Sunday, October 28, 2012

Karena Kau dan Mereka Bisa Bersyukur


oleh Hasan Al-Jaizy

Coba hadirilah kajian atau majelis ilmu. Di manapun itu. Lalu sempatkan untuk melihat gelagat hadirin. Ada satu gerakan yang menarik, yaitu manggut-manggut.

Salah satu bagian kecil dari pemandangan yang menentramkan hati seorang guru, dosen, ustadz atau pemateri, adalah mengangguknya kepala-kepala. Trust me and believe me. Karena itu tanda si pengangguk memperhatikan, berusaha mencerna dan memahami. Jangankan mengangguk, jika engkau berbicara di depan hadirin, lalu kau lihat mereka melihat dan menyimakmu, maka kau akan senang dan termotivasi untuk berbagi. Terlebih jika ada yang mengangguk!? Sebuah isyarat tanda mengerti. Maka akan lebih senanglah engkau.

Dan rasa senang itu bukan berarti kebanggaan negatif ataupun sombong. Tapi, rasa tersebut adalah kelaziman yang manusiawi dan wajar. Tidak ada presentator yang tidak senang kalimatnya difahami manusia. Tidak ada penceramah tak berubah rasa di hati ketika tahu orang-orang memahami ceramahnya.

Begitu juga dengan karya tulis. Sama-sama menawarkan ide dan menuangkan fikiran. Ketika ada orang yang membaca dan memahami tuangan fikiranmu, maka kau akan senang. Ketika ada orang yang menyukai tulisanmu, atau menghargai karyamu, maka kau akan senang. Dan itu semua memotivasi dirimu untuk terus berkarya.

Boleh saja kau berpura-pura mengatakan, 'Saya TIDAK peduli dengan kuantitas dan audiens. Mereka suka ataupun tidak dengan ceramah atau tulisan saya, itu tidak berpengaruh terhadap hati saya. Saya tetap berjalan. Seorang dai yang ikhlas hatinya, takkan terpengaruh akan itu semua.'

Ya, boleh kita berpura-pura bicara seperti itu; sementara ketika ceramahnya atau tulisannya dibaca dan disukai banyak orang, hatinya tak bisa mendustakan rasa...dan rasa takkan mendustai hati. Rasa senang itu tetap ada. Ketika seorang blogger melihat rating visitor blognya naik, lalu senang dan semangat. Itu wajar. Itu pemberian dari Allah; yang bisa menjadi motivator. Remember, motivasi dan inspirasi tidak melulu datang dari luar dirimu [external]. Tapi, good man adalah yang bisa menggali motivasi dan inspirasi dari dalam dirinya, tanpa bergantung pada penungguan nasib dan kondisi. Mood bisa diciptakan dan dirubah oleh diri sendiri.

Dan bukan berarti ketika manusia menyukaimu, kau meninggi setelah itu. Karena:

Ketika manusia menyukaimu, mereka seperti mengangkatmu ke ketinggian. Semakin mereka menyukai dan memuji, kau semakin dianggat ke ketinggian. Namun, ketinggian itu akan berubah seketika jika kemudian kau menginjak kepala-kepala mereka. Merendahkan, menginjak harga diri dan tertawa di atas mereka. Dan mereka, yang tadinya mengangkatmu tinggi, kabur seketika. Tak menunggu lama, kau akan terhempas ke dasar. Rasanya pasti sakit. Semakin tinggi sebelumnya, semakin sakit rasa hempasan. Kembali lagi kau di dasar bawahan. Rendahan. Tiada yang menemanimu. Dan tiada yang akan sukai kamu dua kali setelah jijiknya padamu.

Maka, seimbangkan rasa suka mereka padamu dengan rasa syukurmu. Insya Allah rasa syukur mewariskan kerendahan hati, kebersamaan dan keberkahan.

No comments:

Post a Comment