oleh Hasan Al-Jaizy
Karena kau tak tahu sifat masa depanmu kelak. Bahkan kau tak tahu kini apakah nanti kau masih ada. Merupakan hal yang wajib disifati seorang muslim dengannya adalah sabar dan berbaik sangka pada Allah. Tidak berbicara yang tidak-tidak dan tidak menyangka pada Allah yang tidak-tidak.
Jika kini tempatmu adalah gundukan sampah, maka berupayalah untuk keluar darinya dan angkat tanganmu tuk berdoa. Percayakan kelak Dia akan keluarkanmu darinya. Jangan mendahului takdir dengan mengatakan, 'Betapa suramnya masa depanku!' Karena sama halnya kau menuduh Rabb-mu yang Maha Bijaksana menyuramkan keesokanmu.
Dan sungguh ketika kau merasa terhimpit, bukanlah engkau satu-satunya. Ketika kau merasa paling terhimpit, sesungguhya masih ada manusia yang lebih terhimpit di sana. Ketika berada di ketinggian, jangan merasa tertinggi. Ketika terjelembab di kerendahan, jangan merasa terendah. Namun, berusahalah berpegang teguh entah di angkasa atau di bumi.
Pencipta langit dan bumi berkata, diriwayatkan oleh Rasulnya:
أنا عند ظن عبدي بي إن ظن خيرا فله وإن ظن شرا فله
"Aku, sebagaimana sangkaan hambaku padaku. Jika ia menyangka baik, maka baginya [kebaikan]. Jika ia menyangka buruk, maka baginya [keburukan]." [H.R. Ahmad]
Jikalau engkau adalah anak muda yang sedang menggalau karena memikirkan masa depan, maka jangan berlarut. Masa depan itu ada bagimu jika Allah mengadakannya. Dan kau tak tahu apakah ia nanti ada di hayat duniawiahmu. Masa depan yang wajib difikirkan adalah masa di akhirat, yang disifati baka dan tersedia dua tempat untuk manusia terkekalkan, entah surga,....atau neraka.
Maka, jangan galaukan masa depan duniawi; karena belum tentu nasibmu terbagi. Tapi fokuskan untuk masa depan ukhrowi; karena semua manusia bertempat tinggal di dalamnya pasti. Jangan jadikan masa depanmu benar-benar suram dengan katamu, 'Masa depanku suram!'
Bukan berarti memikirkan masa depan duniawi terlarang. Karena ia pun butuh rencana terancang. Ingatlah ada orang di sana yang kehilangan orang tua. Ingatlah ada anak-anak di sana hidup di kolong jembatan. Ingatlah ada anak-anak desa yang tak terdidik di rumah atau sekolah. Ingatlah ada orang di sana kehilangan beberapa anggota tubuhnya karena kecelakaan tragis. Sekarang, kau masih punyai orang tua, tempat tinggal, sekolah, kuliah, dan anggota tubuh lengkap. Ketika kau di rumah, masih ada kulkas dan tempat penyimpanan makanan. Air masih mengucur, asap masih mengepul, listrik masih hidup dan uang tinggal meminta.
Betapa kufur nikmatnya kemudian dirimu jika menyangka masa depanmu kelak akan suram; dengan segala kenikmatan dan kelebihan yang kau miliki. Tak terbayang di benak manusia apa jadinya jika kau kemudian kehilangan orang tua, atau tercacatkan anggota tubuh, atau rumahmu rubuh. Tak terbayang olehku persangkaan buruk apa lagi yang akan kau alamatkan untuk masa depanmu!!!
Jika kini tempatmu adalah gundukan sampah, maka berupayalah untuk keluar darinya dan angkat tanganmu tuk berdoa. Percayakan kelak Dia akan keluarkanmu darinya. Jangan mendahului takdir dengan mengatakan, 'Betapa suramnya masa depanku!' Karena sama halnya kau menuduh Rabb-mu yang Maha Bijaksana menyuramkan keesokanmu.
Dan sungguh ketika kau merasa terhimpit, bukanlah engkau satu-satunya. Ketika kau merasa paling terhimpit, sesungguhya masih ada manusia yang lebih terhimpit di sana. Ketika berada di ketinggian, jangan merasa tertinggi. Ketika terjelembab di kerendahan, jangan merasa terendah. Namun, berusahalah berpegang teguh entah di angkasa atau di bumi.
Pencipta langit dan bumi berkata, diriwayatkan oleh Rasulnya:
أنا عند ظن عبدي بي إن ظن خيرا فله وإن ظن شرا فله
"Aku, sebagaimana sangkaan hambaku padaku. Jika ia menyangka baik, maka baginya [kebaikan]. Jika ia menyangka buruk, maka baginya [keburukan]." [H.R. Ahmad]
Jikalau engkau adalah anak muda yang sedang menggalau karena memikirkan masa depan, maka jangan berlarut. Masa depan itu ada bagimu jika Allah mengadakannya. Dan kau tak tahu apakah ia nanti ada di hayat duniawiahmu. Masa depan yang wajib difikirkan adalah masa di akhirat, yang disifati baka dan tersedia dua tempat untuk manusia terkekalkan, entah surga,....atau neraka.
Maka, jangan galaukan masa depan duniawi; karena belum tentu nasibmu terbagi. Tapi fokuskan untuk masa depan ukhrowi; karena semua manusia bertempat tinggal di dalamnya pasti. Jangan jadikan masa depanmu benar-benar suram dengan katamu, 'Masa depanku suram!'
Bukan berarti memikirkan masa depan duniawi terlarang. Karena ia pun butuh rencana terancang. Ingatlah ada orang di sana yang kehilangan orang tua. Ingatlah ada anak-anak di sana hidup di kolong jembatan. Ingatlah ada anak-anak desa yang tak terdidik di rumah atau sekolah. Ingatlah ada orang di sana kehilangan beberapa anggota tubuhnya karena kecelakaan tragis. Sekarang, kau masih punyai orang tua, tempat tinggal, sekolah, kuliah, dan anggota tubuh lengkap. Ketika kau di rumah, masih ada kulkas dan tempat penyimpanan makanan. Air masih mengucur, asap masih mengepul, listrik masih hidup dan uang tinggal meminta.
Betapa kufur nikmatnya kemudian dirimu jika menyangka masa depanmu kelak akan suram; dengan segala kenikmatan dan kelebihan yang kau miliki. Tak terbayang di benak manusia apa jadinya jika kau kemudian kehilangan orang tua, atau tercacatkan anggota tubuh, atau rumahmu rubuh. Tak terbayang olehku persangkaan buruk apa lagi yang akan kau alamatkan untuk masa depanmu!!!
No comments:
Post a Comment