si fulan dan si fulan yang dengan
ekstrimnya menggosipi ustadz fulan atau perkara perpecahan, saksikan deh siapa-siapa yang mengerubuti. Lalu bayangkan di fikiran ada sebongkah bangkai yang dikerubuti lalat-lalat. Ada lalat hijau, yang paling besar. Ada lalat hitam. Mirip.
Tapi, coba kasih link tentang salah satu perkara fiqhiyyah, atau artikel tulisan syaikh [berbahasa Arab], atau link ceramah berbahasa Arab, sepiiii sekali. Seakan-akan para syaikh menceramahi kuburan.
Coba deh tanya pada mereka tentang Ust. Fulan, apa manhajnya, berhubungan dengan siapa, status FB terbarunya apa, siapa-siapa saja musuhnya, Anda boleh menggelari mereka 'doktor' atau profesor di bidang itu.
Lalu tanya deh apa arti dari 'Allahus Shamad'. Dong...dong...dong...
==============================
Ketika kawan2 NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis, Ikhwan, JT, atau siapapun selainnya mulai pada mahir Arabic dan melahap buku-buku....
Ketika semua pemuda mulai bergerak untuk praktek dakwah di lapangan dengan ilmu yang mereka miliki....
Ketika semuanya sudah punya halaqoh ilmiyyah yang membicarakan masalah ilmu [meski ada juga yang disandarkan pada kepentingan kelompok]....
si fulan dan kawan2 masih ber-"amar ma'ruf nahi munkar" dengan menggali info tentang ustadz2/syaikh2/musuh2 ustadz2/syaikh2 dan berputar-putar di masalah itu-itu seterusnya. Ajaib.
...sembari tidak lupa untuk menjelek-jelekkan semua pergerakan kawan2 di lapangan. Semua tanpa terinci.
Thaalib al-fitan [pencari fitnah] ada dua:
[1] Yang senang mengumbar kesalahan semuanya selain golongannya. Nama-nama ustadz dan syaikh dicoreng, kecuali yang ia ridhai. Gelar doktor di bidang Jarh versi nafsu.
[2] Yang berkonsentrasi membahas orang di atas.
Oh, tentu saja thalib nomor [2] tidak akan 'merasa'.
http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/451243861583671
No comments:
Post a Comment