Wednesday, October 17, 2012

Terlanjur Keren


oleh Hasan Al-Jaizy

Bukan bermaksud mengumbar keganjilan atau keganjalan, tapi sekadar menggambarkan yang ada dalam realita. Karena ada jadinya akhwat semangat ikut kajian karena sudah terlanjur melihat pematerinya adalah orang keren. Tafsiran keren di sini: bisa 'ganteng', bisa 'terkenal'.

Dulu, ketika penulis masih mondok di kaki gunung Merbabu, bersama pendekar-pendekar lain yang bersabuk hitam, Ki Fityan Amali Lc pernah berpesan kepada kami. Pesan itu merupakan salah satu bekal untuk kami ngajar ABG di Bogor ketika liburan. "Murid-muridku, jika rupanya nanti ada yang suka pada rupa kau punya, jangan sekali patahkan hatinya seketika. Kau bimbinglah mereka. Beri mereka pemahaman. Jangan jadikan mereka sakit hati dan anti terhadap ilmu yang kau bawa. Sekarang, pergilah, anak muda. Aku doakan kalian tuk bisa menyebarkan ilmu yang kalian timba di perguruan ini."

Lalu kami jawab, "Siap, guru!"

Begitu juga ketika penulis dan seorang teman berkonsultasi pada Ki Ali Saman. Rupanya beliau sudah memprediksi akan terjadi gejala-gejala wah-wah pada ABG. Intinya, tausiyah beliau tak jauh beda dengan Ki Fityan. Mereka berdua adalah guru-guru kami di perguruan Sisir Putih.

Note: Kalimat Ki Fityan tidak murni seperti itu.

Maka, seorang guru atau ustadz, ketika mengerti gerak-gerik muridnya dari lawan jenis yang abnormal, hendaklah berbijak sikap. Jangan langsung menuding dan jangan pula kege'eran. Pilihlah jalan tengah. Dan jangan pula malah menjadikannya sebagai permainan. Malah sengaja membelai-belai dan menghalus-halus hingga dia malah tambah terbuai akan mimpi-mimpi, bisa kering ataupun basah.

Mungkin ada yang terfikir di benaknya: 'Lho, kok bisa tahu ada yang begitu? Wah, berarti campur baur nih!'

Ingat, negara kita belum menjadi seperti negara Saudi, yang mayoritas lapak edukasinya memisahkan pria-wanita. Untuk sementara, lapak edukasi kita mayoritas lebih rendah dari WC UMum soal pemisahan kedua jenis. WC Umum saja memisahkan pria-wanita. Tapi, kita lihat banyak dari madrasah atau sekolah umum. Bahkan ada pula pesantren yang dalam beberapa event tak memisahkan kedua jenis. Kita tidak hanya berdakwah di masjid atau pesantren salaf, bukan?

Lagipula, meskipun sudah ada tirai, hijab dan semacamnya, kesempatan berinteraksi itu masih terbuka lebar. Kira-kira Anda pernah dengar yang namanya 'Handphone' ga? Kalau pernah, ya bagus. Saya pernah. Pernah dengan namanya 'pesbuk'? Nah, interaksi itu tidak mesti langsung face-to-face toh?

Jadi, kalau sudah terlanjur dianggap keren, jangan bersikap ekstrim dan jangan pula rendahan. Tetaplah keren. Orang keren, tidak akan kesenengan karena dianggap keren.

[status ini asal buat; belum fixed pemikiran dan kerangkanya. So, jika belepotan terasa, mohon dimaklumi]

No comments:

Post a Comment